Hai Minna-San!

Salam Kenal! Saya author baru disini.. Mohon bantuannya ya!

Disclaimer : I DO NOT OWN NARUTO.. Kishimoto owns Naruto..(T_T)

Don't like don't read!

Rate : T

TRUE LOVE NEVER DIES

Warning: AU, OOC, Miss Typo, Gaje

Chapter 1. Unfaithful Father

Normal POV

Malam semakin larut namun masih terdengar suara-suara gaduh dari ruang keluarga sebuah rumah yang berasal dari sepasang suami-istri yang saling beradu mulut. Pertengkaran kedua orang itu semakin lama makin memanas.

"Teganya kau melakukan semua ini padaku!" hardik Hana Haruno kepada suaminya sambil terisak.

"Itu bukan urusanmu, Hana!" bentak Hanabe Haruno.

"Bukan urusanku? Selama ini kau bermain belakang dengan wanita lain dan kau bilang itu bukan urusanku? Demi Tuhan aku ini istrimu, Manabe! Kenapa kau lakukan semua ini padaku?" tangisan Hana semakin kencang.

"Diam Hana! Aku sudah muak mendengar tangisan bodohmu itu. Lebih baik aku pergi. Aku sudah tidak tahan tinggal lebih lama disini!" bentak Manabe sambil berjalan ke kamar utama.

Manabe mengambil koper yang tersimpan di lemari dan segera mengemasi semua pakaian dan yang dia butuhkan dan berjalan ke luar rumah menuju mobil sedan mercedes-benz hitam yang di parkir di garasi rumah tersebut.

"Kau mau kemana? Kumohon jangan pergi. Sakura dan Konohamaru masih kecil. Mereka membutuhkanmu!" Hana memohon.

"Aku tidak peduli lagi!"

"Aku sangat mencintaimu Manabe! Aku mohon jangan tinggalkan aku!"

"Dengar Hana, aku sudah tidak mencintaimu lagi. Aku tidak bisa hidup bersamamu lagi. Aku lebih memilih bersama dengan Rika daripada hidup denganmu. Hubungan kami sudah kau ketahui jadi aku tak perlu susah payah diam-diam berhubungan dengannya," jawab Manabe sambil membuka pintu belakang mobil dan memasukkan koper yang ia bawa.

"Kumohon jangan pergi!" isak Hana mencoba mengejar dan menahan Manabe untuk tidak memasuki mobil sedan tersebut. Namun, Manabe tidak menggubris. Ia malah mendorong Hana menjauh darinya dan secepat kilat memasuki pintu kemudi, menutup pintu mobil dan mulai menghidupkan mesin mobil. Hana tidak berhenti. Ia terus terisak dan memukul-mukul kaca pintu kemudi dengan kencang sambil memohon agar Manabe tidak pergi. Manabe tetap tak bergeming. Mobil yang dikemudikannya itu melaju meninggalkan rumah mereka dan Hana yang terduduk sambil menangis tersedu-sedu di garasi.

Sakura dan Konohamaru yang terbangun akibat suara yang berasal dari adu mulut kedua orangtuanya melihat dari lantai atas. Mereka berdua melihat dengan jelas dari lantai atas rumah pertengkaran sengit kedua orangtuanya. Sakura dan Konohamaru kemudian menghampiri ibunya yang terus menangis dan tidak beranjak dari garasi rumah. Mereka melihat dengan jelas pertengkaran orangtuanya dan kepergian ayah mereka.

"Ma, kenapa mama menangis? Kemana papa pergi?" tanya Konohamaru yang mulai menangis ketika melihat ibunya menangis. Hana tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan keadaan mereka kepada kedua anaknya. Mereka masih kecil. Sakura berumur 8 tahun sedangkan Konohamaru masih berumur 5 tahun. Hana masih sangat terpukul dengan kepergian Manabe.

"Papa akan kembali kan ma?"tanya sakura kemudian.

"Mama, tidak tahu papa pergi kemana dan kapan akan pulang sayang. Sepertinya papa kalian telah meninggalkan kita dan tidak akan kembali lagi," jawab Hana sambil memeluk kedua buah hatinya.

Mereka bertiga menangis sambil berpelukan di garasi rumah. Hana berusaha kuat menahan semua sakit hati yang ia rasakan. Ia sadar bahwa Sakura dan Konohamaru masih membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Namun sekarang Ia harus menjaga dan melindungi mereka berdua seorang diri. Hana tidak bisa terus berlarut-larut dalam kesedihan karena Ia harus kuat demi kedua anaknya. Ia berdoa dalam hati semoga Kami sama membuka jalan untuk mereka bertiga.


Normal POV

Matahari telah terbit di ufuk timur menandakan pagi telah datang. Jam weker yang terletak di samping tempat tidur berbunyi membangunkan penghuni kamar yang masih terlelap. Sang penghuni kamar merupakan seorang gadis yang bernama Sakura Haruno. Gadis itu segera bangun dan merapikan kamarnya sebelum ia berangkat sekolah. Sakura merupakan orang yang sangat bersih. Ia rajin membersihkan dan mengatur kamarnya agar selalu terlihat rapih dan bersih. Ukuran kamarnya cukuplah luas. Tempat tidur queen size-nya dengan terletak disudut kanan kamar berdekatan dengan lemari pakaian. Meja belajarnya diletakkan didekat jendela kamar yang ditutupi dengan gorden berwarna merah muda. Disamping meja belajar, terdapat lemari buku-buku tempat ia menyimpan komik, novel, majalah dan buku-buku koleksinya. Tak lupa cat kamarnya yang berwarna merah marun memberikan kesan girly pada kamarnya tersebut. Secara keseluruhan kamar sakura terlihat sangat simpel. (Author jelek mendeskripsikan kamarnya. Hohohoho!XD)

Setelah selesai membersihkan kamarnya, Sakura beranjak menuju kamar mandi yang terletak disamping kamarnya sebelum digunakan oleh adiknya. Keduanya berbagi kamar mandi yang terletak diantara kedua kamar tersebut.

Setelah mandi, Sakura kemudian berpakaian dan membereskan semua perlengkapan sekolahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30, Sakura segera bergegas ke luar kamarnya yang terletak di lantai atas kemudian menuju ke ruang makan di lantai bawah dengan menggandeng tas sekolahnya.

"Pagi Ma!" sapa Sakura ketika duduk meja makan.

"Pagi Sakura. Gimana tidurnya nyenyak kan?" tanya Hana

"Ia ma nyenyak. Sakura tidak sabar ingin cepat-cepat ke sekolah," jawab Sakura.

"Apa sudah kau siapkan perlengkapan sekolahmu sayang?"

"Sudah ma. Hari ini hanya orientasi saja. Pelajaran belum dimulai kok ma, masih pengenalan lingkungan sekolah. Jadi Sakura tidak banyak membawa perlengkapan sekolah," jawab sakura sambil mengambil nasi, ikan goreng dan miso sup yang disediakan ibunya untuk menu sarapan pagi.

"Ya sudah sekarang sarapan dulu. Mama akan mandi dan siap-siap ke kantor. Jangan lupa masukkan ke tasmu bekal yang sudah mama siapkan untuk makan siangmu di sekolah," Hana bergegas menuju kamar untuk bersiap-siap ke kantor.

Sakura sedang menikmati sarapannya, kemudian Konohamaru sampai di meja makan dan mulai mengambil sarapan.

"Pagi Kak. Hari ini sudah mulai belajar ya?" tanya Konohamaru sembari duduk dan bersiap-siap mengambil sarapan pagi.

"Belum Maru. Hari pertama ini kakak masih pengenalan sekolah dulu jadi belum mulai belajar. Kelas kakak juga belum ditentukan. Mungkin tiga hari lagi baru mulai belajarnya," jawab Sakura

"Wah enak sekali. Kalau aku sudah mulai belajar," gerutu Konohamaru.

"Kamu kan masih kelas 6 SD Maru, kelas kamu juga tidak berubah. Jadi wajar donk kalau hari pertama sudah mulai belajar," ujar Sakura

"Ya, tapikan setidaknya hari pertama bebas dulu dong,"

"Belajar kan adalah tugas utama pelajar. Tinggal setahun lagi kamu akan masuk SMP jadi kamu tidak boleh mengeluh kalau belajar. Walaupun masih lama, kamu harus dari sekarang mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional," kata Sakura menggurui.

"Iya, iya bawel banget deh," balas Konohamaru sewot

"Dengarkan kata kakak dong Maru. Ini juga untuk kebaikanmu tahu!" Sakura tak mau kalah.

"Sudah, sudah kalian masih pagi juga sudah berisik. Kalian berdua segera selesaikan sarapan kalian dan kemasi bekal kalian berdua. Kita berangkat sekarang. Sudah jam 7 pagi nanti kalian terlambat ke sekolah," Hana menenangkan kedua anaknya sebelum terjadi pertengkaran yang tidak diperlukan.

"Baik Ma," sahut kedua kakak beradik tersebut berbarengan dan buru-buru menghabiskan sarapan pagi mereka.

"Jangan sampai ada yang ketinggalan ya," Hana mengingatkan.

Setelah ketiganya siap, mereka bergegas ke luar rumah dan kemudian menuju halte bis yang menuju ke tujuan mereka masing-masing.


Sakura POV

Aku, Ibu dan Maru berjalan menuju halte bis. Kami bertiga sudah biasa menggunakan bis untuk ke kantor dan ke sekolah. Jarak antara rumah dan halte bis tidak terlalu jauh. Hanya butuh berjalan kaki selama 10 menit. Selama perjalanan, Maru dan Ibuku mengobrol di belakang sedangkan aku berjalan di depan mereka berdua. Sambil berjalan, aku melihat sekeliling kompleks rumahku.

Dalam perjalanan menuju halte, kami melewati taman yang terletak di tengah kompleks. Saat melewati taman itu, aku menjadi ingat masa-masa kecilku. Dulu, kami sekeluarga setiap minggu selalu mengunjungi taman tersebut entah untuk olahraga, bersepeda, ataupun bermain-main sambil menghabiskan waktu bersama keluarga. Ayah sering mengajak aku, Maru dan Ibu untuk datang kesini. Sejak kepergian ayah yang entah kemana, kami tidak pernah lagi mengunjungi taman ini.

Terlalu pahit mengingat kenangan-kenangan indah tersebut. Kepergian ayah meninggalkan bekas luka yang mendalam di hati kami bertiga. Tidak hanya meninggalkan luka di hati, ayah juga meninggalkan hutang di perusahaan tempat bekerjanya dulu. Ayah sebelumnya merupakan Direktur Keuangan di sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang otomotif. Karena jabatannya itu kami sekeluarga hidup mewah. Kami bisa membeli apa saja yang kami mau. Karena memiliki uang dan kekuasaan, ayahku kemudian berselingkuh dengan partner bisnisnya. Demi memanjakan wanita itu, ayah tak segan-segan menggunakan uang kantor untuk membelikan barang-barang mahal.

Perselingkuhannya akhirnya terbongkar. Perusahaan kemudian memberhentikan ayah dan meminta ganti rugi atas semua uang yang sudah ayah pakai. Karena ayah kabur dengan selingkuhannya, akhirnya kami yang harus mengganti semua kerugian tersebut. Barang-barang berharga kami seperti mobil, perhiasan, dan barang-barang elektronik disita oleh perusahaan. Untunglah kami tidak kehilangan rumah tempat tinggal dan beberapa barang-barang lainnya yang jumlahnya tidak banyak. Kami yang dulunya berkelimpahan harus hidup sederhana. Kami bisa hidup berkecukupan oleh karena ibu yang masih bekerja sebagai pegawai pemerintaha. Walalupun demikian kami tetap menunggu kepulangan ayah. Namun sampai sekarang ia tidak pernah kembali. Usiaku sekarang sudah 14 tahun dan Ayah sama sekali tidak pernah kembali. Karena itulah aku sangat membenci ayahku. Aku tak akan pernah bisa melupakan semua pengkhianatannya yang benar-benar menghancurkan kami bertiga. Ia membuang kami tanpa peduli.

Cih..Aku masih belum bisa melupakan kenangan pahit itu. Walaupun sudah bertahun-tahun lamanya, memori tersebut masih tetap mengiris hatiku. Tak terasa air mataku mulai keluar. Aku berusaha menahan agar air mataku tidak bercucuran di pipiku agar tidak diketahui Ibu dan Maru. Ya, bisa di bilang aku menjadi sangat sensitif. Aku menjadi sangat anti dengan yang namanya PERSELINGKUHAN. Tidak bisakah orang di dunia ini setia pada pasangannya masing-masing! Aku menggerutu dalam hati.

Sepuluh menit berlalu kami tiba di halte bis. Ternyata sahabatku Ino Yamanaka sudah datang terlebih dahulu. Kami berdua sudah lama berteman semenjak SMP. Dulunya kami berdua sekelas selama tiga tahun di SMP Suna. Sekarang kami juga masuk di SMA yang sama yaitu SMA Swasta Suna.

"Pagi Sakura, Bibi, dan Maru," sapa Ino kepada kami.

"Pagi juga Ino-gendut,"balasku kepada sahabatku tersayang ini. Ibu dan Maru juga tak lupa membalas salam Ino.

"Gimana kabarmu Jidat Lebar? Liburan kemarin kemana aja?" tanya Ino

"Aku tidak kemana-mana Ino. Hanya dirumah saja. Gimana dengan liburanmu ke Konohagakure (Konoha)? Oleh-olehnya mana?"

"Asyik donk. Aku diajak keliling Konoha oleh sepupuku. Disana banyak tempat-tempat yang bagus loh. Puas banget belanja disana. Tenang saja Jidat. Aku membawa oleh-oleh khusus untuk sahabatku ini. Jadi pulang sekolah kamu harus mampir ke rumahku dulu ya." Jawab Ino berbinar-binar

"Siap Ino!"sambungku bersemangat.

Beberapa menit kemudian bis yang kami tunggu datang. Seluruh penumpang yang menunggu bis kemudian bergegas masuk ke dalam bis yang datang. Kami semua tinggal di Iwagakure (Iwa) sebuah kota kecil yang terletak di provinsi Sunagakure (Suna). Semua sekolah dan perkantoran terletak di Sunagakure yang merupakan pusat seluruh aktifitas di provinsi ini. Suna termasuk kota yang maju dalam perekonomian. Namun bila dibandingkan dengan provinsi Konoha yang sudah lebih dulu maju dalam perekonomian dan industri, Suna masih belum bisa menyamai kemajuan konoha. Konoha merupakan provinsi yang paling maju dari seluruh provinsi yang ada di Jepang.

Waktu yang kami tempuh untuk sampai ke Suna kira-kira 30 menit lamanya. Bis yang kami tumpangi juga sangat penuh. Maklumlah sebagian besar warga Iwa bekerja dan bersekolah di Suna sehingga pagi hari bis yang kami tumpangi sangatlah penuh dan sesak. Saking penuhnya, kami terkadang harus berdiri berdesak-desakan dengan penumpang lainnya. Hari ini kami tidak beruntung karena tempat duduk bis sudah terisi penuh sehingga kami harus berdiri sampai ke tujuan.

"Duh penuh sekali bis ini," bisikku pada Ino agar tidak terdengar penumpang yang lain.

"Mau gimana lagi. Kalau menunggu bis berikutnya belum tentu kita kebagian tempat duduk,"balas Ino berbisik

"Harusnya pemerintah Suna menambah jumlah bis yang menuju Iwa. Penduduk di Iwa kan sangat banyak yang menuju ke Suna tapi bis yang beroperasi hanya sedikit,"

"Aku juga setuju. Mungkin kita warga Iwa harus mendemo ke pemerintah untuk menambah jumlah bis ini,"kata Ino antusias

"Mendemo pun belum tentu didengar Ino.. Hanya akan buang-buang waktu saja. Mungkin kita memang harus bersabar dengan naik bis seperti ini," sakura mendesah pasrah

"Tapi kalo begini terus, sampai disekolah seragam kita sudah basah dengan keringat. Bisa-bisa aku dijauhi cowok-cowok satu sekolah karena bau keringat,"keluh Ino

"Ino..Ino.. Cowok melulu yang ada dipikiranmu,"

"Ya Iyalah. Akhirnya aku bisa mencari pacar di masa SMA ini. Waktu SMP mana bisa aku dekat dengan cowok. Kau tahu sendiri kan ayahku sangat protektif kepadaku. Dilarang pacaran sebelum SMA!," kata Ino dengan meniru gaya bicara ayahnya. Mendengar itu rasa iri muncul di benak Sakura

"Iya..iya. Tenang aja Ino. Kamu pasti bisa punya pacar sekarang," bujuk Sakura berusaha menghilangkan rasa iri yang tiba-tiba muncul sebelumnya.

"Mulai sekarang aku akan menebar pesonaku ke seluruh murid-murid cowok," Ino makin bersemangat dengan mengacungkan tangan kanannya

"Aku mendukungmu Ino!" sambung Sakura ikut mengacungkan tangan kanannya juga.

Orang-orang disekitar kemudian memandang kami heran sehingga membuat kami berdua menunduk malu. Aku dan Ino menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang selama perjalanan menuju ke Suna. Cukup lama juga waktu yang ditempuh untuk sampai ke sekolah kami.

Sekolah aku, Ino dan Maru terletak di kompleks persekolahan yang sama. Persekolahan ini lengkap dari SD, SMP sampai SMA. Sekolah kami sangatlah besar dan luas karena sekolah kami merupakan sekolah terfavorit di Suna. Ada empat gedung yang membentuk segi empat. Empat gedung tersebut dibagi menjadi empat blok yaitu Blok A untuk SD, Blok B untuk SMP, Blok C untuk SMA, dan terakhir Blok D yang merupakan asrama yang dikhususkan untuk murid-murid kalangan elit sekolah swasta ini dengan harga sewa yang sangat mahal. (Bayangin sekolahnya hampir mirip dengan di Manga Gakuen Alice)

Waktu berlalu kami kemudian sampai di halte depan sekolah kami. Aku, Ino dan Maru kemudian turun. Kami bertiga memasuki gerbang depan sekolah swasta Suna. Aku dan Ino berpisah dengan Maru menuju ke Blok C sedangkan Maru bergegas menuju ke Blok A. Para siswa sudah mulai memadati halaman sekolah dan menunggu jam sekolah dimulai. Aku sangat bersemangat menantikan hari ini. Hari pertama aku menginjakkan kakiku di bangku SMA. Aku tak tahu apa yang akan kualami pada kehidupan di SMA ini. Apakah akan sama seperti dengan SMP dulu? Yang aku tahu bahwa aku tak sabar ingin memulainya. Jantungku berdebar semakin kencang penuh semangat.

'SMA swasta Suna Aku datang!' teriakku bersemangat dalam hati.


Akhirnya Chapter 1 ini selesai juga..

Perjuangan super berat nulisnya.. Mohon maaf bila ada miss typo dan alur ceritanya yang gaje dan membosankan ...Maklum author masih baru dengan beginian..

Mudah2an diterima oleh Readers semua.. Mohon masukan buat author ya.. Author menolak segala bentuk flame. Bila gak suka jangan dibaca..

Please Read And Review