Title :Ghoul X DxD

Crossover :Tokyo ghoul X Overlord X DxD

Genre : Action, Romance, & Humor (sedikit)

Rate : T - M (buat jaga-jaga buat kedepannya)

Warning : OC, OOC, Typo, Miss-Typo, Penulisan - Tanda baca ngaco, dan masih banyak kesalah yang lain.

.

.

.

.

Sona menangis di dalam hati apa ini akan menjadi akhir dari segalanya, akhir dari semua yang telah ia bangun bahkan sebelum dia menggapai apa yang di cita-citakan. Dia melirik kesahabat merahnya yang tengah bersusah payah menjaga kesadaran dirinya, memang tak bisa dipungkiri dari sekian pearage miliknya dan sahabat, hanya mereka berdua yang masih memilik kesadaran, berterimakasih-lah kepada darah murni mereka yang membuat tubuh mereka sedikit lebih kebal dibanding iblis reinkarnasi.

Sementara musuh mereka yakni kokabile hanya menatap mereka dengan pandangan merendahkan "apa hanya ini yang kalian miliki? Mengecewakan! Tidak kusangka adik dari maou lucifer dan leviatan selemah ini"

Sona menatap ke asal suara tadi. 'Kokabiel' ia bersumapah dia tidak akan pernah memaafkan orang itu, meskipun ia juga tidak yakin apakah malaikat laknat itu akan meminta maaf. Ia melirik kearah pearegenya, yang sedang terkapar tak berdaya sungguh ia merasa telah gagal sebagai seorang raja, melihat para angotanya seperti ini entah mengapa membuat batinnya tersikisa, meskipun dia terkenal oleh orang-orang sebagai wanita dingin dan minim ekspresi namun sebenarnya dia adalah wanita yang hangat dan sangat peka terhadap sekitarnya, hanya saja otaknya yang selalu mengikuti apa kata logika membuatnya sulit mengekspresikan apa yang dia rasakan.

"Hahhh membosankan, sampai kapan kalian akan tidur-tiduran seperti itu, seperinya harus hanya sampai disini, anak-anak..." Kokabiel menghentiak perkataannya sambil memandang remeh kearah iblis-iblis kecil yang hampir tidak ada yang sadarkan diri setelah mengatakan itu Kokabiel menciptakan tombak cahaya dengan ukuran yang tidak main-main, sepertinya dia memang ingi segera mengakhiri mereka semua

'Apa ini akan menjadi akhir bagiku' bati Sona

hanya dia dan Rias yang masih memiliki kesadaran, ia melirik Rias yang tengah tersenyum dengan tulus yang tersurat perpisahan, dia mencoba menguatkan dirinya dengan tersenyum dalam hati setidaknya dia sudah melakukan yang terbaik.

'Bukan, kau hanya ingin lari dari kenyataan' ucap sang rubah kepada sang tuan putri

'Tidak aku sudah benar-benar melalukannya, apa kau tidak lihat bagaimana aku sudah berjuang sekuat tenaga sampai saat'

'Yah kau benar hime-sama, tapi sayangnya semua usaha yang kau katakan terbaik itu sudah musnah sekarang'

'Kau satu-satunya orang yang tidak menghargai usahaku' jawab hime -sama penuh amarah

'Bukannya aku tidak menghargai usahamu hime, tapi apakah kau tidak malu'

Ujar sang rubah menggantungkan ucapannya

',,,,kau berkata telah melakukan yang terbaik sambil berputus asa seperti ini' lanjut sang rubah yang membuat sang hime sama terdiam memikirkan ucapannya

' Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku sudah berusaha semampuku bahkan melampaui batasanku'

'Teruslah berusaha hime,,, sampai kakimu tak sanggup lagi untuk berpijak,,,tanganmu tak sanggup lagi menggapai apa yang ingin kau gapai,,,matamu tak sanggup lagi melihat dunia,,,dan ingat lah pada saat itu tiba aku akan datang menjadi kakimu untuk berpijak,,,menjaditanganmu untuk menggapai apa yang selama ini ingin kau gapai,,,menjadi matamu untuk melihat bahwa semua yang telah kau lakukan tidaklah sia sia'

Entah kenapa cerita itu kembali terngiang dikepalanya, cerita tentang seorang putri yang mencoba melawan dunia bersama sahabatnya si rubah yang bijak, cerita yang selalu dibacakan oleh 'dia', seseorang yang telah mengajarinya banyak hal mulai dari yang sepele hingga hal yang terpenting, bahkan karna orang itu ia bisa menjadi seperti Sona yang sekarang.

Sona tertawa dalam hati hanya dengan mengingat cerita singkat itu tiba-tiba semangatnya untuk hidup kembali berkobar, jika saja orang itu ada disini mungkin dia akan memberikan ceramah yang panjang atau bahkan memukul pelan kening seperti yang sering orang itu lakukan ketika dia membuat keselahan. Sona kembali mencoba bangkit perlahan mengabaikan rasa nyeri yang menjalar di seluruh tubuhnya, yah semuanya masih belum berakhir selama kakinya masih sanggup berpijak, dan matanya masih sanggup untuk melihat, dia akan terus maju meskipun logika yang selalu dia bangga-banggakan menolak, seperti sang hime-sama dalam cerita itu.

Kokabiel yang telah selesai menciptakan sebuah tombak cahaya seukuran bus sekolah menyeringai keji melihat salah satu mangsanya ada yang kembali bangkit.

"Hahaha,,,aku menaruh sedikit respect padamu sitri karna kembali bangkit tidak seprti teman-teman kelelawarmu yang menyedihkan itu" ucap Kokabiel sambil meperlebar seringainya

Sona hanya diam sambil mengepalkan tangannya mencoba mengatur kembali demonic powernya yang tak beraturan, karna efek dari elemen suci milik malaikat jatuh itu.

'Sring'

Sebuah lingkaran sihir besar dengan corak khas sitri muncul dibawah kaki Sona menyebar mengelilingi anggota pearegenya dan Rias, beberapa saat kemudian muncul kekkai tipis yang saking tipisnya hingga sebuah batu yang dilontarka dari ketapelpun dapat menembusnya dengan mudah.

"Baka, dari pada membuang sisa tenaga hanya untuk membuat kekkai ini, lebih baik kau gunakan untuk lari dengan sihir teleportasi mu,,," ujar Rias dengan panik saat meilhat sahabatnya dengan mati-mati membuat kekkai.

"Dari pada kau berkomentar yang tak penting lebih baik kau diam saja" jawab Sona dengan wajah kesal kepada sahabatnya ini, sungguh dia merasa usahanya benar-benar tak dihargai.

"Dan satu lagi! Jangan panggil aku baka, karna Aku tidak akan terima dipanggil baka oleh orang yang lebih baka dariku" jawab Sona denga seringai mengejek di wajahnya

Sementara Rias yang menjadi objek dari ejekan tersebut hanya merenggut kesal, bisa-bisanya sahabat berkacamatanya itu mengejeknya disaat-saat genting seperti ini awas saja jika mereka berhasil selamat dia akan membalas ejekan itu.

"Mengharukan sekali kau lebih memilih mati bersama budak-budakmu,,," kali Kokabiel yang berbicara dengan wajah yang dibuat terharu

"Sebagai penghormatan atas aksi heroik mu ini,,, " Kokabiel menggantungkan ucapannya lalu setelah itu diamemadatkan tomabak cahayanya yang sebesar bis tadi menjadi seukuran tombak pada umumnya

"Akan kubuat kalian mati tanpa rasa sakit"

'Wushh' Kokabiel langsung melesatkan tombak cahayanya

Sona sudah bersiap-siap dengan segala kemungkinan buruk yang terjadi, sementara Rias menutup matanya tak sanggup melihat kelanjutan terburuk dari skenario ini.

'Prang'

Benar seperti dugaannya Sona, hanya bersentuhan dengan tombak itu kekkainya langsung hancur tak bersisa. Tombak cahaya itu terus maju mengincar tepat kearah Sona yang kini menatap tomabak yang tengah melesat kearahnya dengan pandangan menantang, tak ada sedikit pun ketakutan yang di pancarkan oleh matanya "hahh padahal aku masih berharap bisa bertemu dengan mu lagi di dunia ini, sekadar memastika bahwa kau masih hidup" gumam Sona sambil tetap menatap tombak yang semakin mendekat, berbeda dari yang tadi gumaman ini tidak terbesit sedikitpun ketakutan maupun keputusasaan, melainkan sebuah kerinduan besar yang telah ia pendam sejak lama yang entah kenapa rindu ini kembali memuncak disaat-saat seperti ini, tak terasa air mata perlahan keluar dari kelopak mata indah miliknya, dan senyum manis terukir dari bibir indahnya, kesadaran perlahan-lahan mulai meredup karna kehabisa demonic powernya.

"Kau sudah berjuang dengan baik Sona"

Suara itu? Dia sangat mengenal suara itu, apakah suara itu miliknya? Entah dia sudah terlalu lelah untuk memikirkannya, yang jelas dia senang bisa mendenga suara itu untuk terakhir kalinya.

'Blarrr'

'Blarrr' ledakan besar memeriahkan suasana malam akademi kuoh. Debu-debu berterbangan bak kabut di kaki gunung.

'Ukh apa aku sudah mati' kira kira itulah yang sedang dipikirkan Rias saat ini.

'Bochou'

Suara itu,,, terdengar seperti suara Issei, apa Issei juga mati, tapi itu mustahil jika iblis mati bukan surga maupun neraka yang menjadi tempat peristirahatan mereka melainkan kehampaan. Sebuah tempat gelap nan sunyi, mereka yang masuk ketempat ini tidak akan bisa merasakan maupun melakukan apapun, mereka tidak hidup tetapi juga tidak mati.

'Bochou' kali ini bukan hanya suara Issei melainkan suara dari seluruh anggota pearegenya, apa ini hanya halusinasinya saja. Ah mungkin saja karna dia mati dengan banyak penyesalan dia jadi berhalusinasi.

'Hiks,,,hiks,,,,Bochou bangunlah kau belum boleh mati sebelum aku mengambil keperawananmu'

Oh sekarang ini terlalu absurd untuk di sebut halusinasi

Pletak

'Ittei,,,sakit sekali koneko chan'

'Bochou belum mati senpai menjijikan'

Oh,,,kami sa- aww,,, ahhh maksudnya satan sama kenapa kau memberikan halusinasi seburuk ini, batin Rias mengganti doanya karna pada dasar memanggil kami sa- awww adalah hal yang tabu bagi iblis terbukti rasa nyeri yang menyerang kepalanya setelah dia menyebut nama kami sam-awww,,, 'sial bahkan setelah mati pun aku masih merasakan sakit ketika menyebut nama kami-sa-aww,,,,tunggu dulu,,,sakit? jika aku sudah mati kenapa aku masih bisa merasakan sakit' batin Rias ketika otaknya yang sejak tadi mengalami reboot kembali berjalan normal.

Dengan perlahan Rias membuka matanya sedikit demi sedikit dan hal yang pertama kali ia lihat adalah langit berwarna merah membara dengan sedikit warna biru yang membuatnya terlihat indah. Apa kini dia sedang berada di kehampaan? Entah lah dia terlalu lelah untuk berpikir.

"Syukurlah kau sudah sadar Bochou" ucap seseorang dengan suara parau disamping Rias ketika dia hendak memejamkan matanya kembali.

Rias melirik ke asal suara tadi lalu dia edarkan kesekelilingnya, seluruh anggota pearegenya kini tengah berkumpul mengelilinginya dengan wajah yang khawatir, kecuali koneko yang masih setia memasang wajah tanpa ekspresinya itu meskipun sudah lama mengenalnya samapai saat ini Rias masih sedikit kesulitan membaca ekspresi wajah kucing putih itu, tapi ia yakin dibalik wajah aspal itu tertanam kekhawatarian yang tidak kalah besar dengan anggota pearagenya yang lain.

"Apa yang sudah terjadi" tanya Rias

"Entah lah bochou ketika kami sadar semua sudah seperti ini" jawab kiba

"Benar bochou gara-gara suara ledakan tadi kami semua langsung bangun,,,uh kuso padahal tadi aku sedang bermimpi menjadi raja harem" ucap seorang pemuda absurd dengan wajah kesal, yang author rasa dusah tidak perlu dijelaskan siapa berbicara seperti ini.

'Bletak'

"Bahkan didalam mimpipun kau tetap mejijikan senpai" ucap koneko dengan wajah polos setelah tanpa dosanya menghajar Issei hingga terpental beberapa meter, yang dihadiahi swetdroop oleh seluruh pearage Rias minus akeno yang tertawa tidak jelas.

Melihat interaksi pearagenya membuat Rias tak bisa menahan senyumannya, seprtinya tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Tunggu sepertinya ada sesuatu yang kurang. 'Sona' benar bagaiman keadaan Sona, dan yang lebih penting lagi bagaimana dia bisa melupakan kondisi sahabatnya yang berjuang mati-matian melingdungi mereka. Sungguh kini Dia benar-benar mersa malu, sepertinya benar yang di katakan malaikat jatuh itu bahwa dia hanya seorang iblis egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

"Bagaimana keadaan Sona?" Tanya Rias lagi setelah terlepas dari acara merenungnya.

"sepertinya kaicho baik-baik saja" ujar Issei sambil menunjuk kearah depan, yang membuat Rias melirik kearah yang ditunjuk oleh Issei.

Terlihat kini Sona tengah dipeluk erat oleh seseorang berambut putih yang Rias yakini ber gender laki-laki dengan penampilan errgg menyeramkan mungkin. Yah bagaimana tidak Laki-laki berambut putih itu memakai sebuah topeng yang menutupi hampir seluruh wajah kecuali mata kirinya, dengan hiasan senyum lebar yang mengerikan di bagian mulutnya. Dan mata kirinya yang beriris merah dan hitam disekelilingnya menjadi poin plus ke angkeran pemuda ini.

'Wushh'

Yang tadi Rias sangka sebagi Langit merah-biru itu ternyata adalah sebuah kekkai yang telah melindungi mereka dari serangan super milik Kokabiel tadi. Bagaimana Rias bisa tahu? Yah karna sekarang kekkai itu sedikit demi sedikit mulai mengecil seperti masuk ke punggung pemuda itu hingga akhirnya berbentuk seperti sayap yang berkoar-koar seperti api.

Sementara Kokabiel? Jangan di tanya bagaimana kesalnya dia setelah mengetahui serangannya di gagalkan oleh seorang pemuda. Wajahnya memerah padam sebagai bukti bahwa dia sedang menahan gejolak emosinya.

"Kurang ajar! Siapa kau mahluk rendahan! Berani-beraninya kau mengganggu ku" ucap- maksudnya teriak Kokabiel di iringi dengan killing intens yang sukses membuat beberapa iblis dari pihak Sona maupunRias kembali tak sadarkan diri.

Sementara yang orang yang dimaksud sama sekali tak menanggapinya. Pemuda itu berjalan ke arah Tsubaki dan Saji anggota pearage Sona yang masih sadar setelah merasakan KI milik Kokabiel.

"Segera aliri dia dengan demonic power kalian,,, sebelum dia mati karna kehabisan demonic power"

Ucap pemuda itu sambil meletakan Sona ditanah dengan lembut.

Tanpa ba-bi-bu lagi kedua iblis itu langsung melakukan apa yang pemuda itu perintahkan.

Kokabiel yang mersa di acuhkan langsung menyerang pemuda itu dengan puluhan tombak cahaya berukuran sedang.

'Duaar'

'Duaarrr'

'Duarr'

Ledakan demi ledakan kembali terdengar memecah keheningan malam di akademi kuoh.

Rias, Issei, dan Akeno yang masih sadar menatap nanar kearah ledakan tadi. Setelah secercah harapan yang baru saja muncul dimata mereka sepertinya kini harus kembali kandas setelah melihat ledakan tadi. Bagaimana pun pemuda itu tak akan sanggup menghindar dari serangan dadakan yang sangat cepat itu, dan meskipun dia berhasil menghindar, tapi tidak untuk Saji dan tsubaki.

Kokabiel yang merasa serangannya berhasi kembali tersenyum remeh melihat ledakan karyanya tadi. Namun bibirnya harus kembali tertekuk kebawah setelah debu menghilang ia melihat kekkai yang baru saja menghentikan serangan pamungkasnya kini kembali berdiri kokoh menahan serangan lagi.

"Menyerang musuh dari belakang, kau benar-benar membuat malu fraksi Da-tenshi" ujar pemuda itu dengan posisi masih membelakangi Kokabiel

"Siapa sebenarnya kau sialan" jawab Kokabiel dengan penuh amarah

"baru beberapa bulan tak bertemu kau sudah melupakan ku ko-ka-chan" ujar pemuda itu sambil berbalik menghadap Kokabiel

"Ka-Kaneki" Kokabiel terkejut setelah mengetahui siapa orang yang sedang berdiri. Dihadapannya.

Siapa Da-tenshi yang tidak kenal dengan pemuda ini. Mahluk yang terlahir dari campuran berbagai ras yang disegani di grigori yang katanya berhasil bertarung imbang dengan Vali yang digadang-gadang sebagai Hakuryuko yang terkuat sepanjang masa.

"Yo...lama tak bertemu Koka-chan" jawab pemuda yang ia panggil Kaneki tadi dengan santai

"Hahaha kupikir siapa, ternyata hanya mahluk rendahan yang tak jelas"ucap Kokabiel merendahkan pemuda beruban dihadapannya ini.

Kaneki merengut bingung, baru beberapa bulan tak bertemu Da-tenshi tua ini sudah bertingkah arogan di hadapannya? Tak ingat kah dia sudah berapa kali Kaneki menghajar Da-tenshi bau tanah ini.

"Ku akui kau adalah Da-tenshi yang memiliki kepercayaan diri yang paling tinggi. Bahkan dihadapan lawan yang sudah beberapa kali aku menendang bokongmu kau masih bisa berbicara sesumbar"

Ucap Kaneki yang membuat iblis-iblis yang mendengar membulatkan matanya, di usia semuda itu dia bisa mengalahkan jendral perang kaum da-tenshi, yang bahkan dengan gabungan kekuatan mereka tak sanggup hanya untuk sekedar menoreh kan sebuah luka gores. Sungguh terlalu banyak kejutan yang membuat mereka sedikit bersyukur karna tidak mati karna serangan jantung.

"Kurang ajar aka-arghh"

Belum sempat Kokabiel menyelesakan ucapannya, ia sudah melesat dengan sangat ganas mencium tanah, karna pemuda itu yang secara tiba-tiba sudah berada di belakangnya menghadiahi sebuah tendangan tepat di kepalanya.

"Anggap saja itu balasan yang tadi" ucap pemuda itu sambil duduk disinggasana yang harus rela ditinggalkan pemiliknya beberapa saat lalu.

"Uhm kau punya singgasana yang lumayannyaman koka-chan" lanjut pemuda itu

"Sialan kau bocah! Akan ku perlihatkan kekuatan besar yang sudah kudapatkan selama beberapa bulan ini" ucap Kokabiel sambil merentangkan tangan kirinya kedepan, yang sedetik kemudian muncul sebuh lingkaran sihir dengan gambar dua buah ular yang saling menggigit ekor satu sama lain.

"Simbol Itu? Hmm Urooboros dragon kah?, tidak heran dia begitu percaya diri" ucap Kaneki masih dengan wajah datarnya.

"Apa itu urobolor-ehm urubaros atau apalah yang ujungnya dragon itu?" Issei yang bertanya entah pada siapa

'Urooboros dragon patner' jawab Ddraig dari tangan kirinya

"Yah itu yang kumaksud,,, tunggu apakah karna sering menghambur-hamburkan uang naga ini disebut urooBOROS dragon" Ddraig yang mendengar jawaban dari Issei hanya bisa memaklumi inangnya ini yang hanya jeniusan dalam hal-hal yang berbau oppai,,,

'Bukan patner ourooboros dragon ini adalah salah satu dari 3 mahluk terkuat di semesta ini,,,"

"Mahluk terkuat katamu?"

'tentu saja patner'

"Lalu bagaimana ini? Jika s'boros dragon itu adalah salah satu mahluk terkuat, orang itu pasti tidak akan bisa mengalahkannya"ucap Issei khawatir

'Kau tenang saja patner, aku bisa merasakannya kekuatan yang ada di tangan Kokabiel itu hanya sebutir debu jika dibandingkan dengan kekuatan urooboros yang asli, meskipun begitu kita harus tetap waspada, karna kekuatan sebutir debu itu setara dengan iblis kelas atas' Issei yang mendengar penuturan Ddraig tadi menelan kasar ludahnya, ia tak menyangka di dunia ini ada mahluk dengan kekuatan segila itu. Ditambah lagi ada 3 mahluk dengan kekuatan seperti itu, dunia ini benar-benar sudah tidak waras pikirnya.

"Hahaha dengan kekuatan ini aku akan membalas semua kekalahan ku waktu itu bocah" Kokabiel berbicara dengan nada bangga, kemudian melesat dengan kecepatan tinggi kearah Kaneki.

'Tap'

Dengan respect yang bagus Kaneki berhasil menahan pukulan itu dengan tanga kirinya. Melihat serangannya gagal Kokabiel menarik kembali tangannya lalu melakukan tendang memutar dengan kaki kirinya

'Brakk' singgasana terbangyang tadi diduduki Kaneki hancur oleh tendangan pemiliknya sendiri, berbeda dengan Kaneki yang berhasil menghindar dengan cara terbang ke atas.

'Sring'

Puluhan atau mungkin ratusan tombak cahaya berukuran kecil keluar dari lingkaran sihir milik Kokabiel. Kaneki bermanuver kesana kemari mencoba menghindari serangan itu dan sesekali juga ia menggunakan sayapnya unutk menghalau tombak cahaya yang tak sempat ia hindari.

Karna merasa bosan bermain kejar-kejaran dengan tombak cahaya milik Kokabiel. Kaneki berbalik menghadap kearah tombak tombak itu datang. Sayapnya yang selalu berkobar seperti api itu mengeras dan beberapa tonjolan tajam muncul di berbagai sisi.

'Wush'

Dengan sekali hempasan sayapnya mengeluarkan ratusan proyektil kecil seudukuran bola kasti melesat memukul mundur tombak cahaya milik Kokabiel.

Melihat puluhan proyektil milik Kaneki yang tersisa kini tengah mengincar dirinya, Kokabiel langsung menciptakan 3 lapis kekkai untuk menghalaunya.

'Prangg'

'Prangg'

satu persatu kekkai milik Kokabiel berhasil di tembus oleh hujaman-hujaman itu.

'Prang'

'Jlebb'

Sebuah proyektil menancap di bahu kiri Kokabiel Tepat setelah kekkai terakhir miliknya hancur.

"Arghh" ujar Kokabiel menahan sakit

"Apa kau tidak apa-apa koka-chan"

"Kau pikir mainan kecil mu ini bisa melukai ku" ujar Kokabiel sambil menunjukan benda yang tadi menancap di bahunya, luka di bahunya juga secara perlahan menghilang.

Kokabiel kembali melesat ke arah Kaneki dengan pedang cahaya yang terhunus di sepasang tangannya

'Trangg'

Kedua pedang cahaya milik Kokabiel berhasil di tahan oleh sepang sayap milik Kaneki, namun salah satunya berhasil menembus pertahan Kaneki hingga menggores sedikit bahunya

"Ugh sepertinya aku terlalu meremehkanmu ne koka-chan" ujar Kaneki

"Hahah... Kali ini aku akan menghabisimu mahluk rendahan" setelah mengatakan itu Kokabiel kembali menghilang dari tempatnya

'Jtekk' Kaneki mengjentikan jari telunjuknya dan seketika sayapnya semain berkobar dengan ganas

"Kuharap Azazel tidak akan marah jika aku membunuhmu di sini" ucap Kaneki yang juga langsung menghilang setelah mengucapkan itu

'Duarrr' sebuah ledakan gelombang kejut yang besar terdengar untuk yang kesekian kalinya membuat akademi Kuoh kembali ramai... Dipusat ledakn itu terlihat dua orang pria yang tinju mereka sedang beradu satu sama lain.

'Bugh'

'Bugh'

'Bugh'

Jual beli serangan terjadi begitu cepat hingga para iblis yang menyaksikannya merasa kagum dan juga syok melihat pertarungan ini.

"Hanya babak belur dan tidak mati melawan jendral Da-tenshi itu seprtinya merupakan pencapai terbersar kita hingga saat ini" ujar Saji dengan tatapan horror yang di beri anggukan oleh seluruh iblis yang ada disana. Yah ternyata sejak awal memang mustahil bagi mereka mengalahkan Kokabiel.

"Ughh" fokus mereka kepertarungan buyar seketika tatkala mendengar sebuah lenguhan kecil di depan mereka. Ya hampir lupa tak lama setelah Pertarungan di mulai Rias dan anggota pearagenya yang masih sadar datng menghampiri Saji dan tsubaki untuk membantu pemulihannya Sona.

Sona membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah dentuman-dentuman dilangit.

"Sona!" Rias langsung memeluk sahabat cebolnya itu ketika dia baru saja membuka mata.

"Rias!" Ucap Sona dengan lemah.

"Apa yang sudah terjadi?"

"Certitanya panjang yang jelas kita berhasil selamat berkat pria berambut putih disana" jawab Rias sambil menunjuk kearah dentuman itu. Sona hanya mengangguk dirinya masih teramat lelah, bahkan ia harus berusaha agar kelopak matanya tetap terbuka.

'Bughh'

Setelah sekian lama akhirnya tendangan Kokabiel berhasil bersarang di perut Kaneki sehingga membuatnya melesat kebawah, namun Kaneki masih bisa sempat memutar posisi tubuhnya sehingga ia bisa menapakan kakinya ke tanah dengan sempurna meskipun ia masih harus terseret beberapa meter.

'Cih sepertinya kali ini aku harus benar-benar serius menghadapi gagak tua ini' batin Kaneki setelah berhasil menghentikan laju dirinya.

Kokabiel bernafas dengan tersendat-sendat staminanya sudah hampir menipis karna melakukan transaksi jual beli serangan selama lebih dari 30menit. Berbeda dengan Kaneki yang masih tampak yang nampaknya masih baik-baik saja.

'Sial pukulannya sakit sekali' batin Kaneki

'Tapi sepertinya dia sudah sampai pada batasnya, ini kesempatan ku'

"Sepertinya kau sudah sampai pada batas mu koka-chan"

Mendengar provokasi itu Kokabiel hanya merutuk dalam hati, sepertinya ini efek dari penggunaan kekuatan yang diberikan ophis tadi. Kokabiel memutar otaknya bagaimanpun juga dia harus sesegera mungkin menyingkirkan pengganggu ini.

"Maaf koka-chan sepertinya aku haru segera mengakhiri ini sekarang juga" ujar Kaneki

Yang bagi Kokabiel terdengar seperti lantunan musik kematian di telinganya, bagaimana pun juga karna kesalahannya yang terlalu PD menggunakan kartu Asnya di awal pertarungan.

'Takk'

Kaneki kembali menjentikan salah satu jarinya.

'Wushh' sayapnya kembali berkobar lebih gila dari yang tadi. Dan sedetik kemudia ia menghilang meninggalkan debu halus yang berterbangan di sekitarnya.

Kokabiel yang melihat musuhnya menghilang meningkatkan kembali kewaspadaannya.

'Depan, belakang, atas, bawah, atau samping' batin Kokabiel mencoba memprediksi serangan dadakan yang akan dihadiahkan oleh lawannya

"Dari belakang" ucap Kaneki seolah bisa membaca pikiran lawannya. Kokabiel yang tak sempat bereaksi harus merelakan punggungnya menjadi pijakan kaki pemuda itu.

'Bughh'

'Argg'

Sebelum mangsanya melesat kebawah dengan sigap ia langsung memegang 2 dari 4 pasang sayap milik Kokabiel, lalu menariknya dengan sangat lembut ditambah dorongan halus dari kakinya.

'Jrashh'

'Arrghh' Kokabiel mengerang untuk kesekian kalinya setelah ke-2 pasang sayapnya di pinta oleh Kaneki.

Merasa belum cukup sayap milik Kaneki kembali ngeras dan kembali melontar kan puluhan proyektil yang sedikit lebih besar dari yang tadi kearah Kokabiel yang masih melunr ke bawah.

'Dammm'

'Jleb' 'jlebb 'jlebb'

Debu-debu kembali berterbangan menghalangi pandangan. Kelompok Sona dan Rias yang sudah sadar seluruhnya menatap tak percaya ke arah pemuda berambut putih yang kini masih terbang dengan bersidekap dada. Padahal beberapa saat lalu mereka mengira pertarungan ini akan berakhir imbang, tapi pemuda ini hanya dengan sekejap saja berhasil membalikan keadaan.

"Lumayan kau sudah cukup berkembang tapi, jika dibandingkan dengan petinggi Da-tenshi yang lain kau masih tidak ada apa-apanya"

"Yah sebenarnya aku di perintahkan Azazel untuk membawamu hidup-hidup,,, namun karna kau sudah membuatku kesal mau tidak mau kau harus menerima kematianmu di tempat ini" Kaneki kembali berucap sambil merentangkan tangannya kedepan, yang kemudian tercipta sebuah lingkaran sihir besar muncul di belakang tubuhnya, di setiap pinggiran sihir itu tercetak tulisan-tulisan yunani kuno yang berputar melawan jarum jam dan di tengah terdapat gambar seorang wanita bertubuh gagak yang merentangkan sayapnya.

Para iblis muda itu menatap kagum kearah lingkaran sihir itu, wajar saja ini pertama kalinya mereka melihat lingkaran sihir seperti itu. Berbeda dengan Sona yang tampak terkejut, lingkaran sihir itu adalah lingkaran sihir milik kaum succubus dari mitologi yunani. Mengapa Sona bisa tahu? Karna ia sering melihat mendiang Bibi-nya mengeluarkan lingkaran sihir yang sama dengan lingkaran sihir pemuda itu 10thn yang lalu.

"Matilah dengan damai Kokabiel"

'Corbin'

TBC

Yo,,, minna-san Ketemu lagi sama Gw 'The Plato Baskom' sekarang lg nyoba peruntungan di fandom ini,,,

Gw sengaja bikin Fic di fandom yang sepi, supaya fandom2 yg udah ditinggalk sama penghuninya jadi rame lg. Semoga aja dengan adanya fic ini fandom ini bisa rame lagi bener gk senpai !

Dan sebenernya ini fict pertama yang gw bikin, tapi karna fandom ini sepi jadinya gw bikin fict 'Holder : The Yellow Bird' d fandom Naruto x DxD yg lebih rame buat promosi,,,

Untuk Kaneki disini Gw kasih kagune jenis rinkaku kaya punya s'Ayato... yahh biar gk susah pas bikin scane Beattle-nya,,, senpai baca sendirikan beattle Kaneki sama Kokabiel di atas yang maksain banget -_- mohon di maklum lah namanya juga author baru jadi mohon bimbingan kedepannya senpai

Oh ya senpai...! para pemain overlord juga bakal muncul meramaikan fic ini dan mungkin bakal ngambil peran penting,,, dan ntar masih banyak lagi chara dari anime lain yang bakal mampir jadi bintang tamu.

So tunggu aja mereka di chapter depan

Dan yang terakhir Gw mohon bantuannya ke para readers yang udah baca fic ini entah itu sengaja atau gk sengaja buat ngasih kritik saran atau mungkin pujian dan jangan lupa yang lebih penting mempromosikan fic ini... Tahu sendirikan gmn keadaan fandom ini yang kumuh tak terawat...dan juga Gw gk bakal update sebelum dapet 30 reviews Hahahah...

#Readers : author nyusahin

Biarlah senpai jarang-jarangkan ada author yang nyusahin,,,, lagian gk bakal rugi kok... Cuman nyulik orang kesini apa susahnya ya kan? Apa lagi cuman 30...

#readers : serah lu bae thor,,, kita gk mau susah-susah nyulik orang. Cuman buat fic yang jelek tak bermutu ini

#Author (nangis sambil ngacak-ngacak pasir)

yang jelas saya ucapkan terima kasih buat yang udah baca apa lagi yang udah ngisi sesuatu di kolom review dibawah...

Tenang aja mau dikit atau banyak readers maupun author yang mampir,,,. fic ini bakal tetap lanjut kok... Yah meskipun entar jumlah review yang masuk ngaruh ke cepet atau lambatnya update heheh...

#readers : dasar Author sialan

Dan yang terakhir Gw ucapin Selamat tahun baru semoga di tahun yang baru ini kita bisa mendapatkan kalender yang baru, karna tanpa kalender yang baru gw jamin hidup lu bakal awut-awutan :v

Ok gitu aja

Thanks udah mampir

And

Wassalamua'alaikum

Chap depan

"Ka-Kaneki ?" / "Aku merindukan mu baka" / "hentikan mobilnya Albion!" / " kita tak bisa bersama seperti dulu lagi" / "tidak akan sempat Vali" / "kau masih keras kepala seperti dulu" / "Kau pikir aku bercanda" / "jangan harap aku akan menyerah"