Selamat datang di Secret Garden, tempat dimana pelanggan dianggap sebagai Dewa, silakan nikmati layanan dari pelayan kami dan bersiaplah untuk merasakan 'Surga Dunia'

Celestial Concubines

A Namjin Fanfiction

Slight! Vkook

By Luluv170

.

.

BTS © BigHit Ent

Warn

Mature Contents, Prostitution, Bad Words, BL, AU

Asap rokok terhembus dari sepasang bibir pria itu. Seakan mengabaikan gelarnya yang seharusnya menggambarkan wibawa dan tanggung jawab besar dari penyandangnya. Pria itu melangkahkan kaki panjangnya menyusuri malam di sudut kota Tokyo. Di tempat ini pun sama saja, Ia masih melihat gemerlap dan kebisingan seperti di pusat kota Tokyo

Ia berjalan tanpa arah dan tujuan, sudah sangat jauh Ia berjalan dari apartemennya yang berada di kawasan Yotsuya, Shinjuku. Semua beban di pikirannya membuat dirinya yang sudah lama meninggalkan lintingan tembakau itu harus kembali terbuai dalam candunya. Menciptakan ketenangan tersendiri baginya, melupakan seluruh gelarnya, membuang harga dirinya sebagai aparat negara.

Ialah Kim Namjoon, sang polisi muda yang tengah menjabat sebagai kepala inspektur di Polisi Metropolitan Tokyo. Menjadi aparat kepolisian dengan jabatan yang cukup tinggi membuatnya memiliki banyak sekali pikiran yang makin lama membuatnya stress.

Mengenai keluarganya, Ia memiliki ayah yang merupakan orang Korea dan ibunya adalah orang Jepang. Tapi karena orang tuanya sudah bercerai, Namjoon tinggal bersama ibunya di Jepang. Ia memiliki saudara kandung bernama Kim Taehyung yang diasuh oleh pihak ayahnya di Korea, jadi hubungan mereka tidak terlalu dekat, tapi tidak terlalu buruk juga.

Sudah dua jam berlalu sejak ia selesai dari tugasnya di kantor kepolisian itu. Tetapi saat Ia pulang ke apartemennya, Ia mendapat telpon bahwa adiknya yang paling menyebalkan itu, Kim Taehyung akan menginap di apartemennya untuk menikmati liburan musim panasnya di Jepang. Anak itu pasti akan menambah beban pikirannya dan membuatnya repot, diperparah dengan berita bahwa ibunya akan pergi ke kampung halamannya di Nara. Jadi yah, kalau Ia tidak pergi, dia jamin moodnya akan berantakan. Katakanlah Ia adalah kakak yang buruk, tapi yang ia butuhkan hanya melepas penatnya saja. Tapi Ia tidak seburuk itu, Ia sudah menitipkan kunci apartemennya ke sahabat karibnya yang tinggal disebelah kamar apartemennya, jaga-jaga jika Ia pulang terlalu larut dan Taehyung sudah tiba disana. Ia tidak sejahat itu meninggalkan adiknya tanpa tempat tinggal di negara asing ini, bisa-bisa Taehyung berubah menjadi gelandangan untuk semalam.

Dan disinilah ia berada, di Kabukicho, salah satu tempat hiburan yang sangat ramai dan merupakan Red-light District yang berada di Jepang. Ia melihat jam tangan mahal yang melingkari pergelangan tangannya. Baru sekitar 5 menit dia berjalan di tempat ini, sudah ada sekitar 3 orang pelacur berpakaian minim yang terus menerus mengikutinya dan menggodanya. Padahal saat itu Ia hanya menggunakan pakaian casual, hanya t-shirt hitam dilapisi blazer berwarna navy, serta celana panjang hitam yang membungkus kaki panjangnya. Kalau dilihat dari penampilannya, dia bukan tipe pria yang bisa membayar mereka dengan suka rela hanya untuk mengisi malamnya dengan suasana panas membakar. Jadi buat apa mereka begitu gencar mendekatinya? Tentu saja alasannya ada pada penampilan fisiknya. Salahkan wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang atletis. Sebagai polisi, sudah sewajarnya ia melakukan beberapa latihan fisik sehingga mampu memberikan bentuk tubuh yang ideal baginya.

"Hai tampan, kamu terlihat lelah sekali, ingin merasakan pijatan hangat dariku?" ucap seorang gadis muda dengan pakaian maid dan bando kucing seraya mengedipkan matanya nakal. Namjoon menggeleng singkat. Gadis itu tidak menyerah dia malah mengambil lengan kiri Namjoon, mendekapnya, lalu menggesekannya ke dadanya.

"Ayolah kak, aku tidak akan mengecewakanmu, aku akan membuat malam ini tidak pernah terlupakan olehmu," ucap gadis itu seduktif sambil memainkan jarinya di lengan kiri Namjoon yang Ia genggam. Namjoon yang sudah sangat jengah melempar puntung rokok yang ia genggam, lalu menginjaknya. Ia menyentak tangan gadis itu lalu menatapnya tajam.

"Pulanglah dan kembalilah ke orang tuamu, atau jika kau masih pada pendirianmu, aku akan membuatmu tidak melupakan malam ini dengan memisahkan kepalamu dari lehermu itu," desis Namjoon di depan wajah gadis itu. Gadis itu merinding ketakutan dengan ekspresi horror sambil memegangi lehernya. Ia menggeleng lalu membungkukan tubuhnya kepada Namjoon.

"Gomennasai!" serunya sebelum melarikan diri dari hadapan Namjoon. Namjoon tak ambil pusing lalu melanjutkan perjalanannya. Sungguh disayangkan, gadis muda sepertinya harus berada di tempat kotor seperti ini, tapi itu bukan urusannya kan?

Ditengah perjalanannya, tak sengaja Ia menangkap sebuah percakapan dari beberapa pria berjas dan bertato. Nampaknya mereka adalah gerombolan yakuza yang sering berada di area ini.

"Hei, kau sudah pernah pergi ke tempat pelacuran yang baru dibuka disana?"

"Yang mana? Flower Palace?"

"Oh yang itu, tau. Menurut gossip yang ku dengar, disana tempat berkumpulnya pelacur-pelacur profesional dan yang pasti tampangnya tak perlu diragukan lagi! Mereka semua kualitas unggulan! Disana kita benar-benar menjadi raja yang memegang kendali, luar biasa!" ucapan itu ditanggapi seruan heboh yang pastinya terdengar sangat mesum.

"Ku dengar diantara orang-orang itu, ada kumpulan pemain 'khusus' yang benar-benar spesial! Harga mereka sangat mahal luar biasa!"

"Oh ya? Menarik sekali! Kau tau dari mana?"

"Aku pernah sekali kesana dan ada pelayan yang mengatakannya padaku, mereka disebut 'Celestial Concubines'! Wajah mereka bagaikan ciptaan Tuhan yang paling sempurna, benar-benar surga!"

Namjoon menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya sudah terdiam dan menguping sekumpulan yakuza mesum yang tengah sibuk bergossip. Ia meneruskan perjalanan tanpa tujuannya dengan langkah malas-malasan. Pegal juga dia berjalan lama-lama.

"IZINKAN AKU MASUKKK! Hik, MINGGIR KALIAANN! Hik,"

Perhatian Namjoon kembali teralih ke arah suara teriakan seorang pria bertubuh gempal. Dari pengelihatannya pria itu jelas-jelas mabuk dan memaksa masuk ke sebuah gedung tinggi yang terlihat dihiasi lampu gemerlap dan memiliki bentuk pagoda yang menjulang tinggi. Berbeda dengan tempat lainnya yang cenderung berarsitektur modern.

"Maaf tuan, tapi anda sudah membuat keributan di dalam, tolong jangan berbuat macam-macam," ucap penjaga yang menahan tubuh pria gempal itu.

"KAU TIDAK TAU SIAPA AKU HAH? AKU BISA SAJA MEMBELI SELURUH TEMPAT INI! HIK,"

"Cepat singkirkan dia sebelum dia menyebabkan keributan," perintah salah satu penjaga itu kepada penjaga yang lain. Saat itu juga tubuh pria itu diseret menjauhi gedung itu.

"TIDAKK! BERIKAN AKU JIN-CHANN! Hik, DIA MILIKKUUU! Hik, LEPASKANNN!" setelah itu pria itu pingsan, mungkin karena pengaruh alkohol. Namjoon menggelengkan kepalanya, semua orang disini benar-benar memiliki masalah di otaknya. Tapi melihat ramainya pengunjung tempat itu membuat Namjoon penasaran juga. Ia melihat sebuah papan nama besar yang terpatri di bagian luar gedung itu.

"Flower Palace?" gumam Namjoon membaca tulisan yang berada di papan besar itu. Ia teringat obrolan yakuza-yakuza mesum tadi, sepertinya tempat inilah yang mereka maksud. Ia berdebat dengan pikirannya, haruskah ia mencoba masuk? Tetapi Ia tidak pernah memasuki rumah bordil seperti ini sebelumnya.

"Hei kau yang disana, tertarik untuk bergabung? Jangan berdiri saja disana!" seru seorang penjaga di luar gedung itu kepada Namjoon. Namjoon yang baru tersadar dari perang batinnya tanpa sadar melangkahkan kakinya menuju gedung itu. Ia tidak tau setan mana yang baru saja mempengaruhinya.

"Tolong tunjukan kartu identitas anda," ucap penjaga tersebut. Namjoon berdecak lalu mengeluarkan ID Cardnya. Penjaga itu menatap kartu itu dan wajah Namjoon bergantian lalu menyeringai lebar.

"Wah, wah, wah, tuan polisi apa yang sedang kau lakukan di tempat kotor ini?" ucap pria itu dengan tatapan mengejek. Namjoon hanya menggeram pelan lalu menarik napasnya, jangan sampai Ia terpancing emosi.

"Aku juga manusia, kau tau itu?" sahut Namjoon dingin. Penjaga itu langsung tergelak mendengarnya.

"Hahaha! Namjoon-san, tolong jangan tersinggung, aku hanya bercanda! Dan jangan tangkap aku," orang ini benar-benar tau caranya mempermainkan orang lain. "Namaku Park Jimin, aku orang Korea,"

Namjoon hanya menggumam membalasnya. Jimin menyengir lebar lalu mempersilakan Namjoon masuk.

"Selamat datang di surga, Namjoon-san." Bisik Jimin.

.

.

.

Di dalam sana terasa begitu mewah, semua orang terlihat menggunakan pakaian mahal dan bermerk. Gelak tawa terdengar dimana-mana, seakan hidup mereka tiada beban. Uang, emas, dan berlian berada di seluruh penjuru ruangan. Perempuan dengan mudahnya tunduk dengan sekumpulan uang yang dibawa pria-pria kaya itu dan membiarkan harga diri mereka diinjak-injak. Mengabaikan fakta dimana mungkin saja pria-pria busuk itu memiliki anak istri yang menunggunya di rumah. Entah kenapa melihat ini semua membuat Namjoon muak. Palsu, baginya kebahagiaan disini hanyalah hal fana yang menguap ketika pagi hari datang. Tapi karena sudah terlanjur masuk, ya sudah, ia hanya mengikuti permainan penuh kepalsuan yang ada di sini.

Ia berjalan menuju bar yang berada di sudut ruangan. Ia memesan sebotol vodka kepada bartender bergigi kelinci. Setelah mengantar pesanannya, bartender bertubuh mungil itu dihampiri seorang pria. Pria itu terlihat menggodanya dan bartender bergigi kelinci itu terlihat sangat tidak nyaman.

"Hai manis, mau menemaniku malam ini?" ucap seorang pria berjas berantakan, matanya jelas sekali dipenuhi kabut nafsu. Bartender itu menggeleng cepat.

"M-maaf tuan, saya harus bekerja. Jika tidak ada yang kau butuhkan lagi, s-saya permisi-" ucap bartender itu berusaha menutupi suaranya yang bergetar. Tapi ucapannya terpotong ketika pria itu tiba-tiba menangkap tangannya.

"Bukankah tempat ini mempunyai slogan 'pengunjung adalah raja'? Berati kau harus menurutiku kan? Dan tentu saja aku masih butuh sesuatu, yaitu kau~!" seru pria itu sambil mencengkram lengan bartender itu yang berusaha melepaskan genggaman pria itu.

"Hei, bisakah kau diam sedikit?" ucap Namjoon yang sudah malas melihat adegan di depannya.

"APA?! Kau— ARGGHHH!"

Krek! Krek! Brak!

Setelah puas dengan perbuatannya, Namjoon membersihkan debu tak terlihat di kedua tangannya dengan menatap tajam ke pria asing tersebut.

"Arghh! Beraninya kau!—" pria itu berseru seraya mengangkat tangannya untuk meninju wajah Namjoon.

"Hey Hey Hey! Jangan buat keributan disini! Penjaga, bawa dia!" seru seorang pria dengan coat bulu berwarna hitam. Seketika muncul para penjaga yang langsung menggeret pria asing yang meronta-ronta dalam genggaman mereka keluar dari gedung. Setelah itu Namjoon mendudukan dirinya kembali ke kursi barnya.

"Arigatou gozaimashita!" ucap bartender itu dengan senyum merekah sambil membungkuk penuh terima kasih pada Namjoon. Namjoon mengangguk singkat.

Ketika ia menuangkan cairan itu ke dalam sloki, seorang pria bercoat bulu berwarna hitam tadi duduk di sebelahnya. Pria itu memperhatikan Namjoon lamat-lamat sambil mengetuk-ngetukan jarinya yang dibalut cincin-cincin berlian dan emas ke meja bar.

"Kau terlihat berbeda," ujar pria itu, "Jungkook-ah, Tolong bawakan aku tequila," ujarnya pada bartender bergigi kelinci yang dengan sigap membawakan pesanannya.

"Terima kasih," Namjoon singkat membalas perkataan pria itu.

"Kau datang bukan untuk menjadi pria bajingan kan?" tanya pria itu. Namjoon hanya bergumam singkat, tak tertarik dengan obrolan ini, "Ingin kutunjukan sesuatu?" tanya pria itu sambil meneguk tequila dari slokinya. Namjoon mengangkat sebelah alisnya sambil melirik pria itu.

"Ikuti aku, aku akan menunjukan 'surga' padamu," ucap pria itu. Namjoon mengernyit, kenapa semua orang menyebut tempat itu surga? Tanpa sadar Ia menangguk disertai raut waspada.

"Jangan coba-coba untuk membawaku ke tempat yang aneh,"

"Baiklah, ikuti aku," ucap pria itu mengabaikan kata-kata Namjoon sambil berjalan begitu saja. Mereka melangkah menuju tangga yang berada di pojok ruangan.

Setelah melalui banyak sekali anak tangga, kebisingan dan gelak tawa memuakan itu pun perlahan sirna. Bagai memasuki gerbang dunia lain, atmosfer yang dirasakan Namjoon pun berubah, ada apa ini?

Dan tibalah mereka menuju sebuah pintu besar berwarna putih, sangat berbeda dengan semua gemerlap penuh warna yang tadi memenuhi pengelihatannya. Pintu ini terlihat sangat bersih, dan membuatnya penasaran. Apa yang ada di balik pintu ini?

"Kim Namjoon, aku persembahkan padamu, surga.."

.

.

.

Dan saat pintu itu terbuka, nampaklah tubuh-tubuh berbalut kimono sutra yang hampir transparan, begitu lembut dan rapuh. Tubuh-tubuh itu terlihat begitu menggiurkan dan sangat menggoda untuk dijamah. Tetapi setelah Namjoon perhatikan, mereka bukanlah wanita-wanita cantik nan seksi, mereka dalah pria. Pria-pria paling cantik yang pernah Namjoon lihat.

"Selamat datang di Secret Garden, tempat dimana pelanggan dianggap sebagai Dewa, silakan nikmati layanan dari pelayan kami dan bersiaplah untuk merasakan Surga Dunia" ucap pria yang membawanya ke tempat ini. Namjoon yang merupakan pria gay, hal yang ia sembunyikan dari dunia selama ini, merasa sangat takjub melihat pemandangan di depannya.

"Selamat datang Tuan Hoseok," ucap merek serempak. Pria di samping Namjoon mengangguk. Saat melihat Namjoon, beberapa dari pria itu memekik pelan dengan pipi merona. Mereka juga bergumam satu sama lain, mengagumi paras tampan Namjoon.

"Untuk apa semua ini?"

"Ah, ini sebagai hadiah atas perbuatanmu, kau berbeda dari manusia-manusia busuk itu. Jadi, kau pantas mendapatkan hak sebagai tamu istimewa kami,"

"Hanya karena itu?" Hoseok mengangguk. Namjoon menghela napas pelan.

"Mereka adalah Celestial Concubines, merekalah yang selalu dielu-elukan oleh semua orang di Kabukicho, bahkan orang-orang dari luar Tokyo pun banyak yang datang untuk mendapatkan mereka! lihatlah pesona mereka!" ucap Hoseok. Ya, dia benar sekali, mereka terlalu mempesona untuk menjadi manusia, mungkinkah mereka anak dewa yang terjatuh ke bumi? Namjoon tidak bisa memalingkan wajahnya dari mereka, terutama salah satu pria disana yang menurutnya paling bersinar, paling sempurna dimatanya. Pria itu memiliki bibir plum yang seperti mengundangnya untuk memberikan kecupan padanya, kulitnya putih bersih bagai porcelain dan terlihat sangat lembut, lekukan tubuhnya pun sangat sempurna. Membayangkan Namjoon bisa mendaratkan tangannya di atas kulit mulus itu saja sudah bisa membuatnya gila.

"Sekarang pilihlah, aku memberikanmu keleluasaan malam ini, berterimakasihlah karena harga mereka sangat mahal!" bisik Hoseok.

Perlahan, beberapa pria itu maju dan mulai menggoda Namjoon dengan pesona dan lenggokan tubuh mereka yang memabukan. Diantara mereka pun ada yang mulai menyibak pakaian mereka dan mengekspos bagian pribadi mereka ke depan Namjoon.

Tetapi Namjoon hanya diam saja, masih menatapi pria yang berhasil merebut semua atensinya. Hoseok terheran-heran lalu mengikuti arah pandang Namjoon, Ia pun tertawa lebar. Jadi Tuan Namjoon ini sudah menentukan pilihannya toh?

Hoseok melirik pria yang ditatapi Namjoon lalu tersenyum. Pria itu memang sangat spesial dan sempurna. Saat sadar Ia sedang ditatap Namjoon pun dia tidak serta merta memasang gestur menggoda yang biasa para pelacur murahan dan beberapa rekannya lakukan. Dia malah bergerak gugup sambil merapatkan kimono putihnya yang sama sekali tidak membantu karena, hell! Kimono itu hampir transparan! Yang ada hal itu menimbulkan kesan manis yang membuat Namjoon semakin gemas.

"Jin-chan, kemarilah," ucap Hoseok memanggil pria yang sedari tadi ditatapi oleh Namjoon. Pria itu terkesiap lalu mengangguk ragu. Ia melangkahkan kaki jenjangnya menuju arah tuannya. Para Celestial Concubines yang lain mundur selangkah setelah pilihan ditentukan. Diantaranya ada yang merengut kesal dan berdecak kesal.

Jelas mereka kesal, jarang ada pria setampan Namjoon yang datang ke 'istana' mereka untuk mencicipi pesona mereka. Paling yang datang hanya pria kaya hidung belang yang sudah dimakan umur.

'Jin-chan? Bukankah nama itu yang diteriakan oleh pria mabuk tadi?" batin Namjoon. Sepertinya sekarang dia bisa mengerti kenapa pria gempal itu bisa terlihat seperti orang gila.

"Jin-chan, sekarang temani Tuan Namjoon ini ke kamar khusus untuk kalian," ucap Hoseok sambil mengusap surai hitam Jin yang terlihat selembut sutra.

"Baik Tuan Hoseok," ucapnya lalu membungkuk patuh. Dengan hati-hati Jin menyentuh lengan Namjoon dengan jari-jari lentiknya. "Mari tuan,"

Bagai mendengar ajakan iblis, Namjoon menurut saja sambil berjalan di tuntun oleh pria cantik itu. Mereka masuk semakin dalam, tempat itu terlihat begitu sederhana, semua berwarna putih dipadukan dengan warna lembut lainnya, begitu terbalik dari lantai pertama gedung ini yang penuh warna emas yang glamor. Ditengah perjalanan, Namjoon melepaskan tangannya yang tadi digenggam lalu meletakannya ke atas bokong padat Jin. Ia merabanya lalu meremasnya pelan. Wajah Jin merona samar dan Ia menggigit bibirnya gugup. Namjoon menyeringai tipis melihat reaksi menggemaskan Jin. Tibalah mereka di depan kamar yang akan menjadi saksi bisu panasnya malam ini. Namjoon membuka pintu itu lalu melangkah masuk diikuti Jin.

.

.

WARNING! Mature content start!

.

.

Setelah mereka sudah di dalam ruangan itu, Namjoon sudah tidak dapat menahan dirinya lagi. Ia mendorong tubuh Jin ke dinding dekat pintu masuk kamar itu lalu melumat bibirnya secara perlahan. Jin membalas lumatan itu dalam diam. Suara kecipak halus mengiringi ciuman lembut mereka yang perlahan berubah menjadi ciuman yang kasar dan penuh nafsu.

"Mhh... ahh..." Jin mendesah disela-sela ciuman mereka yang membuat Namjoon makin terbakar nafsu.

Namjoon mengangkat tubuh Jin dan menggendongnya tanpa melepaskan ciuman mereka berdua. Namjoon melemparkan tubuh Jin lalu mengurungnya dalam kungkungan lengan kekarnya. Matanya menatap wajah Jin yang mulai memanas dengan tatapan tajam penuh nafsu.

Ia menyentuh setiap jengkal tubuh pria yang akan menemaninya sepanjang malam itu. Kulit Jin yang bersih tanpa cacat kini dihiasi oleh kissmark yang didaratkan oleh Namjoon di beberapa bagian tubuhnya. Ia mendaratkan bibirnya di gumpalan kecil berwarna pink di dada Jin lalu menggigitnya seduktif, Jin mengerang pelan sambil meremas surai Namjoon. Kakinya bergerak melingkari tubuh kokoh Namjoon.

Tangan Namjoon tak tinggal diam, tangannya mulai bergerak mengusap penis Jin lalu meremasnya kasar. Hanya dengan sentuhan itu saja sudah dapat membuat junior Jin menegang.

"A-ahh, sentuh aku tuan, ahh" ucap Jin sambil mendesah nikmat dikala tangan Namjoon mulai mengocok penisnya. Sebenarnya, sudah berkali-kali tubuh Jin disentuh dan dibelai oleh banyak pria. Tetapi sentuhan yang dibuat Namjoon berbeda. Sentuhan yang mampu membuat tubuh hinanya memohon untuk diberikan lebih. Begitu memabukan dan menggetarkan seluruh tubuhnya hingga titik dimana nafsunya membuncah.

Seringai Namjoon melebar ketika ia melihat kondisi pria di depannya yang terbilang mengenaskan. Belum berapa lama Ia melakukan pemanasan, pria didepannya sudah terlihat kepayahan dengan penis berdiri tegak dengan precum, nipple yang mengeras, napas memburu, dan tubuh penuh peluh. Dan jangan lupakan permohonan yang sejak tadi meluncur indah dari mulut manisnya.

Namjoon merobek kain kimono Jin yang sejak tadi tergeletak di lantai lalu mengikat kedua tangan Jin menggunakan kain itu. Jin yang diperlakukan seperti itu hanya pasrah saja, antara sudah terbiasa dan tidak sabar disentuh lagi oleh Namjoon.

Namjoon menurunkan celananya hingga kejantanannya yang besar dan sudah berdiri tegak terpampang di depan wajah Jin. Ia menggenggam rahang Jin yang sedang berlutut di depannya lalu memasukan seluruh penisnya ke dalam mulut hangat Jin. Jin yang belum siap tersedak karena ukuran penis Namjoon yang besar menyodok tenggorokannya.

Namjoon memaju-mundurkan penisnya di dalam mulut Jin dengan sangat cepat. Air mata Jin mengalir karena dirinya kesulitan untuk bernapas, tetapi Ia masih berusaha melayani penis Namjoon dengan menghisap dan menjilatinya.

Namjoon yang mulai bosan dengan permainannya mulai memainkan penis Jin dengan kakinya. Jin yang masih mengulum penisnya mengerang pelan dan berhenti bergerak merasakan permainan Namjoon. Namjoon yang merasa kuluman Jin terhenti menggeram lalu menginjak penis Jin. Jin menjerit tertahan dan ia pun mengeluarkan klimaks pertamanya.

"Jangan coba-coba untuk berhenti sebelum kau memuaskanku!" seru Namjoon sambil memaju mundurkan kepala Jin dengan brutal. Jin merasa penis Namjoon membesar dan tak lama keluarlah cairan hangat yang memenuhi mulutnya. Namjoon mengeluarkan penisnya dari mulut Jin setelah menepaskan hasratnya disana. Jin hampir terbatuk memuntahkan sperma Namjoon sebelum pria itu menahan mulutnya.

"Telan," desisnya tajam. Jin dengan wajah yang telah memerah dan basah oleh air mata dan keringat menelan seluruh sperma Namjoon dengan susah payah. Namjoon menyeringai puas. Jin terduduk lemas dengan bibir yang masih terdapat sisa-sisa sperma. Napasnya tidak teratur karena sejak tadi dia tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup.

Namjoon melenggang pergi manghampiri sebuah laci meja di samping ranjang. Ia menarik laci itu lalu senyumnya merekah saat melihat isi laci tersebut. Ya, apa yang bisa membuatnya lebih senang dari pada menemukan tumpukan sex toys di dalam sebuah laci?

"Jin-chaann, see what i've got!" ujarnya dengan nada senang dibuat-buat sambil menunjukan sebatang dildo dan vibrator digenggamannya. Jin menahan napasnya saat melihat hal yang baginya seperti pertunjukan horror dihadapannya.

Namjoon melangkah pelan ke arah Jin yang masih memasang wajah horrornya. Ia berlutut di depan Jin yang perlahan meringsut menjauhinya.

"Tenang Jin, tidak akan sakit kok,"

Jin menggeleng.

"Aku akan memasukannya dengan perlahan,"

Jin menggeleng sambil memegangi bokong seksinya, melindungi agar bagian pribadinya itu tidak hancur saat itu juga.

"Ayolah kau membuatku kecewa, tidakkah kau ingin merasakan sentuhanku lagi? Dan apakah kau baru saja menolak perintahku? Bukankah kalian bilang pelanggan adalah dewa?" ucap Namjoon sambil meremas junior Jin yang kembali bangun dari tidur singkatnya. Jin mendesah pelan lalu menggigit bibir bawahnya. Wajahnya memerah menahan malu. Kenapa Ia sangat tidak tahan terhadap sentuhan pria di depannya ini?

"B-baiklah, tapi... pakai pelumas ya..." bisiknya lirih. Namjoon tersenyum puas. Pria di depannya sangat mudah digoda.

"Duh, sayangnya tidak ada pelumas di sini, bagaimana?" ucap Namjoon dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Ada kok di laci—"

"Maksudmu ini?" sela Namjoon sambil menggenggam sebotol pelumas. Jin mengangguk pelan dan berniat meraih botol itu. Tapi, sebelum tangannya dapat menggapai botol itu, Namjoon sudah menjauhkan tangannya dari jangkauan Jin.

Ia menyeringai, membuka tutup pelumas itu lalu menumpahkan seluruh isinya ke lantai marmer di bawah mereka. Jin menganga melihat adegan di depannya. Orang di depannya ini benar-benar iblis. Setelah isinya habis, Namjoon melempar botol itu ke tempat sampah yang letaknya agak jauh darinya, dan tepat memasuki tempat sampah itu. Namjoon melakukan selebrasi kecil lalu menatap Jin dengan senyum miring.

"Sayang sekali pelumasnya tumpah," ucap Namjoon dengan wajah cemberut yang pastinya dibuat-buat. Wajah Jin memelas. Ia melepaskan seluruh pakaian yang masih melekat di tubuhnya, menampakan tubuh atletisnya yang selalu dipuja-puja orang. Wajah Jin memerah karenanya.

"Ya sudah, tidak usah berlama-lama lagi, menjijikan sekali bicara seperti itu," ucap Namjoon yang langsung mendorong tubuh Jin lalu membuka pahanya lebar-lebar. Melihat itu Jin mulai panik dan berusaha menahan Namjoon, tapi tenaganya tak ada apa-apanya dibanding Namjoon.

"T-tunggu dulu tuan—AKHHH!" Jin menjerit ketika dildo berukuran besar itu dimasukkan secara kasar ke lubangnya yang bahkan tidak dipersiapkan sama sekali. Air matanya kembali meleleh. Namjoon menyeringai sambil menempelkan vibrator yang menyala ke penis Jin.

Jin mulai menjerit dan mendesah bak orang kesetanan. Kepalanya terlempar ke kiri dan kanan bibir sensualnya tak henti mengeluarkan suara yang makin membakar nafsu Namjoon. Namjoon memasukan vibrator digenggamannya kedalam lubang Jin.

"Ahh~ tuannn tolong hentikaann ahh~ hiks," berbeda dengan ucapannya, penis Jin mulai mengeluarkan precum yang sangat banyak. Namjoon hanya duduk di tepi kasur menatap pemandangan indah di depannya.

"Ohh~ tuannn a-aku tidak tahan lagihh! Ahh~!" jerit Jin sambil meronta-ronta merasakan sensasi nikmat yang menghantamnya bertubi-tubi. Ketika Jin hampir mencapai klimaksnya, Namjoon mencabut dildo yang tertancap di lubang Jin lalu memasukan penisnya yang menegang ke lubang Jin. Jin menjerit kesakitan merasakan benda besar itu menembus lubangnya secara paksa. Seketika saat itu juga Jin menyemprotkan cairan nafsunya hingga mengenai perut datarnya.

"Teriakan namaku, Jin," bisik Namjoon dengan nada rendah di depan telinga Jin lalu menggigitnya pelan.

"Ahh~! T-tuan Namjoon, ahhh~~ fastheerr akhh!" desah Jin yang sudah kehilangan akalnya. Namjoon memaju-mundurkan pinggulnya dengan brutal. Vibrator yang masih tertanam dalam lubang Jin menambah sensasi luar biasa yang membuat Jin melayang.

Namjoon mengocok penis Jin lalu mengangkat satu kaki Jin dan meletakannya ke pundaknya agar dia bisa menyentuh titik terdalam Jin.

"Namjoonnn, moree! MOREEE! AHH~~!" jerit Jin sambil menggerakan pinggulnya , mencoba menambah kenikmatan yang ingin dirasakannya.

Namjoon membawa bibir Jin kedalam ciuman panas penuh nafsu. Suara kecipak bibir mereka beradu dengan suara tubrukan area bawah mereka. Aroma sex menguar didalam ruangan itu. Namjoon seakan melupakan statusnya sebagai aparat negara yang harusnya melindungi warga negara ini. Tetapi apa boleh buat, dia sudah melupakannya sejak memasuki distrik ini. Toh yang merasa senang bukan dia saja kan? Ia yakin pelacur di bawah kungkungannya juga merasakan kenikmatan tiada tara.

Namjoon meremas bokong Jin yang berisi lalu menamparnya kencang hingga meninggalkan bekas memerah di bongkahan kenyal itu.

SLAP! SLAP!

"Mmhh!" Jin mengerang tertahan dalam ciuman panas mereka. Juniornya kini berkedut tanda ingin melepaskan klimaksnya yang kesekian kalinya, tetapi ditahan oleh Namjoon. Mata indah Jin menatap Namjoon dengan tatapan memohon. Jin mengerang frustasi saat merasa ejakulasi kering karena Namjoon tak kunjung melepaskan jarinya yang menghalangi akses jalan keluar spermanya.

"Jangan coba-coba untuk mendahuluiku, Jin," ucap Namjoon sambil mempercepat pompaannya.

Setelah 3 menit, Jin merasakan penis Namjoon membesar. Saat Namjoon mencapai klimaksnya, ia pun melepaskan penis Jin sehingga sperma mereka berdua pun keluar secara bersamaan. Mereka pun berteriak meneriakan nama lawan main mereka.

Jin terkulai lemas di lantai yang dibasahi oleh spermanya. Namjoon mencabut penisnya, spermanya meluber hingga tumpah ke lantai. Ia juga mencabut vibrator dari lubang Jin. Napas mereka berdua memburu.

Namjoon berlutut di samping Jin, menggendong Jin ala bridal style, lalu membawanya ke kasur untuk membaingkannya. Ia melepas ikatan yang membelenggu pergelangan tangan Jin. Ia melihat ada bekas kemerahan yang tercipta karena gesekan antara kain dan kulit lembut Jin di pergelangan tangan itu ketika mereka bercinta.

Ketika ia ingin beranjak dari kasur itu, Jin memeluk pinggang Namjoon dari belakang. Pelukan itu terasa sangat lemah, mungkin karena Jin sudah kehabisan tenaga setelah kegiatan panas mereka.

"Jangan pergi..." Bisik Jin lirih. Namjoon menatap lengan Jin yang memeluknya. Tanpa sadar tangannya bergerak untuk mengelus pergelangan tangan Jin yang memerah. Perlahan Ia melepaskan pelukan Jin lalu menyelimuti tubuh rapuh itu.

Namjoon beranjak menuju pakaiannya yang tergeletak di lantai. Lalu mengambil sebatang rokok, menyalakan satu sisinya lalu menyesapnya.

Di sisi lain Jin menatap punggung Namjoon. Ia merasa Namjoon berbeda dari saat mereka melakukan sex tadi. Ia masih terlihat menawan, tetapi lebih tenang. Ia lebih suka melihat Namjoon-nya seperti ini.

Eh?

Dia baru menyadari pikirannya dan pipinya langsung merona.

'Ya ampun, dia ini hanya klienmu saja, dia bukan milikmu, setelah ini dia akan pergi, mana sudi dia bersama pria hina sepertimu? Ingat itu Seokjin!' batinnya. Ia merasa sedih... tanpa sadar ia menampakan wajah cemberut yang manis dan Namjoon melihatnya.

"Kau kenapa?" tanyanya santai. Kini ia sudah menggunakan celana jeans hitamnya kembali. Ia menyesap lalu menghembuskan asap rokok itu.

"Aku tidak apa-apa— ohok ohok!" Jin terbatuk saat menghirup asap rokok itu. Namjoon mengangkat sebelah alisnya lalu menghentikan kegiatan merokoknya.

"Kenapa? Kau tak suka rokok? Apa kau sakit?" tanya Namjoon datar disertai nada yang terdengar sedikit khawatir padanya, atau hanya sekedar basa basi?

"A-ah tidak, aku tidak masalah, hanya tersedak!" ucap Jin buru-buru, kebiasaannya saat Ia sedang berbohong. Namjoon berdecak lalu mematikan rokoknya di sebuah asbak di atas meja sebelah tempat tidur.

"Jangan berbohong padaku," ucap Namjoon datar. Jin menunduk, merasa bersalah.

"Apa ada yang salah denganmu?" tanya Namjoon.

"Umm... aku hanya asma," bisik Jin, tidak seharusnya Ia mengatakan penyakitnya pada kliennya, itu sangat tidak professional. Namjoon tersentak, tapi tak bertahan lama dan Ia kembali ke wajah tenangnya.

"Maaf Jin," ucapnya.

"Seokjin, Kim Seokjin,"

"Huh?"

"Itu namaku," ucap Seokjin pelan. Namjoon tersenyum kecil.

"Ya, senang berkenalan denganmu, Seokjin,"

Setelah itu Seokjin memejamkan matanya. Ia sudah terlampau lemah untuk sekedar membuka matanya.

Terdengar dengkuran halus dari Seokjin, menandakan pria manis itu telah tertidur lelap. Namjoon kembali beranjak menuju pakaiannya. Ia mengambil sekotak rokok yang masih tersisa, lalu membuangnya ke tempat sampah.

'Aku harap kita akan bertemu lagi' batin Namjoon.

Setelah itu Namjoon membaringkan dirinya di samping Seokjin. Mereka tidur dengan posisi berpelukan satu sama lain. Sepertinya hari ini adalah titik baru di kehidupan mereka.

.

.

.

Pagi-pagi buta Namjoon kembali ke rumahnya, Ia harus bersiap untuk kembali bekerja. Seokjin terbangun dan tidak menemukan Namjoon di sisinya. Ia terlihat kecewa, karena Ia tak bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan pria yang telah merebut hatinya itu. Namun matanya menemukan sebuah ID Card di atas meja di samping tempat tidur. Itu adalah ID Card Kim Namjoon. Saat itu juga senyum manisnya merekah.

.

.

.

Ting tong!

Kim Taehyung terbangun mendengar suara bell apartemen kakaknya. Ia merenggangkan tubuhnya serta menguap sekali lagi.

Ting tong!

Taehyung berdecak kesal, kakaknya selalu saja menyebalkan. Sudah tidak menyambut kedatangannya, bahkan sekarang mengganggu tidur tampannya. Pasti pria itu melupakan handphonenya, atau dompetnya. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen kakaknya.

Clek

"Heh, jadi orang jangan nyusahin ngapa—"

"Permisi, apakah ini apartemen dari Tuan Kim Namjoon?"

Mata Taehyung langsung melek sepenuhnya mendengar suara lembut yang mengalun bagaikan lonceng gereja di Minggu pagi. Di sana berdiri lelaki manis dengan gigi kelinci dan tatapan yang berbinar polos.

BLAM

"Set dah mimpi apaan gua semalem," bisiknya. Ia menatap pantulan dirinya yang masih khas orang bangun tidur di cermin samping pintu masuk. Berantakan, lusuh, lengkap dengan air liur di sudut bibirnya. Ia pun menjerit histeris seperti anak gadis lalu merapikan dirinya dengan gesit. Rusak deh imagenya di depan cowok cakep.

Lelaki manis yang sejak tadi terdiam tidak tahu menahu hanya bisa menatap bingung pintu kamar yang tiba-tiba tertutup di depan mukanya.

"Kenapa Jin-hyung temenan sama ginian ya? Apa salah kamar ya.." baru saja Ia mau membalikan tubuhnya, pintu itu kembali terbuka.

"T-tunggu! Iya iya benar! Ini kamarnya Kim Tae- eh, Kim Namjoon! Ada perlu apa dek?" seru Taehyung heboh, tentu saja dengan perwujudan lebih manusiawi dari yang tadi. Walau tingkahnya tetap seperti warga hutan. Lelaki gigi kelinci yang kita ketahui bernama Jungkook itu pun mengerjap lalu tersenyum gugup.

"Ah iya, aku dititipkan pesan oleh kakakku untuk mengirimkan beberapa barang dan surat untuk Tuan Kim Namjoon. Dia tidak bisa datang secara personal karena ia sedang sakit hari ini. Jadi, aku datang untuk menyampaikannya. Apakah Tuan Kim Namjoon ada di dalam?" jelas Jungkook.

"Ah sayang sekali, kakakku sedang bekerja sekarang," ucap Taehyung dengan tampang cool, berusaha tebar pesona.

"Ohh.. begitu ya, kalau begitu aku pergi dulu, nanti aku akan memberikannya langsung padanya," ucap Jungkook.

"E-ehh jangan-jangan! Gapapa, titipin aja sama aku, aku adiknya!" ucap Taehyung sambil menepuk-nepuk dadanya. Sebenarnya ini dilakukannya untuk memperpanjang waktunya bersama si cowok manis ini.

'Moduslah selagi bisa' itulah motto seorang Kim Taehyung, playboy paling ngetop di sekolahnya.

"Err.. baiklah, ini," ucap Jungkook ragu sambil menyerahkan barang bawaannya kepada Taehyung.

"Oiya, aku juga mau mengucapkan terima kasih banyak pada Tuan Namjoon, dia sudah menolongku," ucap Jungkook dengan senyum termanisnya yang bisa bikin Taehyung diabetes.

"Ah iya iya, akan aku sampaikan," ucap Taehyung. 'Set dah, tuh orang ngapain sih bisa hoki nolongin cowok manis kaya gini, gue juga pengen!' batinnya sirik.

"Ya sudah, saya undur diri dulu, terima kasih banyak ya," ucap Jungkook. Baru saja mau pergi, tangannya sudah dicegat Taehyung.

"E-eh dek! Boleh minta nomor hapenya ga?!" seru Taehyung.

"Ya?"

END

.

.

Note: taraaaa~~ ini dia ff oneshoot laknat dari akuu! Maap ya kalo kurang hot, dan kekurangan lainnya, aku mohon krisarnya banget banget! Itu ada Vkook nyelip dikir-dikit di akhir wkwkwk. Makasih yang udah bacaaa, review please~