OHOHOHO!!!!
Birthday fic for Mii-chan!!!! Otanjoubi Omedetto, Mii-chan!!! Wish all the best for you... Makasih dan bantuin saia dalam berkarier sebagai author!! Karena dukungan Mii-chan, kazu yang dulu sempet down jadi semangat lagi!! hyeeiii!!!
Mii-chan? kalian nyari di FFn? Salah banget. Dia masih belum daftar FFn.... jadi tempat yan gtepat untuk mencarinya adalah di RUMAH SAIA, karena dia sesungguhnya adalah ADIK saia yang masih berusia 8 taun....
Nih, nee-chan kasi kado fic.... Ahahahah!!! Uhugg... Uhuggg.... *keselek sendok -??-*
Walau ini bukan ultahnya Rukia, tp nee-chan berencana bikin birthday fic tentang ultah aja, biar seru..... -halah-
ENJOY!
****The Philosophies****
- Chapter 1 : The Snow Philosophy -
Bleach © Tite Kubo
The Philosophies © kazuka-ichirunatsu23
Summary For This Chapter : Salju, pengkonotasian ulang tahun para shinigami.... Ia tak dipedulikan, diindahkan, terkadang dicaci. Apakah shinigami boleh menginginkan perayaan ulang tahun?
Lapisan kaca itu menghalangi dirinya dari dunia luar, tapi tidak dengan pandangannya.
Mata violetnya berada pada posisi konstan, tanpa pergerakan ke arah manapun.
Sesekali jemari mungilnya menjentik pelan, memainkan permukaan kaca itu, menyentuhnya dengan lembut.
Di luar sana butiran putih turun perlahan dengan arah lurus, tertarik oleh gravitasi bumi hingga membentuk lapisan tebal di tanah. Menutupi rerumputan dengan dirinya, agar semua orang tahu, ini adalah pertengahan musim dingin.
Hari ini, pertengahan bulan Januari. Tepatnya tanggal 14.
Flashback masa lalu pun kembali terulang di kepala gadis yang tak lain adalah Rukia itu. Kenangan biasa yang tak terlalu penting, di dua tahun yang lalu.
"Hey, Rukia, hari ini tanggal berapa?"
"Ah, Renji, mengagetkanku saja. Tanggal 14, kenapa?"
"Hn.... Rasanya aku ingat sesuatu hari ini. Tapi apa ya? Apa aku melupakan sesuatu, Rukia?"
Rukia diam. Ia mengira Renji hanya bercanda. Sengaja membungkam mulutnya, untuk mengetahui apa reaksi Renji berikutnya.
"Uhm.... Mungkin cuma ingatanku saja yang agak aneh. Oh, iya, aku duluan, ya, Kuchiki-taichou memanggilku tadi." Renji mendahulukan langkahnya dari Rukia, berbelok ke kantor divisi 6.
Sementara Rukia berhenti melangkah.
Rupanya ulang tahun tak penting bagi seorang shinigami.....
Yah, begitulah. Mereka shinigami.
Orang yang telah pernah mati satu kali.
Mereka juga punya tanggal lahir. Tapi itu bukanlah tanggal dimana mereka dilahirkan yang sebenarnya, melainkan itu adalah tanggal dimana mereka datang pertama kali ke Soul Society. Setidaknya itu pemahaman Rukia.
Mana mungkin mereka datang ke Soul Society dengan tanggal lahir mereka yang sebenarnya dari dunia nyata? Mereka saja datang ke situ tanpa mengingat apapun lagi yang berkaitan dengan dirinya dan dunia nyata sebelumnya. Bagaimana bisa tahu tanggal lahir yang sebenar-benarnya?
Rukia juga tidak tahu, entah angka 14 Januari ulang tahunnya itu dapat dari mana. Yang jelas, ketika ia bertanya, ia memperoleh jawaban itu.
Yang jelas, secara resmi tanggal itu telah ia tetapkan sendiri untuk diperingati setiap tahun, sebagai sarana untuk mempercantik pribadi diri, bukan semata hanya dirayakan, tapi juga untuk merefleksikan apa yang telah terjadi padanya dalam kurun waktu satu tahun, mengoreksi semua yang salah, serta mencapaikan diri pada sebuah standarisasi kebaikan seorang sebuah jiwa.
Ia ingin sesuatu yang lebih baik dan menyenangkan di sebuah ulang tahun. Karena ia juga sejenis manusia yang punya hati, perasaan. Yang tentu menagih untuk mendapatkan kesenangan.
Tapi, semua itu kembali lagi kepada kodrat mereka. Shinigami. Dewa Kematian. Tugas mereka hanyalah meng-konsou jiwa-jiwa yang memerlukannya, apa lagi? Pekerjaan mereka hanyalah sesuatu yang berorientasi pada suatu kata berbunyi 'roh'.
Berbeda dengan manusia yang punya segudang waktu untuk merasakan kesenangan di dalam hitungan waktu mereka.
Ia juga ingat. Tahun lalu, ulang tahunnya.
Ia berharap sesuatu yang lebih di hari itu, terutama dari kakaknya, Byakuya. Mungkin saja ada sesuatu yang mampu membuat Rukia tersenyum lebih tulus.
Hari itu, kakaknya masih dalam tugas ke dunia nyata. Dan ternyata baru pulang tiga hari kemudian.
Pulang itu pun, dengan keadaan kelelahan. Tak mungkin kan, Rukia langsung menagih apa yang ia inginkan? Terlalu kekanak-kanakan.
Lantas, apakah maksud dari ulang tahun baginya?
Apakah hanya seberkas hari yang biasa?
Ataukah hari dimana sebuah keistimewaan datang bertubi-tubi?
Adakah sebuah hadiah yang dapat membuatnya merasakan lebihnya ulang tahun?
Apakah ulang tahunnya hanyalah seperti salju diluar?
Yang turun, lewat di hadapan orang lain dalam keadaan beku, dingin, tanpa berarti banyak.... Lantas hilang dan mencair ditelan waktu yang tak bertoleransi?
Mungkinkah datang hari, dimana tanggal bertuliskan 14 Januari itu bisa menjadi kulminasi tentang ulang tahunnya yang tidak pernah istimewa?
Seandainya ia benar-benar memiliki orang yang begitu dipercaya, bisa menghargainya lebih dari seorang shinigami yang tak butuh ulang tahun....
Ah, ia punya....
Ichigo.
Tapi, apa orang itu juga mempercayainya?
Dan lebihnya lagi, apa orang itu ingat ulang tahunnya?
Yang Ichigo ingat paling-paling ulang tahun keluarganya, atau yang paling melekat di ingatannya, pengulangan hari setiap tahunnya, 17 Juni, hari peringatan kematian ibunya.
Ibunya? Rukia tersenyum.
Perempuan itu menempati ruang paling besar dalam hati Ichigo. Sesekali Rukia 'cemburu' juga.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Matahari sedang dalam keadaan hibernasinya yang tersudut dari sisi bumi ini, sehingga salju menggantikannya setiap hari.
Mungkin sudah dua jam Rukia duduk, di balik kaca, mengamati satu demi satu butiran putih yang jatuh dengan perlahan. Ia tidak tahu apa yang mesti ia lakukan. Berjalan keluar? Kemana? Adakah tujuan yang pasti? Hanya mengurangi daya imunitas tubuhnya saja.
Ia cuma sendirian. Ichigo sedang keluar, sehingga kamar ini menjadi 'daerah kekuasaannya' untuk sementara. Sementara boneka singa ribut itu telah ia kurung di lemari, sekedar membungkam sedikit kehebohan yang ia timbulkan.
Hari sudah sore. Rukia akhirnya benar-benar mengiyakan filosofi salju oleh para shinigami tentang ulang tahun mereka. Filosofi salju, dimana ulang tahun itu hanyalah seperti salju, beku, terhanyut turun dalam hening. Tidak ada yang memperhatikan mereka, jikalau ada yang memperhatikan, paling mereka hanya menjauh karena takut. Ketika mereka sampai di tanah, jarang ada yang peduli dengan mereka, paling hanya dipermainkan oleh anak kecil, atau diinjak dengan keacuhan oleh sepatu-sepatu tak peduli. Orang lebih suka menjalaninya karena ada sugesti 'sebentar lagi musim semi'.
Jadi, dengan kata lain, musim dingin, habitatnya para salju, hanyalah jembatan tak dipedulikan untuk mencapai suatu tujuan mengasyikkan, musim semi.
Dengan kata lain lagi, tak berguna banyak. Ulang tahun, shingami. Salju. Sebuah keterkaitan yang saling menyatu.
Suatu mata rantai yang secara tak langsung memberikan gambaran bahwa mereka berhubungan.
Salju hanya sekumpulan benda. Terkadang menyenangkan oleh beberapa orang, namun tak kurang gerutuan yang muncul akibat dirinya.
Matanya terkantuk-kantuk. Telapak tangannya mempertahankan posisi kepalanya. Setidaknya ia hampir tidur dalam posisi duduk jika tidak mendengar knop pintu itu berbunyi.
"Melamunkan apa?" tanya Ichigo, yang baru datang, melemparkan jaketnya ke atas tempat tidur.
"Ah, hn.... Bukan sesuatu yang besar kok.... Tak usah khawatir....." Rukia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah, isyarat tenang-saja-bukan-sesuatu-yang-besar.
"Ayah, Karin dan Yuzu menunggumu di bawah. Yuzu habis memasak masakan spesialnya tadi."
"Menungguku? Memangnya ada apa?"
"Makan bersama."
"Makan bersama? Ada apa? Yuzu sampai masak sesuatu yang spesial segala....."
"Hari ini ulang tahunmu, kan?"
"Eh, kenapa mereka tahu?"
"Tentu saja karena aku yang memberitahukannya, bodoh."
"Baka! Kenapa kau tahu ulang tahunku? Rasanya.... Aku tidak pernah memberitahumu....?" Rukia menautkan kedua alisnya.
Ichigo tertawa kecil. "Kau memang tidak bisa menyembunyikannya. Sikapmu berubah jika aku mengatakan 14 Januari. Aku tahu itu, Rukia....."
"Hanya segitu? Kau bisa langsung tahu?"
Ichigo menggeleng. "Sesuatu yang disebut ikatan. Dia yang memberitahuku secara batin."
Rukia tertawa kecil. Laki-laki itu selalu mendengungkan kata-kata berbunyi ikatan itu semenjak peristiwa setengah tahun lalu, peristiwa besar yang menguatkan ikatan mereka. Peristiwa dimana Ichigo menunjukkan kepedulian besarnya pada Rukia, mengejarnya mati-matian sementara yang lain bahkan lupa terhadap seseorang yang bernama Kuchiki Rukia itu. Itu cukup membuktikan ikatan mereka sangat kuat, lebih dari yang lain.
"Ulang tahun tak penting bagi shinigami sepertiku." Rukia berbalik, kembali menyapa salju dengan penglihatannya.
"Kau bukan shinigami, kau adalah Kuchiki Rukia." Ichigo melemparkan senyumnya, meski ia tahu Rukia tak akan tahu dirinya sedang tersenyum.
"Bagaimanapun, aku tetap shinigami. Bukan tugas shinigami untuk mengingat ulang tahunnya, karena kami hanya berurusan dengan jiwa-jiwa yang membutuhkan kedamaian."
"Ulang tahun kami hanyalah seperti salju." lanjutnya.
"Salju? Apa hubungannya?" Ichigo berjalan mendekat pada Rukia.
"Salju itu beku. Hanya berakhir dengan pelelehan tak dipedulikan, meski mereka menghilang. Terlupakan, karena ada musim semi setelahnya. Ulang tahun kami begitu. Hanya akan terlewat tanpa dipedulikan, meski saling tahu. Terlupakan, karena kami punya tugas yang lebih penting."
Ichigo berjalan mendekat pada Rukia, dan tangan kanannya pun melekat pada bahu Rukia.
"Kau tidak mengerti satu hal."
"Apa itu? Bisa jelaskan padaku?" Rukia mengernyit pelan, menatap balik Ichigo, yang tanpa terasa jarak mereka sudah sangat dekat. Ichigo menunduk, menyelaraskan letak kepalanya dengan Rukia. Ia juga menatap ke luar, menemani pandangan Rukia sejak tadi.
"Aku suka salju. Dia memang beku. Dia memang dingin. Dia memang terkadang hanya terinjak-injak. Ulang tahun kalian hanya seperti itu? Salah besar. Kalian masih punya tanggal untuk diingat sebagai ulang tahun, kan? Itu membuktikan filosofi salju itu salah, bodoh...." Ichigo tersenyum jahil, dengan masih sempat-sempatnya menambahkan suffiks kebiasaannya, kata bodoh.
"Langsung saja ke permasalahannya, Ichigo, kau membuatku tak mengerti!"
"Kau bilang filosofi salju kan? Filosofi yang mengatakan kalau kalian shinigami, tak usah merayakan ulang tahun kalian. Ulang tahun bagi kalian hanya seperti salju, terinjak-injak, tak dipedulikan. Lantas apa gunanya ada tanggal lahir itu, bodoh? Bukankah tanggal itu ada karena untuk diperingati? Kalian juga punya hati, perasaan. Sama seperti manusia biasa. Kalian masih berhak merayakannya....."
"Begitu ya...."
Rukia terdiam sesaat. Suasana menjadi hening. Bibir mungil Rukia tampak menyimpulkan seulas senyum.
"Hn.... Ngomong-ngomong soal filosofi salju, aku juga punya itu...." kata Ichigo kemudian.
"Ng... Apa? Apakah kau juga punya kenangan tentang salju?"
"Salju itu cantik. Putih bersih. Meskipun dingin, tapi sebenarnya dia melepaskan kehangatan. Melepaskan kehangatan itu kepada orang lain. Meski dia tetap dingin, dia cantik, tegar meski orang tak mengacuhkannya. Tetap berdiri teguh, konstan mempertahankan dirinya walau banyak yang tak memperhatikan. Sama seperti...." Ichigo mengerling jahil pada perempuan di sebelahnya tersebut.
Rukia cuma diam. Menahan suaranya hingga Ichigo kembali menyambung.
"Tapi, aku berharap, akulah yang bisa melelehkan salju itu...." Ichigo lagi-lagi tersenyum jahil, mengacak-acak rambut Rukia yang tadinya rapi menjadi berantakan. Rukia mendengus kesal karenanya.
"Selamat ulang tahun, midget. Kau minta kado apa dariku?"
Rukia tertawa kecil. "Sepertinya untuk tahun ini tidak."
"Lho? Yang benar? Tidak mau boneka Chappy atau semacamnya?"
Rukia menggeleng. "Tidak perlu. Ayo ke bawah, mereka bertiga pasti sudah menunggu." Rukia berbalik, menarik tangan Ichigo keluar dari kamarnya.
"Karena aku sudah mendapatkan kado yang indah, kau Ichigo...."
The End
yatta!!! satu lagi fic gaje dari saia!!! Wahaaa!!!!
Mii-chan!! maaphkan nee-chanmu ini!!! DDX
udah ngasi fic gaje buat ultahmu yang ke-8!!
maaf, maaf..... *sujud-sujud*
huaaa..... REVIEW?
err...... klo anda semua menganggapnya gaje, jelek, kagak nyambung, bilang aja terus terang ke saia klo fic ini mesti di-remove dari nih fandom... TToTT"v
soalnya nih otak kanan yang mengurusi imajinasi tentang fic saia rada menurun kemampuannya... gara2 orak kiri yang mesti diperes abis-abisan oleh pelajaran, koordinasinya jadi agak terganggu.... *????*
klo ada yg tak dimengerti, anda bisa bertanya ke saia, berhubung saia berpikir ini adalah fic paling GAK NYAMBUNG yg pernah saia buat....
sankyuu for reading, n mind to review? (you must be!!!!) *kicked to Mars*
