TRIANGLE LOVE
Disclaimer:
Vocaloid bukan milik saya! Tapi fanfiction ini milik saya!
Rating: Teen
Genre: Romance, Friendship, Hurt/Comfort, School Life
Summary:
"Cinta itu tak berdasarkan apa pun, bukan?"
Author: Wah... Kali ini banyak pairing, nih ._.
Rin: Pairing kebanyakan, nggak seru, dong =.=
Len: Tenang. Tenang. Author baka akan berusaha supaya ceritanya jadi seru, kok XDD
Author: Betul. =.=
Len's POV
Pagi ini aku bangun dengan agak malas-malasan. Aku keluar kamar dan mendapati adik kembarku, Rin sudah duduk di meja makan. Ia menatapku dengan pandangan masam.
"Ini sudah pagi. Nanti kesiangan. Aku saja sudah bangun dari tadi, kau baru bangun sekarang. Mandi sana! Aku yang buat sarapan," cerocosnya dengan nada seperti menasihatiku.
Aku mengangguk dengan malas dan segera memasuki kamar mandi.
Setelah mandi, aku menuruni tangga dengan malas pula. Sepertinya aku dan Rin ini bertolak belakang sekali, ya? Yah... Dia adikku, sih. Aku mempunyai kewajiban untuk melindunginya, jadi kuterima saja apa yang dia minta. Tapi ada satu yang kadang tidak bisa kuterima. SHOTA! Ya, dia suka mengataiku shota. Astaga.
"Miku! Ohayou!" teriak Rin begitu sampai di kelas.
Teman kami yang bernama Miku menengok ke arahku dan Rin sambil berkata, "Ohayou Gozaimasu!"
Kemudian satu per satu mengucapkan salam. Aku hanya berjalan tanpa membalas salam mereka. Tiba-tiba...
BRUK BRUK BRUK!
"Kyaaa... Len-kun!"
"Kau datang telat!"
"Eh, nanti pulang sekolah bareng, yuk?"
Aduh. Bencana. Apakah riwayatku akan tamat sampai disini? Ini sudah biasa terjadi. Tapi pagi-pagi seperti ini? Bisa gila aku!
"Oi! Kalian apa-apaan mendekati kakakku secara tiba-tiba seperti ini? Kalau dia mati, bagaimana?" sebuah suara tajam menusuk telingaku. Dan siapa lagi kalau bukan Rin! Ia berdiri di hadapanku.
Anak-anak perempuan yang mengeliliku segera menjauh sambil menggerutu pelan.
"Rin! Kok, begitu, sih?" seruku tajam.
"Lha? Kalau begitu, mau bagaimana lagi?" balas Rin dengan santainya.
"Nggak usah pakai mati-mati gitu, dong!" seruku lagi.
"Oh iya, ya." Rin pura-pura berpikir. "Masa bodo, ah!"
Ia membalikan tubuhnya membelakangiku. Akhirnya dengan suara pelan aku berkata padanya.
"A-Arigatou."
"Nah, gitu kan, lebih baik!" seru Rin. Ia menengok padaku dan tersenyum.
Adikku ini memang kadang-kadang iseng!
"Rin! Ayo, duduk!" seruku ketika melihat seseorang memasuki ruangan.
"Eh?"
Rin's POV
"Eh?"
Aku begitu duduk begitu melihat Luka-sensei memasuki ruangan.
"Minna-san! Kembali ke tempat duduk kalian masing-masing!" seru beliau dengan lantang di depan kelas.
Aku langsung duduk tanpa menunggu apa-apa lagi. Begitu juga teman-temanku yang lain.
"Minna, hari ini kalian akan kedatangan teman baru. Mereka kembar. Silakan masuk," kata Luka-senpai.
Aku menatap ke arah pintu untuk melihat kedua anak baru itu.
Eh? Anak kembar? Oh iya, kembar. Kan sensei sudah bilang. Tapi ini? Kenapa mereka begitu mirip denganku dan Len?
"Minna-san, biarkan mereka perkenalkan diri terlebih dahulu," seru Luka-sensei lagi.
Yang laki-laki memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.
"Minna-san, namaku Kagami Rinto."
Kemudian kembarannya yang perempuan.
"K-Kagami Lenka. Hajimemashite, Minna."
Setelah itu mereka dipersilahkan duduk oleh Luka-sensei. Luka-sensei menerangkan berbagai pelajaran di kelas. Tapi aku tak dapat fokus ke pelajaran tersebut. Aku hanya memikirkan kedua anak kembar itu.
"Eh, mereka itu mirip dengan kalian, ya," kata Miku. Ia membuka kotak makan dan mendapati sup bawang kesukaannya.
"Masa, sih?" tanyaku.
"Yah... Begitu, deh," tambah Teto.
"Rin, kau mau kemana?" tegur kakak kembarku ketika melihatku berdiri.
"Aku mau ke kantin sebentar. Tunggu, ya."
.
.
BRUK!
"Itai..." Aku terjatuh di lantai.
"Ma-Maaf!" seru seseorang.
Ketika aku menatap untuk melihat wajahnya, aku sangat terkejut ketika melihat orang itu. Siapa itu?
"Eh... Namamu siapa, ya?" kata orang itu yang tak lain dari Kagami Rinto, anak baru itu.
"K-Kagamine Rin," jawabku sambil berdiri.
Aku tak mendapati kembarannya ada disitu. Apa dia sedang sendirian?
"Souka... Hajimemashite, Rin-chan," katanya sambil tersenyum. "Kau panggil aku Rinto saja."
Apa? Dia memanggilku dengan nama kecilku? Padahal baru kenal!
"H-Hai. Ha-Hajimemashite, Rinto-kun," balasku sambil melihat ke arah lain.
Rinto memperhatikanku sebentar. Sedangkan aku sudah tak peduli.
"Eh... Kau manis juga, ya?"
Seketika wajahku memerah. "A-Apa?"
Rinto sudah akan mengucapkan kata-kata itu lagi. Tapi sebuah tangan menarik lenganku.
"Kau jangan macam-macam dengan adikku!" seru seseorang.
Aku menengok ke belakang dan mendapati kakak kembarku ada di belakangku sambil merangkulku.
Rinto's POV
Aku melihat seseorang merangkul, atau lebih tepatnya memeluk Rin-chan dari belakang sebelum aku sempat mengulang kata-kataku. Aku mengulum senyum sinis dan menatap kepada orang yang mungkin kakak kembar Rin-chan.
"Kau punya kakak kembar, Rin-chan?" tanyaku.
Rin-chan tampak kaget. Sebelum ia membalas, kakak kembarnya sudah menyahuti.
"Ya! Aku Kagamine Len. Ada masalah?" serunya.
Aku tersenyum sinis pada Len.
"Wah. Kau sangat beruntung ya, memiliki adik semanis ini. Aku juga mau," balasku lagi.
Len tampak kaget.
"T-Tapi... Kagami-san itu..."
"Yah. Dibanding Rin-chan, dia tak ada apa-apanya," balasku sambil mengangkat bahu.
Len menatapku dengan pandangan marah. Aku hanya mengangkat bahu dan berjalan menjauhi mereka.
"Sore ja, Rin-chan. Kita bertemu lagi nanti."
.
.
"Rinto!" panggil seseorang dari belakang.
Aku menengok. Tapi tak lama kemudian aku menghadap ke depan dan berjalan lagi dengan tidak peduli ketika tau siapa yang memanggilku itu. Lenka.
"Rinto!" Akhirnya Lenka berhasil menghentikanku. Ia menepuk pundakku dan mengatur napasnya.
"Kenapa?" balasku tajam.
Lenka terdiam sejenak. Kemudian ia menjawab dengan terbata-bata. "K-Kau h-habis dari mana?"
Aku tak mengacuhkannya. Aku melepas pegangannya yang ada di pundakku dan berhenti berjalan.
"Oi, Rinto!" Lenka berusaha menyusulku. "Kau kenapa, sih?"
"Aku bertemu dengan seseorang yang manis. Namanya Kagamine Rin. Ia punya kakak kembar, namanya Kagamine Len. Aku sih, benci sekali dengan Len itu! Aku hanya ingin lebih dekat dengan Rin-chan. Kenapa ia harus menghalangiku? Karena pertama kali aku melihat Rin-chan, aku sungguh terpikat padanya. Rambutnya berwarna honey blonde... Matanya indah berwarna azure..."
Aku berhenti berbicara tentang Rin-chan ketika melihat pandangan mata Lenka yang tidak senang. "Kenapa?"
"Kau bertemu dengan seorang gadis dan kau anggap dia cocok untukmu?" tegas Lenka sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Ng... yah?" balasku bingung.
"Sesukamulah," jawab Lenka dengan nada tidak peduli. Ia berjalan meninggalkanku.
Aku sangat bingung dengan sikap Lenka. Tapi tanpa menunjukkan perasaan apa pun, aku berjalan menjauhinya. Sedangkan ia juga berjalan menjauhiku.
Normal POV
"Len, kau tadi kenapa?" tanya Rin begitu pulang sekolah.
Len yang tengah mengambil buku-bukunya dari loker menghentikan pekerjaannya sebentar. Kemudian ia menatap adiknya dan menghela napas.
"Kau bersama dengan orang baru, eh, maksudku murid baru itu. Kan, tidak bagus juga," kata Len dengan tersendat-sendat.
Rin memasang pandangan bingung. "Nggak bagus gimana?"
"Yah..." Len berpikir keras untuk mendapat jawaban yang tepat.
Tapi sebelum ia selesai berpikir, Miku sudah menepuk pundaknya dengan keras. "LEN CEMBURU!"
"Eh?" seru Rin kaget.
"Mi-Miku!" seru Len kaget. Ia mengelus pundaknya yang agak sakit.
Miku hanya tertawa iseng.
"Miku, tadi kau bilang Len a-"
"Tidak apa-apa, Rin! Miku itu kan, memang aneh!" tegas Len memotong kata-kata Rin.
"Ehh... Kejam, ah. Aku belum selesai bicara," kata Rin sambil menggembungkan pipi.
Oh, tidak... Dia terlalu imut... Len berpikir dengan wajah bersemu merah.
Rin yang bingung melihat wajah kakaknya tiba-tiba memerah itu hanya diam dan memiringkan kepalanya.
"R-Rin! Kau pulang dengan Miku, ya. Miku, aku titip Rin, oke? Aku ada keperluan sebentar!" Selesai mengucapkan kalimat tersebut, Len langsung berlari meninggalkan Rin dan Miku yang masih bengong, tanpa memberi kesempatan mereka untuk berbicara.
"Hh..." Len mengatur napasnya sejenak. Ia capek habis berlari-lari.
Len terduduk di lantai. Ia bersandar di tembok.
Apa aku cemburu seperti kata Miku? Yah... Salah satu alasan aku memisahkan diri dari mereka karena aku tak tahan melihat wajah Rin. Memang hanya hal sepele. Tapi apa aku benar-benar cemburu pada Rinto, anak baru itu? pikir Len terus-menerus. Ia terus berpikir hingga tak sadar ada seseorang yang berjalan mendekatinya.
"Maaf?" kata orang itu.
"Eh?" Len langsung bangkit berdiri.
Ia mendapati seorang anak perempuan dengan rambut honey blonde yang panjang dan mata kebiru-biruan berdiri di hadapannya.
"Siapa, ya?" tanya Len langsung tanpa berpikir. Tapi ia harus menyahut secara tiba-tiba. "Oh, iya! Kagami-san!"
"Eh... Ya. Kagami Lenka," jawab Lenka dengan posisi berdiri yang tidak pasti.
"Kau tidak dengan Rinto itu?" tanya Len langsung.
Lenka tampak kaget mendengar pertanyaan itu. Tak lama kemudian ia menunduk.
"Tidak. Meskipun kami kembar, kami tidak seakrab kau dan Kagamine-san," katanya.
"Oh?" Len merasa tidak enak menanyakan hal itu pada Lenka.
Lenka menghela napasnya sejenak. Namun secara tidak langsung, air matanya keluar secara refleks.
"O-Oi... Kagami-san?" kata Len pelan dengan kaget.
"Ma-Maaf." Lenka mencoba menghentikan air matanya. Ia mengusap matanya yang basah itu. "Maaf..."
Len menghela napas. Ia tau perasaan Lenka saat ini. Karena ia pun merasakannya.
Miku's POV
"Len aneh-aneh saja, ah..." Rin berkata sambil terus berjalan.
Aku menatap Rin yang hanya tersenyum sendiri. Matanya yang berwarna azure itu menatap ke langit.
Aku tau. Rin pasti suka pada Len. Sedangkan Len suka pada Rin. Mereka sama-sama tidak mau mengakui perasaan itu. Dan sekarang Kagami-kun, murid baru itu telah mendekati Rin. Aku dapat melihatnya di ekspresi Len. Itu akan membuat Len susah mendekati Rin.
"Rin, kau..." Aku berhenti berbicara ketika aku melihat Rin berhenti berjalan.
Rin tampak menatap ke arah taman dengan pandangan nyalang, atau lebih tepatnya pandangan tak percaya.
"Rin?" tanyaku.
"Ti-Tidak mungkin." Rin terus menatap ke arah taman dengan pandangan tak percaya.
"Apa maksud-" Belum selesai aku menyelesaikan ucapanku, aku melihat ke arah taman dengan pandangan tak percaya. Tanpa aba-aba aku langsung berteriak.
"LEN!"
Pemuda yang duduk disitu langsung menengok ke arahku dengan pandangan kaget. Aku tau pasti itu Len, pasti.
Len menatap ke arah kami dengan bingung. Sedangkan Rin yang matanya sudah berlinang air mata berlari meninggalkanku.
"R-Rin!" Aku mau menyusul Rin, tapi tak jadi karena tanganku ditahan oleh Len.
"Miku!" seru Len putus asa.
Aku menatap Len yang sudah sangat putus asa itu dan menghela napas. Apa yang akan terjadi jika Len bertemu Rin nanti?
Kalian tau apa yang terjadi?
Len berada dengan Kagami-san. Tau, kan? Kagami Lenka, si murid baru itu. Kagami-san tampak setengah menangis. Sedangkan Len mengelus kepalanya untuk menenangkannya. Apa kubilang? Mereka pasti saling menyukai, lebih dari sekedar saudara kembar.
Aku menatap Len dengan pandangan tajam.
"Kalau kau suka padanya, jangan tahan aku. Tahan dia!" ketusku sambil melepas lenganku dari pegangannya.
Len masih diam seperti patung di tempatnya.
"SUSUL DIA, LEN!" teriakku tak sabaran lagi.
"Eh? I-Iya, Miku!" jawab Len. Len langsung berlari menyusul adik kembarnya.
Kagami-san itu menatapku dengan pandangan bersalah.
"A-Ano...," katanya.
Aku menengok padanya dan menatap matanya yang berwarna azure.
"Ada apa?" balasku datar.
"Ng... G-Gomenasai. Apa aku yang buat mereka seperti ini, ya?" katanya terbata-bata.
"Um..." Aku tampak berpikir sejenak. "Sudah, tak apa-apa. Kau siapa?"
Kagami-san tampak bernapas lega. "Kagami Lenka. Kau?"
"Hatsune Miku," balasku pendek. "Sudah, ya. Aku mau nyusul Rin dan Len dulu," kataku sambil membelakanginya.
Aku merasa bahuku ditarik. "Tu-Tunggu!"
"Ng?"
"Tolong aku. Aku ingin ikut denganmu. Aku ingin menemui mereka."
"Eh?"
"Tolong aku! Aku hanya ingin berkata kalau ini hanyalah kesalahpahaman!"
"Tapi kau tak bisa mengatakan yang sebenarnya pada Rin! Itu akan membuatnya tersinggung, kau tau?"
Aku mulai naik darah.
"Ma-Maaf," kata Kagami-san lagi.
"Sudah, tak apa." Aku tak tahan melihatnya ketakutan seperti itu. "Asal kau jangan katakan yang sebenarnya pada Rin."
Terlintas senyuman di wajah Kagami-san. "Hai!"
Len's POV
Ugh... Kenapa aku begitu bodoh? Pasti Rin salah sangka melihatku berdua dengan Kagami-san! Padahal aku kan, hanya menghiburnya! Lagi pula, apa salah kalau aku memiliki teman perempuan?
Rin yang terlalu berlebihan? Apa dia sensitif? Apa dia... Aku tak boleh mengata-ngatai adikku sendiri!
Rin memang sulit dimengerti. Tapi ia baik...
"Rin!" panggilku. Tanpa menunggu jawaban, aku membuka pintu kamarnya.
Aku dapat melihat jelas seorang anak perempuan dengan rambut honey blonde dan pita besar ada disitu, sedang menangis di ranjangnya.
"Rin?" kataku lagi, kali ini lebih pelan.
"Kenapa?" balasnya dengan mata basah.
"Kau... salah paham," kataku secara langsung tanpa disadari.
Sepertinya aku salah berbicara? Aku dapat melihat Rin gemetaran karena marah.
"Aku salah paham bagaimana? Jelas saja kau tadi sedang bersama Kagami-san, kan? Kau ingat janji kita? Aku hanyalah untukmu dan kau hanyalah untukku! Kau lupa? Kenapa kau langgar?" seru Rin bertubi-tubi.
Aku terperanjat. Souka... Inilah yang membuat Rin marah. Ia menganggap aku telah melanggar janji kita.
"Rin... Kau cemburu?" kataku menggumam pelan. Namun aku yakin Rin dapat mendengarnya.
Rin berhenti menangis sejenak. Kemudian ia memalingkan wajahnya yang memerah. Bersamaan dengan hal itu, Miku dan juga Kagami-san memasuki kamar Rin setelah mengetuk pintu.
.
.
TO BE CONTINUED
Author: Chapter satu out~! XDD
Rin: Kayaknya agak pendek?
Author: Pendek apaan? *mukul Rin*
Rin: I-Itai~!
Len: Oi, jangan pukul adikku!
Author: Ampun, mbah, ampun... *sujud*
Rin: Sekarang kita minta sesuatu yang simple ya...
All: RNR, MINNA! :DD
