Hai kawan-kawan, apa kabar? Udah lama nih ngga nulis fict lagi, kangeeeeennnn, huhuhuuuu….*lebay mode on. Lagi ngga pingin nulis yang berat-berat. Lagi pingin bermain-main dengan remake dongeng jaman dahulu kala. Gara-gara kemarin nonton film Cinderella jadi kepikiran nulis fict ini deh. Yawess, chekidot aja ya!

Title : Sendal Rela : Sebuah Cerita Sepotong Sendal

Starring : Malaysia, Netherlands, France, Laos, Myanmar, Cambodia, Singapore.

Warning : remake dongeng, boy x boy, AU, absurd, ngaco, lenong, dll

Disclaimer : Hetalia Axis Power adalah milik om Hide, author cuma ngefans, udah gitu aja.

Summary : Alkisah pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang pemuda malang bernama Malayrela yang tinggal bersama mami tiri dan 3 orang saudara tirinya. Pemuda berambut hitam lurus dengan poni lempar ala-ala Andika Kangen Band itu selalu diperlakukan buruk oleh sang mami dan saudara tirinya. Ia dipaksa bekerja siang dan malam, mulai dari mencuci, memasak sampai membersihkan rumah. Bahkan, uang hasil jualan durennya pun dipalak oleh 3 saudara tirinya. Suatu hari ia berdoa ingin bisa menikah dengan seorang bangsawan supaya hidupnya tidak menderita lagi. Akankah doanya terkabul?

.

.

.

Sendal Rela : Sebuah Cerita Sepotong Sendal

Once upon a time -terjemahan kerennya- pada suatu masa, hiduplah seorang pemuda yang biasa dipanggil Malay. Hari itu ia sedang asyik mencuci pakaian di sungai tak jauh dari rumahnya. Seraya bersiul-siul sepanjang hari dengan tak jemu-jemu, ia mengangguk-angguk sambil berseru, "Trilili lilili…"

Eh, itu mah burung kutilang ya?

Ia menghentikan sejenak kegiatan mencucinya seraya merenggangkan kedua tangannya ke atas. Badannya terasa pegal luar biasa. Masih ada seember cucian lagi yang harus diselesaikannya, tapi rasanya ia sudah tak sanggup lagi. Pemuda itu menghela napas panjang seolah berusaha membebaskan diri dari beban berat hidupnya. Lalu dengan langkah gontai diangkutnya 2 ember cuciannya itu ke gerobak miliknya yang diparkir di tepi sungai. Ia akhirnya memutuskan untuk pulang walaupun pekerjaannya masih belum tuntas.

"Hyaaa..!"

Seekor keledai kurus berjalan perlahan membawa 2 ember cucian beserta seorang pengemudinya dari tepi sungai menuju rumahnya. Sesampai di rumah, Malay langsung menuju dapur untuk mempersiapkan makanan bagi mami dan 3 orang saudara tirinya. Sesaat kemudian ia terlarut dalam lamunan.

Perkenalkan, nama lengkapnya Malayrela, seorang pemuda Asia Tenggara berambut hitam lurus berkulit sawo matang dengan wajah agak sipit oriental. Pemuda malang itu tinggal di sebuah rumah bersama mami tirinya bernama Singapore dan 3 orang saudara tirinya yaitu Laos, Myanmar dan Cambodia. Dulu hidupnya sangat bahagia bersama ayah, mami tiri dan 3 saudara tirinya. Namun, semuanya berubah semenjak negara api menyerang -eh salah- semenjak ayahnya meninggal. Mami tirinya itu berubah sikap, yang awalnya baik dan menyayanginya, kini menjadi jahat dan kejam.

"Malaaaayy…!"

Terdengar suara melengking dari arah ruang keluarga yang langsung membuatnya tersadar dari lamunan.

"I-iya, Mi." Si pemuda malang itu langsung menuju ruang keluarga seraya berlari dengan tergopoh-gopoh.

"Mana baju kesayangan milik Cambodia!?" tanya sang mami dengan nada tinggi.

"A-anu, be-belum sempat kucuci, Mi, tadi…"

"Kenapa belum dicuci juga, dasar lelet!? Apa kerjamu seharian ini, hah!? Melamun!?" teriak sang mami lagi.

"Tadi aku buru-buru kembali ke rumah karena harus menyiapkan makan malam." ujar Malay.

"Alasan!" timpal seseorang.

Malay menoleh.

Dari kejauhan muncullah 3 orang saudara tirinya yang tampangnya nyebelin banget. Malay sudah hapal setiap kali 3 tuyul itu muncul, they definitenly will ruin his day.

"Dia bohong, Mami!" ujar Laos.

"Tadi aku melihatnya main-main saja di sungai." timpal Myanmar.

"Iya tuh, Mi! Bukannya kerja yang bener, malah mancing ikan! Huuh, baju kesayanganku gimana, Mi!?" cerocos Cambodia.

"Sudah, pakai saja bajumu yang lain, kan masih banyak yang bagus." ujar sang mami sembari tersenyum dan mengelus kepala si anak.

"Malay, sekarang cepat masak yang enak, jangan sampai kami jadi kelaparan gara-gara kerja leletmu itu!" teriak sang mami tiri seraya berlalu pergi.

Malay menarik napas panjang. Dengan langkah gontai ia kembali ke dapur bergulat dengan panci, penggorengan dan kawan-kawan. Hatinya kesal luar biasa. Ia jenuh menghadapi omelan, cacian dan hinaan dari mami tiri dan trio tuyul sialan itu. Belum lagi rutinitas pekerjaan yang harus dikerjakannya sejak terbit fajar sampai larut malam yang membuat sekujur badannya terasa mau copot sangking capeknya. Ckk, rasanya ia ingin segera minggat saja dari rumah itu. Namun ia selalu ingat-ingat pesan sang ayah bahwa ia harus menjadi seorang yang tabah dan tegar dalam menghadapi hidup, jangan menyerah, syukuri apa adanya, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik, Tuhan pasti akan menunjukkan, kebesaran dan kuasaNya, bagi hambaNya yang sabar dan tak kenal putus asa.

D'Nasip, D'Nasip.

-o0o-

Pagi itu matahari bersinar dengan sangat cerah. Malay mengeluarkan gerobak dan keledainya dari kandang. Dengan semangat, diangkutnya beberapa butir duren ke atas gerobak. Pagi itu ia menuju pasar untuk menjual duren miliknya yang panen 2 hari yang lalu.

"Duren, duren, 30 ribu sebutir!" ujarnya seraya menjajakan dagangannyan sambil mengemper di pinggir jalan.

"Sepuluh ribu ya, Bang!" tawar seseorang.

"Waduh ngga bisa, Bu, ini duren istimewa, ditanam dengan rasa cinta dan kasih sayang, dirawat dengan sepenuh hati seperti anak sendiri." ujar Malay gombal.

"Pasti durennya namanya Malika ya, Bang?" sambar si Ibu.

"Asem, emangnya iklan kecap!" batin Malay gondok.

"Dua puluh lima ribu deh, babang ganteng!" si ibu berusaha merayu supaya dapet diskon. Dasar emak-emak pelit!

Malay jengkel tapi akhirnya ia menyerah, "Yaudah deh buat ibu ngga apa-apa."

Si ibu pembeli pun langsung melonjak kegirangan seraya menggamit dagu Malay dan memberikannya kedipan nakal. Kok jadi horror ya?

"Makasih, Babang ganteng!"

Dan si emak-emak genit itupun berlalu meninggalkan Malay yang bergidik ngeri.

"Ah, syukurlah, udah laku 4 butir, lumayan." batin Malay tersenyum.

Ketika pemuda berambut hitam lurus itu asyik menghitung uang hasil dagangannya, tiba-tiba datang segerombolan pasukan berkuda. Hampir saja Malay buru-buru merapikan dagangannya dan bergegas kabur karena mengira itu adalah Satpol PP. Ternyata gerombolan berkuda itu bukanlah Satpol PP, bukan pula satria berkuda, apalagi satria baja hitam, ternyata mereka adalah pasukan kerajaan.

"Dengar hai dengar, pangeran Netherlands dari kerajaan Hetalia sudah lama menjomblo dan akan segera mengakhiri masa lajangnya. Untuk itulah kerajaan akan mengadakan ta'aruf massal dalam bentuk pesta dansa dalam rangka mencari calon pendamping hidup untuk sang pangeran. Silakan datang ke istana minggu depan jam 8 malam. Laki-laki, perempuan, tua, muda, semua rakyat diundang tak pandang bulu, suku, agama, ras maupun keturunan."

Dan seluruh pasarpun heboh mendengar pengumuman dari kerajaan Hetalia tersebut. Tua dan muda, laki-laki dan perempuan semuanya langsung asyik membayangkan betapa bahagianya jika berhasil dipersunting oleh sang pangeran yang pastinya tampan, gagah dan kaya raya.

"Pokoknya gue harus dandan yang paling cetar, pake jambul katulistiwa plus bulu mata anti badai!" ujar Neng Syahroni yang sedang berdiri di samping Malay.

"Gue mau luluran dulu pake lumpur Laut Merah dicampur kembang tujuh rupa!" ujar Mpok Suzanna, kawan Neng Syahroni.

"Aki mau pasang gigi palsu dulu, biar bisa pasang senyum paling manis, siapa tahu pangeran langsung kesengsem sama aki." ujar seorang kakek ompong yang berdiri tak jauh dari Malay.

Malay cuma garuk-garuk kepala. Ini manusia kenapa jadi pada mendadak eror semua cuma gara-gara si pangeran pingin cari jodoh? Emang situ udah pada tahu tampangnya si pangeran kayak gimana? Entar kalo ternyata doi tampang aslinya kayak kodok buduk baru nyaho loe, batin Malay.

Si pemuda berwajah oriental itupun segera membungkus dagangannya dan segera kembali ke rumah menyiapkan makanan. Begitu sampai di rumah ia terheran-heran karena menemukan mami tiri dan 3 adiknya sedang teriak-teriak kegirangan mengetahui berita tentang si pangeran yang mencari jodoh. Heran, cepet amat beritanya sampe?

"Malay, coba dengar, pangeran kerajaan Hetalia yang ganteng kayak sekoteng yang belom mateng itu mau ngadain pesta dansa minggu depan!" ujar sang mami tiri.

"Iye, udah tahu!" ujar Malay dalam hati.

"Bayangin kalau pangeran yang tajir melintir itu memilih salah satu dari Laos, Myanmar atau Cambodia jadi pendampingnya!"

"Mami, ngga ada yang ngelarang orang berkhayal sih, tapi si trio tuyul itu kan masih pada bocah, belom nyampe 17 tahun, kencing aja masih belom pada lurus!" batin Malay.

"Ssstt, denger-denger, sang pangeran itu agak-agak pedo gitu, seneng sama yang loli imut-imut, aih, pas dan cocok banget sama 3 anak mami ini!" ujar si mami sambil jawil-jawil pipi ketiga anaknya yang cuma bisa cengengesan ngga ngerti apa-apa.

"Wanjir, anaknya sendiri dikorbanin!" Malay langsung facepalm.

"Ya sudah, sekarang Malay, kamu pergi ke kota, pesen baju 4 stel buat pergi ke pesta dansa." ujar sang mami.

"Hah, 4 stel!? Saya ngga mau ikutan yang begituan kok, Mi!" timpal Malay.

"Ih, ge-er, manehna! Siapa yang mau bikinin buat kamu!" ujar sang mami tiri, "tiga stel itu buat 3 sodara kamu dan 1 stel lagi buat mami dong! Jadi kamu jangan sok kepedean ya, Malay! Lagian mana mau pangeran ngelirik pemuda kampung dekil macam kamu, huh!"

"Yeah.." Malay menatap pakaiannya yang kumel dan dekil. Wajahnya juga udah buluk karena ngga pernah ke salon lagi. Belum lagi rambutnya yang awut-awutan karena ngga sempet creambath lagi. Bener juga sih kata si mami, kalau si pangeran ngeliat dirinya, pasti dikira Osama Bin Laden!

Pemuda dekil nan kumel itupun ngeloyor pergi mengambil gerobak beserta keledainya menuju ke kota.

Saat di kandang keledai, pemuda melayu itu tiba-tiba dicegat oleh 3 saudara tirinya. Mereka bertiga rupanya tahu bahwa Malay berjualan duren di pasar dan meminta jatah preman dari hasil dagangannya itu.

"Ta-tapi, ini mau gua tabungin buat beli action figurenya Dragon Ball." ujar Malay tak rela.

"Halah, pelit! Cuma minta sedikit doang kok buat jajan!" sembur Laos.

"Iya, sekarang cepetan serahin duit loe atau gua laporin mami!" timpal Myanmar.

"Loe masih ingat kejadian waktu itu kan? Waktu loe dihukum mami disuruh lari keliling lapangan sambil telanjang bulet!? Mau dihukum lagi kayak gitu!?" ancam Cambodia.

Malay langsung terkesiap teringat kejadian yang amat memalukan itu. Waktu itu ia dihukum sang mami lari keliling lapangan dalam keadaan telanjang gara-gara ngga sengaja ngelunturin baju kesayangan si Laos. Padahal waktu itu dia ngga sengaja. Padahal waktu itu dia udah minta maaf, tapi tetap aja. Damn, kalau inget kejadian itu, rasanya mau mati aja, batinnya.

"Oke, oke, nih gua kasih duitnya buat loe.." ujar Malay agak jiper.

Dengan senang hati trio tuyul itu mengambil semua uang hasil Malay berjualan duren.

"Lho, jangan semua! Tadi katanya cuma buat jajan!?" jerit Malay nelangsa.

"Udah jangan banyak bacot, ntar gua laporin nih!"

Malay langsung kicep.

Amsyong. Seluruh uang hasil kerja kerasnya itu lenyap dalam sekejap. Pingin marah tapi ngga berani, takut dilaporin ke mami. Pingin nangis tapi malu sama yang baca fanfict. Pingin curhat tapi ngga ada Mamah Dedeh dan Aa Abdel. Pingin mati tapi sayang, masih muda, belom kawin lagi. Pingin ngadu ke Balaikota tapi Mr. Governornya udah pindah ke Mako Brimob.

"TERUS GUA MESTI APAAA…!?" jerit Malay pilu.

~TBC~