Bleeding Love

"Jangan seperti ini! Nanti kau akan semakin menyayangiku!"

"Kau minta maaf untuk sakitku yang di mana? Hatiku? Atau tubuhku?"

Author : uL!eZha

Disclaimer : Kentarou Miura & Masashi Kishimoto

Genre : Romance, Hurt/Comfort

Rate : M

Pairing : Gakupo Kamui & Hyuuga Hinata

Warning : AU; Typo(s); OOC; Hinata's PoV; dll.

Chapter 1

"Aku melihatmu perform di kampusmu semalam. Andai setelah itu kau menemuiku, mungkin aku tidak akan menolakmu seperti dulu."

Sebuah pesan singkat berisi dua kalimat, iseng saja kukirimkan pada sebuah nomor ponsel yang masih kuhapal di luar kepala. Iya, nomor ponsel pria tampan berrrambut panjang itu. Gakupo Kamui. Seorang seniman musik etnik yang pernah membuatku jatuh cinta dan patah hati pada saat yang sama.

Lama kunantikan, tapi belum ada balasan. Sebelumnya memang sudah kuduga, dia pasti sudah lupa. Bahkan aku berani bertaruh, dia sama sekali tak ingat namaku. Pasrah, kulemparkan ponsel pintarku ke atas ranjang, lalu aku berjalan menuju kamar mandi.

Setelah selesai, aku segera mengenakan pakaian yang telah kusiapkan tadi siang. Malam ini untuk pertama kalinya aku masuk kerja di sebuah coffee shop di pusat kota. Tak sempat berdandan, aku hanya mengikat rambut panjangku ke belakang. Tak ingin terlambat, kuputuskan untuk segera berangkat. Kuraih ponsel pintarku dari atas ranjang, lalu kumasukkan ke dalam tas selempang.

Sedetik setelah aku mengunci pintu apartemenku, kurasakan ponsel pintarku bergetar. Dengan malas kubuka tas selempangku dan kuambil benda persegi itu. Kulihat ada sebuah pesan singkat masuk dengan nomor baru tertera di layar. Tak perlu merasa heran karena aku sudah tahu siapa pemilik nomor itu.

'Dia membalas pesanku?' batinku bertanya, sedikit terkejut juga.

"Oya? Bagaimana jika malam ini? Aku rindu bercumbu denganmu."

"Sial!" umpatku tanpa sadar. 'Aku telah membangunkan macan yang sedang tidur,' batinku dalam hati.

Flashback On, Author's PoV

"Kamui-san..., aah...!" gadis cantik berrambut panjang berwarna indigo itu mendesah dengan suara lemah.

Tubuh sintalnya sedang dijajah oleh seorang pria berwajah tampan yang saat ini membuatnya terpaksa menyerah. Karena ketika dia meronta sejenak tadi, kedua tangan kekar pria itu malah semakin kasar dalam menjamah. Takut dan lelah, dia membiarkan dirinya hanyut dalam arus gairah.

"Ngh...! Sa-sakit...," rintih Hinata lirih, sekuat tenaga menahan perih.

Sejenak Gakupo berhenti bergerak. Dia menatap Hinata dengan mata terbelalak. Terkejut karena ada penghalang yang siap menolak. Kepalang tanggung, dia kembali menghentak, mencoba untuk mendobrak.

"Ugh..., Nona Hyuuga...," panggil pria tampan bernama Gakupo Kamui itu dalam lenguhan nafasnya yang berat. "Rupanya kau masih perawan, ya?" tambahnya bertanya, sambil bergerak menjauh agar bisa menatap wajah ayu gadis di bawahnya.

Gadis bernama Hyuuga Hinata itu hanya bungkam dengan mata terpejam. Bibir mungilnya tergigit sendiri, enggan memberikan jawaban. Pun karena memang tak mampu memberikan tanggapan. Yang bisa dia lakukan hanyalah meremas seprei di bawah tubuhnya hingga berantakan. Dan bulir-bulir air sebening kristal mengalir membasahi bantal seiring dengan rasa perih akibat kejantanan pria itu mendesak untuk memasuki relung tubuhnya yang terdalam.

"Kamui-san...," Hinata menyebut nama pria itu dengan nada memohon.

Gakupo kembali berhenti bergerak. Dia sedikit menjauh, lalu mendekat, mencium kelopak mata Hinata yang masih terpejam erat. Bibir tipis pria itu mencecap air matanya dengan lembut, terasa begitu hangat. Sentuhan intim itu membuat nafas Hinata tersendat-sendat.

"Kalau begitu, aku pakai dadamu saja," bisik Gakupo terdengar mulai gusar.

Hinata terkesiap mendengar ucapan Gakupo. Masih berusaha mencerna kata-kata pemuda itu, tiba-tiba Gakupo beranjak dari atas tubuhnya, dan bergerak semakin ke atas, menempatkan bagian tubuh pribadinya yang telah tegang sempurna di antara kedua payudara Hinata.

Tak sempat Hinata berontak, Gakupo segera menggenggam kedua bongkahan daging berkulit super sensitif itu dan meremasnya dengan keras. Dia menjepitkan kejantanannya dengan begitu ketat, lalu bergerak bagai menunggang kuda dengan sangat cepat. Bahkan jemari panjangnya terkadang memanjakan puncak super peka yang mengeras di sana. Mencubit, memilin, dan menariknya dengan paksa.

"Aah...! Sa-sakit, Kamui-san...!" Hinata menjerit tanpa sengaja.

"Shh..., jangan keras-keras!" ujar Gakupo memperingatkan.

Akan tetapi, yang dilakukan pria itu malah sebaliknya. Dia justru bergerak semakin cepat dan meremas semakin kuat. Membuat Hinata terpaksa menggigit bibir bawahnya agar tak mengeluarkan suara. Dan air matanya mengalir semakin deras.

"Sedikit lagi...! Ugh! Ugh! Ugh!" lenguhan tertahan meluncur dari bibir sensual pria gondrong itu. "AAARGH...!" dan desahan penuh kepuasan melesat bersamaan dengan terpancarnya cairan kental dari ujung kejantanannya hingga membasahi kedua payudara Hinata.

Flashback Off, back to Hinata's PoV

Aku sangat bersyukur malam itu dia tidak memaksaku untuk benar-benar melakukannya. Peristiwa itu, telah membekas terlalu dalam di hatiku. Jemarinya telah menjamaah setiap inci tubuhku. Bibirnya telah mencuri ciuman pertamaku. Dia bahkan nyaris mengambil kesucianku.

Jengah oleh kenangan itu, aku menggelengkan kepalaku pelan. Mengambil ponselku dari dalam tas, dan membaca kembali pesan terakhir darinya tadi. Kemudian kusentuh tombol reply dan mengetik sebuah pesan untuk membalasnya.

"Maaf, malam ini aku sibuk. Lagipula, aku tidak sudi bercumbu dengan lelaki yang bahkan tidak ingat namaku sama sekali."

Dalam perjalanan menuju coffee shop, kukirim pesan singkat itu kepadanya. Kemudian kugenggam ponsel pintarku kuat-kuat untuk menyalurkan keresahan. Aku juga merindukannya, tapi bukan begini caranya. Tak sampai lima menit, ponsel dalam genggamanku bergetar. Ada balasan darinya.

"Aku ingat namamu, kok! Hyuuga Hinata. Dada besarmu, aku sangat suka. Jadi mana mungkin aku lupa!"

'Sial...!' umpatku dalam hati.

Geram, aku segera mengetik sebuah pesan balasan. Rasanya ingin sekali mengumpat pria itu hingga mulutku berbusa. Semua penghuni kebun binatang bahkan menghiasi isi pesanku. Namun akhirnya kusentuh tombol cancel dan kumasukkan kembali ponselku ke dalam tasku, urung membalas pesan itu.

Hanya butuh lima belas menit berjalan kaki untuk sampai di coffee shop tempatku bekerja. Beberapa pelanggan tampak sedang menikmati kopi dan makanan masing-masing. Tanpa buang waktu, aku segera menuju ruang khusus staf untuk ganti baju.

"Kau datang terlalu awal, Hinata," ujar Sakura, rekan kerja sekaligus sahabatku, tanpa menyapaku lebih dulu.

"Aku bosan di apartemen sendirian," sahutku sekenanya, tapi apa adanya, sambil mengikat tali apron ke belakang pinggangku. "Lagipula ini hari pertama aku bekerja. Aku tidak ingin datang terlambat," tambahku dengan intonasi datar.

Sakura menoleh ke arahku sekilas, lalu menghela nafas. Seperti biasa, sahabatku yang cantik itu selalu bisa membaca suasana hatiku. Jika nada bicaraku terdengar ketus, maka itu adalah sinyal agar tidak bertanya lebih jauh. Sakura tersenyum maklum, lalu menghampiriku sambil merogoh saku roknya. Dia mengeluarkan sebuah kertas terlipat dari sana.

"Nih! Siapa tahu kau ingin melihatnya," ucap Sakura sambil mengulurkan kertas itu kepadaku, lalu pergi menuju belakang meja kasir.

Aku menerima kertas itu dengan setengah hati, kemudian segera membuka lipatannya karena penasaran. Aku sedikit terkejut saat membaca tulisan di sana, karena ternyata itu adalah sebuah poster berisi jadwal event eksibisi seni kontemporer tingkat internasional yang akan digelar bulan depan. Tak perlu waktu lama untuk kedua mataku menemukan dua kata tabu yang membuat jantungku mendadak berdebar-debar. Savagetno Percussion. Sebuah grup musik etnik yang salah satu personilnya adalah dia, akan tampil pada pembukaan event besar itu.

_ T B C _

AN:/

Sebenarnya fanfic ini adalah crossover kedua saya setelah Venomania(c).

Sebagai pasangan Hinata, saya kembali memilih Gakupo Kamui dari Vocaloid.

Semoga kalian semua suka dengan kisah kali ini.

Terima kasih banyak sudah meluangkan waktu untuk membacanya.

Silakan tinggalkan jejak di dalam kotak review.

Salam,

uL!eZha