Tittle : Cinta Itu, Pembodohan Diri!

Rated : T

Genre : Drama, Romance, Hurts.

Cast :

Cho Kyuhyun (Kyuhyun)

Lee Sungmin (Sungmin)

Disc : hanya pinjam nama, cast semua milik masing – masing. Saya hanya mengaku anak dari Appa Kiyu dan Daddy Ming.

Warning : TYPO(s), OOC, aneh, geje. NO EDIT.


*Kyuhyun POV*

Menurut kalian, apa definisi dari kata cinta?

Menurut Kahlil Gibran, cinta adalah satu-satunya kebebesan di dunia karena cinta itu membangkitkan semangat hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alami pun tak bisa mengubah perjalannya. Cinta ibarat seekor burung yang cantik, meminta untuk ditangkap tapi menolak untuk disakiti.

Eric Fromm sendiri mendefinisikan cinta adalah suatu seni yang memerlukan pengetahuan serta latihan. Cinta adalah suatu kegiatan dan bukan merupakan pengaruh yang pasif. Salah satu esensi dari cinta adalah adanya kreativitas dalam diri seseorang, terutama dalam aspek memberi dan bukan hanya menerima.

Sedangkan Abraham Maslow mengutarakan pendapatnya tentang cinta, dia menyatakan bahwa cinta adalah suatu proses aktualisasi diri yang bisa membuat orang melahirkan tindakan-tindakan produktif dan kreatif. Dengan cinta seseorang akan mendapatkan kebahagiaan bila mampu membahagiakan orang yang dicintainya.

Tapi, aku mempunyai difinisi tersendiri tentang cinta itu. Cinta. Menurutku, cinta adalah sebuah PEMBODOHN DIRI. Ya, kenapa aku bisa berbicara seperti itu, karena, aku yakin, semua orang akan menjadi bodoh saat dia sedang jatuh cinta. Bodoh mau menunggu orang yang mungkin tak memiliki perasaan yang sama terhadap kita. Bodoh karna mau membohongi diri sendiri dan orang lain saat melihat orang yang kita cintai berada disisi orang lain.

Ya, begitulah cinta menurutku. Itulah yang aku rasakan saat ini. Mencintai seseorang dan orang itu hanya menganggap mu teman nya? Ya. Itu sudah biasa. Terlebih untuk ku. Lima tahun? Aniyo. Lebih dari itu. Sudah sejak aku masih memakai seragam sekolah menengah tingkat pertama, aku menyukai dirinya. Sosok cerewet, manja, aneh, suka berbicara sendiri, dan bisa dibilang playboy. Tapi entah Kenapa, aku tetap sangat mencintainya walaupun dia seperti itu.

Jika saja perasaan ini dapat berbicara, pastilah ia akan menyumpah serapah kepada Ming. Karena apa, berulang kali perasaan ini merasakan sakit. Berulang kali hati ini teriris. Tapi, perasaan ini sungguh ajaib. Entah Kenapa, hanya dengan melihat senyumnya, senyum yang lepas dan tulus, akan selalu membuat hati dan perasaan ini luluh seketika. Hancur sudah tembok amarah yang ingin aku luapkan. Dasar cinta!

.

.

"Kyu, apa itu kau?" Tanya seseorang dibalik selimut tebalnya.

Aku berlari dari apartemenku yang jaraknya hampir dua puluh menit dari tempat ku sekarang berdiri ini. Menerobos hujan tanpa menggunakan pelindung sama sekali. Nafasku masih memburu. Sisa – sisa air hujan masih menetes dari rambutku yang hitam kelam. Bahkan bajuku masih basah kuyup. Aku kedinginan. Tapi, sekali lagi, cinta itu pembodohan diri. Aku mengabaikan rasa dingin ini untuk bertemu dengannya yang tiba – tiba menelphone ku.

"berapa derajat suhu tubuhmu?" ku sentuh dahi nya. Rasanya seperti ada bara api di sana. Panas.

"mollayo. Aku belum mengukurnya. Aku tak tahu dimana kau meletakkan thermometernya. Aku sudah mencarinya kemana – mana, tapi nihil. Tapi aku sudah minum obat penurun demam tadi." Jawabnya parau.

"aku sudah bilang berapa kali eoh? Ada di dalam kotak plastic di dalam kotak P3k." Hanya sebuah cengiran yang aku dapat sebagai respon atas ucapanku tadi. Dan lagi, aku hanya menghela nafas. Benar – benar. Cinta memanglah pembodohan diri.

"mian, Kyu. Aku menelphone mu disaat seperti ini. Pasti di luar hujannya deras sekali." Suaranya mengecil. Dan aku benci yang tak bisa memarahinya meski dia yang salah. Apalagi saat dia sudah mulai mengeluarkan jurus andalannya, wajah sedikit sendu, mata sedikit berair, dan suara parau. Sungguh. Aku benci saat aku yang tak kan bisa apa – apa saat melihatnya melakukan ekspresi seperti itu.

"apa kau sudah makan? Aku akan membuatkan bubur untukmu."

Tak ada jawaban. Karna aku juga tak membutuhkannya. Aku langsung pergi ke dapur dengan semua yang aku bawa tadi. Jika kalian bertanya, apa aku tahu dimana dapurnya, maka aku akan menjawab apartemen ini seperti punyaku sendiri. Bahkan, aku lebih tahu dimana letak barang – barang yang ada di apartemen ini daripada pemilik aslinya yang terbaring tak berdaya di atas sofa sana.

"Hyung, ireona. Nanti buburnya akan dingin."

Mata sayu itu membuka seperti tidak ada daya, wajahnya merah dan nafasnya terdengar berat. Dipaksakannya untuk duduk. Dia mendesah pelan sambil menatap bubur.

"haah. Saying sekali hidungku tersumbat. Padahal aku ingin mencium bau bubur lezat ini. Menyebalkan sekali." Ujarnya sengau. "Kyu, suapi~" katanya dengan nada merajuk.

"apa kau tak malu pada umurmu, eoh?" sentakku.

"Kyu~, kau tahu sendiri kan. Aku selalu bersikap dewasa di depan eomma, appa, dan juga namja chingu ku. Tapi aku lelah. Aku ingin merasakan sekali – kali menjadi seseorang yang kekanak – kanakan. Dan aku hanya berani seperti ini di hadapanmu saja." Seperti yang aku bilang tadi. Cinta itu pembodohan diri. Aku menyerah. Aku mengambil mangkok di meja tadi dan mulai mengaduk buburnya. Lalu perlahan kuambil sesendok bubur dan meniupnya pelan agar buburnya menjadi hangat dan bisa dimakan.

Setiap bubur yang aku tiup, aku selalu berdoa supaya dia cepat sembuh. Aku berdoa supaya dia tak sakit lagi. Karna itu merepotkan. Karna itu juga membuatku menderita. Karna rasanya seperti akulah yang lebih sakit darinya. Aku tak sanggup melihatnya menderita karna sakitnya.

"Hapus ingusmu, Hyung!"

Dengan kasar dia mengosok hidungnya dengan ujung lengan pakaiannya lalu membuka mulut.

Seperti itu hingga buburnya habis tak tersisa. Saat aku selesai mencuci semua peralatan makan dan kembali ke ruang tengah. Dia sudah jatuh tertidur. Wajahnya merah dan rambutnya acak-acakan. Kutarik selimut hingga berada di bawah dagunya. Panasnya masih tinggi, masih terasa terbakar di telapak tanganku. Bibirnya pucat dan pipinya sangat panas.

Aku duduk di lantai, di samping sofa, bersandar di sisi dimana aku bisa melihat wajahnya yang tertidur. Kubawa tanganku di atas kepalanya. Ku elus rambutnya yang menguar harum strawberry. Punggungku rasanya begitu letih, beban di pundakku semakin memberat. Dan rasa dari ketidaknyamanan yang lain membuatku melirik pada pakaianku. Basah. Sejak kapan aku lupa bahwa aku kehujanan?

.

.

Kalian tahu, perlu kekuatan yang besar saat kau mencintai seseorang seperti yang aku lakukan. Berpura – pura bahagia walau Sungminyataannya tidak. Berura – pura tersenyum walau Sungminyataannya kau ingin menangis ataupun marah, tetap merasa tenang walau kau merasa akan kehilangan sebuah harapan, membuat orang lain nyaman dan bahagia walaupun kita sendiri hancur tak tau jadinya, dan tetap berpegang teguh pada keyakinan diri dan pendirian walaupun sebenarnya kita ragu akan keyakinan itu.

"Kyu~. Aku ada berita bagus. Kau masih ingat Jungmo? Kim Jungmo. Teman sebangku ku dulu waktu kita SMA. Dia, tadi mengajakku ketemu."

"mwo? Benarkah? Kim Jungmo yang dulu pernah kau taksir itu? Apa benar itu dia?"

"nee. Tadi kita melakukan video call. Dan ternyata…" dia menggantungkan kalimatnya.

"wae?"

"dia makin tampan. Sungguh. Akumakin terpesona padanya."

"aaaah, iya. Kapan kalian akan bertemu?"

"akhir pekan nanti. Aku ingin kau menemaniku berbelanja~."

"baiklah – baiklah. Apa kita akan pergi sekarang?"

"kajja~"

Ya. Begitulah aku. Aku akan tetap menuruti apa keinginannya. Aku menemaninya berbelanja meski dia tak tahu bagaimana hatiku sangat teriris. Sangat sakit. Sungguh. Lagi – lagi hatiku menjerit pilu melihat semua Sungminyataan ini. Memuakkan! Tapi apalah dayaku. Sekali lagi aku bilang, cinta itu pembodohan diri!

.

.

Dua minggu setelah pertemuan Sungmin hyung dan Jungmo, aku mendpat sebuah pesan. Apa kalian bisa menebaknya? Ya, aku rasa kalian bisa menebaknya. Dan lagi – lagi. Aku hanya dapat memberikan selamat kepadanya.

"jinjja? Kim Jungmo menyatakan perasaannya padamu di sebuah café dan di lihat banyak orang? Waaah. Daebak. Chukkae, Hyung. Akhirnya kau 'tak sendiri' lagi." Itulah balasan yang aku kirim kepadanya. Aku sengaja mengutip kata 'tak sendiri lagi' pada pesanku itu.

Aku sadar diri. Aku sedikit membatasi intensitasku bertemu dengan Sungmin Hyung. Kami sudah jarang bertemu. Tidak. Dia yang terus mengirim pesan ingin menemuiku. Tapi aku sengaja menolaknya dengan alas an pekerjaan. Jadi dia tidak akan memaksaku.

.

.

Sebulan, dua bulan, tiga bulan, telah berlalu sejak Sungmin hyung berstatus menjadi 'kekasih Kim Jungmo'. Sungguh, saat mengingat itu aku ingin sekali menghujam tubuhku dengan sebilah pisau. Sakit. Bahkan ini rasanya lebih sakit dari pada menggores sebuah kaca pada pembuluh darahmu.

Akhir – akhir ini, aku terus memikirkan Sungmin hyung. Dia sekarang jarang mengirimi ku pesan. Aku merasa ada yang sedang terjadi. Aku berinisiatif untuk membuat surprise dengan dating langsung ke partemennya tanpa memberi tahunya.

Tak butuh waktu lama, aku tiba di depan apartemen Sungmin hyung. Sepi. Memang. Karna dia hanya tinggal sendiri. Kemudian aku memasukkan kode pengaman di pintu nya. Masih sama. Kode iti masih sama seperti saat dia pindh kesini beberapa tahun lalu.

"Hyung, aku datang."

Sepi. Tak ada suara yang menyahut sama sekali.

"hyung, eoddiseo?" teriakku entah pada siapa.

Aku menunggu. Aku menunggu Sungmin hyung datang. Tiga puluh menit berlalu menjadi satu jam. Sekarang sudah menunjukkan pukul 22.10 KST. Dan Sungmin hyung masih belum pulang juga.

'PIIIP' suara pintu terbuka.

"eoh? Hyung, kau dari mana saja?" suaraku panik saat melihatnya masuk ke apartemen.

"eeh? Kyu? Kenapa kau ada di sini?"

"aku mencarimu. Aku menunggumu."

"mian. Aku baru pulang dari tempat Jungmo."

"gwenchana?" aku melihat wajahnya yang tampak murung. Ntahlah, ini hanya perasaanku saja, atau memang ada yang salah dalam hubungan mereka.

"gwenchana. Kyu, aku lelah. Bolehkah aku langsung tidur?"

"aku ingin menemanimu malam ini."

"aniya. Tak usah. Aku bukan anak kecil. Pulanglah, ini sudah malam."

'deg' baru kali ini dia mengusirku begini. Biasanya, dia akan semangat jika aku bilang akan menginap disini. "baiklah kalau begitu. Apa kau sudah makan? Aku sudah menghangatkan makanan tadi jika kau ingin memakannya. Kalau begitu, aku pulang dulu." Kataku sambil berlalu. Ini tidak benar. Aku merasa ada sesuatu yang aneh. Aku akan menyelidikinya besok.

Aku mengikutinya, memberanikan diri mengikuti Kencannya dengan Jungmo. Dan aku terkejut bahwa Sungmin hyung mendapat pukulan fisik dari pria kurang ajar itu.

Aku keluar dari tempat persembunyianku, menonjok wajah pria itu dan menyeret Sungmin hyung pergi. Darahku mendidih, marah. Bagaimana bisa ia hanya diam diperlakukan seperti itu.

.

Dengan kasar kubuka pintu apartemennya, Sungmin hyung menunduk memasuki apartemen dan aku mulai dengan bentakan.

"Demi Tuhan, kemana otakmu Hyung! Dia memukulimu dan kau hanya diam? Memangnya kau apa? Lawan tandingnya?" kataku keras.

Ia hanya menunduk.

"Akhiri hubunganmu dengannya atau kubuat dia cacat." Bentakku.

Dengan cepat Sungmin menengadah. Matanya berkaca-kaca. Lebam di dagunya semakin terang sejak terakhir aku melihat, apa Sungmin hyung tidak pernah menyadari betapa menyedihkannya dia saat ini.

"Andwae."

"MWO?" kupikir aku tuli.

"Aku mencintainya dan dia mencintaiku, ini hanya hal wajar."

"Oh bagus, memangnya dia mencintaimu sebagai objek kekerasan atau sebagai pacarnya? Dengar hyung, puluhan kali kau sudah mengalami putus cinta dan menambah satu bukanlah hal sulit. Aku akan ada di sampingmu, jadi akhiri hubungan kalian."

"Shiro!"

"Kau sudah tidur dengannya?"

Sungmin hyung hanya menunduk.

"Sudah kubilang ratusan kali, ani, bahkan ribuan kali, jangan pernah tidur dengan pacarmu lagi. Kau selalu seperti ini."

"Dengar Kyu, aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri."

"Kau yang harus mendengarkanku, Hyung!"

Sungmin menunduk semakin dalam. Dan kami terdiam lama. Aku benci keadaan ini, tapi kemarahanku kali ini benar-benar memuncak. Bagaimana bisa dia membiarkan orang lain melukainya disaat aku dengan mati-matian menjaganya.

"Tidurlah denganku."

"MWO?"

Tanpa menjawabnya aku menarik tangan Sungmin hyung. Dia meronta di antara ketidak tahuan dan rasa takut. Aku menyeretnya menuju kamarnya, menendang pintunya keras dan melemparnya ke ranjang. Dengan cepat aku mengurungnya. Mencabik pakaiannya dan memaksanya berciuman.

Marah. Hanya itu yang ada di kepalaku. Dia menangis di bawah tubuhku dengan tubuh gemetar, berteriak dan merintih. Dia membiarkan orang lain menyentuhnya meski tahu mereka akan menyakitinya, lalu Kenapa aku tidak boleh?

Ia mendesah dan masih terus menangis. Tidak ada ampunan, aku memaksanya menerima. Aku begitu frustasi. Air matanya mengalir seperti tidak akan pernah habis, bibirnya bengkak karena ciuman.

Kami melakukannya berjam-jam. Dan selama itu aku tidak berhenti untuk terus memaksanya menerimaku. Tapi semakin lama aku justru merasa semakin frustasi. Aku marah padanya dan aku marah pada diriku sendiri.

"Sakit, Kyu..hiks..berhenti.., aku lelaah..hiks..hiks.."

"Akulah yang lebih lelah, hyng. Akulah yang menderita selama bertahun-tahun. Kau hanya tidak tahu, tidak mau tahu."

"KYU!"

Bentakannya yang keras dengan suara sedih itu menonjok kesadaranku. Sungmin hyung menangis di bawah tubuhku. Gemetar, aku mungkin benar-benar melakukannya dengan kasar. Tapi lebih dari itu aku tahu hatinya sakit lebih dari badannya. Dia mungkin merasa terhianati.

Kuremas rambutku, apa yang kulakukan? Memperkosanya? Aku baru saja menghancurkannya. Ya Tuhan. Apa yang sebenarnya telah kulakukan?

"hyung," Panggilku pelan seolah aku sedang berusaha mengumpulkan sisa-sisa pecahan kaca.

Tangisan nya masih memenuhi ruang kamar. Sesenggukan.

"hyung." Kusentuh pipinya.

'PLAAK' Tepisan kasar yang kudapatkan.

"Kumohon hyung." Matanya yang merah menatapku tajam, ada kubangan luka disana. Dan demi apapun aku akan menyerahkan apapun termasuk nyawaku untuk memperbaiki kesalahanku di detik itu juga, untuk memohon sebuah maafnya.

"Pergi…" ujarnya lirih. Aku nyaris bingung antara suaranya atau suara di dalam kepalaku sendiri. "Pergi Kyu!"

Dan tanganku masih berusaha meraihnya, seolah itu untuk hidupku.

"PERGI KYU, PERGI! AKU MEMBENCIMU, AKU MEMBENCIMU."

"hyung, kumohon, dengarkan aku!"

"PERGI DARI HADAPANKU, KYU. AKU TIDAK SUDI MELIHATMU LAGI, KAU BRENGSEK!"

"HYUNG!"

"PERGI! AKU BERSUMPAH TIDAK INGIN MELIHATMU LAGI!"

Rasanya ada bom yang meledakkan isi kepalaku hingga semuanya seperti mati rasa, seolah waktuku berhenti pada detik itu juga.

Seperti seorang pengecut. Aku mundur, untuk lebih dari ribuan kali dan kali ini adalah kali terakhir aku mampu berusaha. Sungmin hyung membenciku, dia tidak ingin melihatku. Memang apa yang lebih menyakitkan daripada cinta selain ketidak sudiannya untuk melihatku? Aku telah bertahan seperti karang saat harus mencintainya dalam diam tapi kebenciannya padaku membuat semua harapan yang mati-matian kukumpulkan harus hancur. Pada detik itu, ketakutan di matanya menjadi batasku. Telah habis dayaku, aku menyerah dan aku kalah.

"Jika perbuatanku tadi serendah binatang, lalu kau sebut apa tindakan pacar-pacarmu selama ini?" Kataku padanya. Dia tidak menoleh, hanya terus menangis.

.

.

.

TBC!

Note : annyeong.. aku bawa ff baru nih.. :v gimana? Feel nya dapet gak? Ooh.. kasian cho kiyu.. kkkkkk map ya, aku menistakan cho kiyu dulu.. ini ff buat memperingati hari lahir Appa Kiyu.. SAENGIL CHUKKAHAMNIDA CHO KYUHYUN! ^_^ whuuuuu.. happy Bday 29th Cho Kyuhyun.. ^_^ Long Last Buat Appa Kyu dan Daddy Ming.. monggo yang mau repiyu silakan.. yang gak mau juga gpp sih.. hahahahaha gak bakalan maksa kalian buat mengomentari karya orang.. :v