Ada saat dimana Daichi menemukan sosok berhelai platina itu keluar kamarnya dengan wajah kusut.
Yang akan ia lakukan adalah, menggiringnya duduk di ruang tengah dan menyajikan segelas susu panas. Tidak ada pertanyaan apapun sampai pemuda di hadapannya itu berbicara atas keinginannya sendiri. Daichipun hanya akan duduk diam dan menenangkan kekasihnya.
Ia terlalu terluka untuk bicara banyak.
Disclaimer
Haikyuu! © Furudate Haruichi
won't let you down © Enamel Illyane
Warning!
AU, DaiSuga, original version of keep your dream high, dear,minim dialog, maybe OOC, typo(s), terdapat diksi yang tidak tepat
Not gonna say anything nice? Then keep it to yourself and click the 'back' button, you won't like wasting your energy on this right?
.
.
.
.
Sugawara kembali menyesap susu panas yang dihidangkan Daichi tiga menit yang lalu. Ia masih betah bungkam dan Daichi masih setia menunggu. Yang berhelai hitam tahu perasaan kekasihnya kacau lagi pagi ini.
"Persediaan kita masih ada?"
Daichi mengangguk. Kondisi mereka tidak bisa dibilang menguntungkan. Terjebak di kota besar dengan kekacauan di luar sana menyulitkan keduanya untuk keluar dan mencari kebutuhan hidup. Sesekali mereka akan bergantian untuk keluar mencari amunisi, atau sekedar alat komunikasi. Tapi belakangan kondisi Sugawara tidak memungkinkan untuk ia keluar sendirian.
"Aku ingin keluar."
"Kau tahu kau tidak bisa, Suga," Daichi menjawab dengan suara serak. "Apa mimpi malam ini seburuk itu?"
Sugawara mengangguk dengan sangat, sangat lemah. "Lebih buruk dari apapun." Tangannya perlahan naik menutupi wajah pucatnya.
Daichi menarik Sugawara mendekat, mendekapnya, kemudian menggerakkan tanganya naik dan turun di punggung kekasih platinanya. "Tenanglah, aku di sini, oke? Kita aman di sini," hiburnya.
"Tapi bagaimana dengan mereka!?" Sugawara mulai meremas rambutnya, diikuti Daichi yang mendekapnya makin erat. "Siapa yang tahu apakah mereka masih hidup di luar sana!? Bagaimana kalau orang-orang pemerintahan menangkap mereka dan—dan melakukan sesuatu yang aku.. aku tak bisa bayangkan..? Bagaimana kalau mereka kelaparan dan kedinginan di luar sana..? Sementara kita menikmati kehangatan mesin pemanas dan makan makanan enak? Aku tidak sanggup, Daichi. Kenapa kau tidak mengizinkanku keluar menyelamatkan mereka!?"
"Kau… tahu bagaimana dunia di luar sana, Suga," Daichi menjawab ragu.
"Dan kau membiarkan mereka di luar sana tanpa perlindungan, Daichi!" Sugawara menjauhkan dirinya kasar. Ia menatap Daichi dengan penuh amarah kemudian mulai histeris. "Mereka hanya anak-anak! Mereka bahkan belum dua puluh tahun! Hanya ada Tanaka dan Yachi bersama mereka! Bagaimana kalau Hinata atau Kageyama atau Nishinoya melakukan hal bodoh!? Bagaimana kalau Tsukishima meninggalkan mereka karena tidak tahan!? Bagaimana kalau Yamaguchi terluka parah!?"
"Mereka akan baik-baik saja, Suga. Kita yang merawat dan mendidik mereka. Mereka pasti baik-baik saja." Setengah dari ucapannya, Daichi akui sebagai penghiburan diri. Mana mungkin ia tidak khawatir pada anak-anak ceroboh itu.
"Terakhir kali kau bilang begitu, Asahi dan Shimizu ditangkap orang pemerintahan, Daichi. Mereka sekarat dan berakhir mati," desis Sugawara pedas.
Daichi merasa ada peluru yang mencelus ke dalam hatinya. Ah, ah, bagaimana mungkin ia bisa melupakan kejadian naas tersebut. Kejadian yang persis seperti ini. Mereka yang terpisah dari kelompok berakhir mengenaskan—bahkan meski mereka sepasang gagak dewasa.
Daichi menghela napas. "Kau… tidak perlu membahas soal mereka, kau tahu."
Ada hening selama tiga detik sebelum Sugawara bangkit dan beranjak pergi. "Sudahlah, aku mau kembali ke kamar. Panggil aku kalau ada apa-apa."
Pintu kamarpun terbanting keras.
to be continued..
Euh.. AiMalfoy, ini yang saya janjikan. Ini bakal jadi two-shots, jadi jangan baper dulu. /kayakbakaladaaja/
Pendek? Iya emang. Chapter selanjutnya juga nggak kalah pendek, kok. /desh/ Dan adakah yang sudah lihat episode 16 dan 17? Kokoro ini gegana dibuatnya ;;
Mencoba tegar bersama Mama Suga dan Om En,
-Enamel Illyane
