You Hurt My Pride
YoonMin
Jimin x GS!Yoongi
.
.
.
~oOo~
Hening.
Amarah yang meluap-luap di kepala Yoongi seakan membakar hangus seisi café, tak bersisa.
Kilatan emosi yang nyata ia tunjukkan pada sesosok pemuda yang duduk tenang seraya meniup pelan kopi pahit yang ia pesan sebelum menyeruput isinya sedikit, sikapnya yang terlihat biasa saja membuat Yoongi muak.
"Katakan sekali lagi, Park."
"Kau tuli, ya? Atau kau memang sengaja menulikan telingamu?"
Rahang Yoongi mengeras, pandangannya mulai memburam tatkala hatinya dirasa sudah tak mampu menahan kepongahan pemuda itu.
"Kubilang, menikahlah denganku, Min Yoongi."
Jimin menautkan jemarinya di depan wajah, meletakkan kedua sikunya di atas meja dan menopang dagu memandangi gadis yang membisu di depannya kini, Jimin tahu Yoongi marah besar atas keputusannya tapi mau bagaimana lagi, ia sudah terlanjur jatuh terlampau dalam.
"Kau ingin mati?" Genggaman tangan gadis itu mengerat pada cup ice blended yang sama sekali belum ia sentuh, bulir air matanya jatuh perlahan lalu reflex berkedip pelan agar mereka luruh seutuhnya.
Jimin memiliki wajah dan seringai yang angkuh, tapi entah kenapa kedua bola matanya mengisyaratkan yang lain saat balik menatapnya, Yoongi sama sekali tidak percaya bahwa itu kilatan cinta karena di matanya Park Jimin adalah orang brengsek.
"Kau yakin akan tega membunuh calon menantu favorit ayahmu ini, hm?"
Yoongi tersentak.
"K–Kau…Ayah…ku?"
"Betul, Ayahmu. Aku menceritakan segalanya, kau paham? Segalanya."
Hati Yoongi mencelos mendengar penuturan menyakitkan Jimin, tiap kata dalam frasa terasa seperti hujaman mematikan yang langsung menusuk relung hatinya, harga dirinya amat sangat terluka atas kesemena-menaan pemuda itu, terlebih di depan Ayahnya, satu-satunya orang yang ia miliki saat ini, orang yang paling ia kagumi dan hormati seumur hidup.
"Aku menceritakan apa yang telah kita lakukan dengan tidak sengaja di malam tahun baru waktu itu, ia tahu akulah yang merenggut kegadisan putri kesayangannya. Lagipula, sayangku, baik ayahku atau ayahmu akan sangat menyetujui pernikahan ini karena akan mempermudah penggabungan perusahaan mere–"
"Hentikan!"
Yoongi sontak berdiri, menyeret flat shoes baby blue kesayangannya itu mendekat ke arah Jimin seraya ia menyambar tas selempang yang ia letakkan di atas meja.
Hatinya berderit sakit, bukan cara seperti ini yang ia inginkan.
"Dengarkan aku, Park Jimin." Yoongi menunduk, mengangkat dagu Jimin sehingga wajah pemuda itu tepat berada dalam jarak hanya beberapa senti jauhnya dari wajahnya sendiri, ia ingin Jimin mendengarkan kalimat yang ia sampaikan dengan seksama, juga, agar pemuda itu tahu kilat luka yang ia pancarkan dari sorot matanya.
"Fine. Kalau kau ingin menikahiku, maka lakukanlah aku tidak peduli. Aku yakin kau telah mendengar simpang siur yang beredar di sekitarmu bahwa aku tertarik padamu, bukan?"
Jimin ingin mendekap Yoongi saat itu juga, bukan cara seperti ini yang ia maksudkan.
"Aku merasa paling bodoh sepanjang hidupku saat aku tertarik pada lelaki brengsek sepertimu."
Lalu Yoongi melenggang pergi meninggalkan Jimin yang masih terpaku di tempatnya, melupakan fakta bahwa pemuda itu yang membawanya kemari, ponsel yang tertinggal di rumah dan awan hitam yang mengudara di luaran.
.
.
.
"Min Yoongi, berhenti."
Jimin berusaha meraih pergelangan tangan gadis itu meskipun ia menghempaskannya berkali-kali. Jalanan mulai sepi karena rintik hujan mulai turun, membasahi pundak mantel mahal yang mereka kenakan masing-masing.
"Aku akan katakan pada ayahku jika aku menyetujui pernikahan kita, kau puas?"
Yoongi mengatakannya tanpa menoleh, suaranya yang bergetar jelas menandakan ia tengah menahan tangis, Jimin ikut sakit hati melihatnya dan menyalahkan diri sendiri atas apa yang ia lakukan pada gadis itu.
Hujan melebat seketika, dan tangan Jimin reflex menggenggam pergelangan Yoongi menariknya berteduh di halte terdekat tidak peduli gadis itu meronta meminta dilepaskan, ia akan menggenggamnya semakin erat.
"Lepaskan aku, brengsek!"
Jimin tuli dan ia tidak peduli, ia hanya menuruti apa yang diperintahkan otaknya dan hatinya untuk memeluk gadis bersurai platina itu, kepalan tangan beberapa kali mendarat tepat di dadanya namun sekali lagi ia tidak memperdulikannya. Ia malah mendekap Yoongi semakin erat, melingkarkan tangannya ke pinggulnya yang kecil, sebelah tangan mengusap pelan belakang kepala gadis yang tengah menangis itu dengan kelembutan dan kasih sayang.
"Kubila–hiks a–aku akan menikah denganmu."
"Maaf…maafkan aku, Yoongi, tenanglah."
Yoongi semakin menenggelamkan wajahnya di dada Jimin, menghasilkan senyuman di wajah pemuda itu.
"Kalau aku tidak langsung bertindak nekat mendatangi ayahmu, apakah ada jaminan kau mau menjadi istriku, hm?"
"Kau bodoh!" Yoongi berucap seraya mencubit perut Jimin.
"Kau tahu aku tertarik padamu, kau sengaja mempermainkanku, ya? Jahat sekali." Yoongi merengek manja.
"Sayangku, Min Yoongi, aku mancintaimu, sangat sangat mencintaimu, berhenti merengek seperti anak kecil seperti ini, OK?"
"Park Jimin bodoh!" Tawa Jimin menggema.
Bukan cara seperti ini yang mereka bayangkan dalam angan masing-masing, halte bus dan hujan.
Tak apa, yang penting gadis ini mau menikah denganku.
Lelaki brengsek, menjatuhkan harga diriku di depan ayah untuk mendapatkanku, payah.
END.
Maaf saya nyampah lagi, ini ide spontan aja sik maaf ya kalo rada gak nyambung antara judul sama isi cerita wkwkwkwkwk ~
Review?
