Red & Blue Drabble
Genre : Romance, Yaoi, Fantasy, Supernatural
Rate : M
Length : 6.909 Words
Warning : OOC, GaJe, Alur cepat (siapa tahu =_=), Sho Ai, Summary berubah seiring dengan chapter-chapter lainnya, EBI tak sesuai, dll
Pairing : AkaKuro (Akashi Seijuurou x Kuroko Tetsuya)
Disclaimer : Characternya tetap milik Tadatoshi Fujimaki-san. Saya hanya pinjam karakternya Cuma buat kesenangan baik pribadi maupun readers.
Prompt : Kisah cinta yang berhubungan dengan fantasy dan supernatural
Summary : Kisah cinta Akashi Seijuurou si musisi tuli dan Kuroko Tetsuya si manusia setengah duyung. Hingga suatu hari mereka berdua mempunyai keinginan yang berbeda. Yang satu ingin membuat kekasihnya bisa mendengar dan bicara juga yang satunya lagi membuat kekasihnya menjadi manusia. Apakah mereka akan mendapatkan keajaiban dari keinginan mereka tersebut? Lihat saja di TKP! #FID_8
"aaaaaaaa" (Percakapan biasa)
("aaaaaaa") (Berkata dalam hati)
"aaaaaaa" (Flashback)
"aaaaaaaa" (Bicara lewat telepon/SMS)
"aaaaaaa" (Teks yang diketik oleh Akashi)
Bacotan : Yahoo, Shinju Hatsune is back again :v :v. Ane buat fanfic ini buat merayakan Fujodanshi Independence Day yang ke 8 dan sebenarnya ane baru tahu tentang ini :v :v. Mudah-mudahan bagus dan berkenan di hati para Fujoshi dan tentu saja buat para Fudanshi. Bagi yang baca bukan fujodan mendingan gak usah dibaca daripada kalian sakit mata saat membacanya dan DLDRADF (Don't Like Don't Read And Don't Flame). Langsung saja ke TKP. Dan ini khusus untuk tanggal 6 September :3.
Chapter 1 : The Deaf Musician & The Half Merman
Akashi Seijuurou merupakan musisi yang hebat sekaligus dia adalah CEO dari Akashi Corp dan dia merupakan putra dari keluarga kaya. Kalau dibandingkan dengan kekayaan keluarga Akashi sama dengan membeli roket menuju NASA. Tapi, ada yang kurang darinya. Ada tiga yang kurang darinya. Yang pertama, dia ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang sudah mendahului dirinya. Akashi Masaomi meninggal saat Akashi berumur 12 tahun karena kecelakaan pesawat sedangkan Akashi Shiori meninggal saat Akashi berumur 10 tahun karena kanker serviks. Yang kedua, dia tuna rungu sejak lahir. Dia mulai belajar gerak gerik mulut orang meskipun suara orang tersebut tidak sampai ke telinganya. Dia juga tidak peduli apa yang dikatakan orang-orang tentang dirinya dan dia akan membuktikan bahwa mereka telah salah menilainya bahkan membungkam mulut orang-orang yang berani menghinanya. Dan yang ketiga, dia tidak tahu kasih sayang maupun cinta semenjak kedua orang tuanya meninggalkan dirinya. Bahkan Tanaka yang merupakan pelayan setianya itu tetap tidak bisa mendapatkan kasih sayang yang cukup.
Di umurnya yang ke 16 tahun, dia menghadiri pameran yang berhubungan dengan para bangsa duyung. Akashi tidak tertarik soal itu. Namun, demi perusahaan Akashi mau tidak mau dia harus melakukannya. Semenjak kedua orang tua Akashi meninggal, Akashi langsung ditunjuk menjadi pewaris bahkan dia melakukan home schooling sampai dia belajar dengan pelajaran setingkat Todai (1), dia pun menguasainya. Akashi bahkan sudah membuktikannya bahwa mereka salah menilainya dan bisa sukses seperti orang normal lainnya. Akashi harus sering membawa ponsel pintarnya karena takutnya ada orang yang mau bicara dengannya. Maklum dia terlahir tuna rungu. Sampai sekarang tidak ada duyung yang membuatnya tertarik.
("Apa aku harus pulang saja, ya? Lagian tidak ada satu duyung yang tertarik.") Kata Akashi dalam hati. Sampai dia melihat ada yang menarik di matanya. Dia pun berlari menuju ke aquarium dan dia menangkap sosok pria duyung dengan rambut baby blue yang panjangnya hingga sepinggang, warna mata senada dengan rambutnya begitu juga dengan ekor duyungnya. Mata deep crimson-gold itu menatap duyung itu penuh dengan kekagumannya sekaligus jantungnya berdebar kencang tanpa dia sadari.
("Dia begitu cantik bukan indah. Bahkan keindahannya bisa menghapus seluruh kesedihanku. Aku jadi ingin membelinya.") Kata Akashi dalam hati. Sadar ada yang menatap, pria duyung itu mulai mendatangi Akashi meskipun kedatangannya dihalangi oleh kaca dari aquarium miliknya tersebut.
Yang dirasakan oleh Akashi sama seperti yang dirasakan oleh pria duyung itu. Pria itu memiliki rambut warna merah dan warna mata yang saling bertentangan yaitu antara deep crimson-gold. Pria duyung itu merasa terpesona dan dia juga merasa bahwa dia menemukan hal yang paling dia inginkan.
Akashi memutuskan membeli duyung biru itu dan membawanya pulang ke rumah. Setelah dibawa pulang ke rumahnya, dia pun mulai menempatkan pria duyung itu ke kolam renang miliknya dan pria duyung itu merasa senang dengan tempat tinggal barunya. Pria duyung itu mulai mengeluarkan suaranya.
"Tunggu!" Kata pria duyung itu dan otomatis Akashi pun membalik menghadap ke duyung itu dan dia kaget bahwa duyung itu bisa bicara.
"Aku memang bisa bicara." Kata pria duyung itu seolah-olah dia membaca pikiran Akashi. "Ngomong-ngomong, terima kasih sudah membeliku dan menempatkanku disini. Di sini tidak ada batasan apapun tidak kayak di akuarium di pameran itu." Kata pria duyung dengan datar. Baru kali ini Akashi mendengar ucapan terima kasih dari duyung itu meskipun ekspresinya datar. Tapi, Akashi juga senang karena pria duyung itu senang dengan rumah barunya.
"Umm, kenapa kau tidak bicara? Apa jangan-jangan kau itu tuli?" Kata pria duyung itu dan sukses menohok hati Akashi. Akashi hanya bisa menganggukkan kepalanya. Sadar akan ucapannya tersebut, pria duyung itu mulai duduk di pinggir kolam dan mulai menatap Akashi.
"Bisa kau kesini sebentar?" Kata pria duyung itu dan Akashi pun mulai mendatanginya juga duduk di sampingnya.
"Begini, tolong maafkan aku. Aku sudah menyakitimu dengan kata-kataku barusan." Kata pria duyung itu merasa bersalah. "Kau juga bisa berbisik lewat telingaku jika kau tidak bisa bicara. Anggaplah ini adalah permintaan maafku padamu." Kata pria duyung lagi. Akashi pun menurut dan mulai berbisik ke duyung itu.
"Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dan dari kecil aku memang terlahir sebagai orang tuli." Bisik Akashi.
"Oh begitu. Namaku Kuroko Tetsuya. Aku manusia setengah duyung, senang bertemu denganmu." Kata duyung yang bernama Kuroko Tetsuya. Akashi mulai berbisik lagi ke telinga Kuroko.
"Akashi Seijuurou. Senang bertemu denganmu, Tetsuya." Bisik Akashi sambil memperkenalkan dirinya. "Kau mengatakan bahwa kau adalah manusia setengah duyung. Bisa kau jelaskan padaku." Bisik Akashi.
"Baiklah. Aku adalah anak hasil kawin silam antara duyung dan manusia. Ayahku adalah duyung sedangkan ibuku manusia. Ibuku meninggal sehabis melahirkanku dan aku dibesarkan oleh ayahku. Setelah umurku menginjak 10 tahun, dia meninggal karena perang di bawah laut. Hingga aku ditemukan oleh pemilik pameran dan menjualku di sana dan sampai akhirnya aku mulai bertemu dengan Akashi-kun." Jelas Kuroko. Akashi merasa dia sedikit beruntung. Karena dia masih bisa mendapatkan kasih sayang dari ibunya sedangkan Kuroko tidak mendapatkannya meskipun ibunya sudah meninggal mendahului dirinya. Akashi kemudian memeluk Kuroko dan mulai berbisik ke telinga Kuroko.
"Maaf aku mengingatkanmu akan hal yang menyedihkan. Aku janji bahwa aku akan selalu di sampingmu dan menemanimu, Tetsuya." Kata Akashi. Kuroko yang mendengarnya langsung menitikkan air mata, karena baru pertama kalinya dia mendengar kata-kata tersebut dari tuan barunya.
"Kau bersungguh-sungguh?" Tanya Kuroko masih menitikkan air matanya.
"Aku sungguh-sungguh, Tetsuya." Bisik Akashi dan Kuroko pun menangis di pelukan Akashi. Setelah Kuroko berhenti menangis, Akashi mulai menghapus air mata Kuroko dengan kedua tangannya dan tanpa disadari oleh Kuroko jantungnya mulai berdebar-debar dengan sangat kencang.
("Kenapa aku merasa aneh hari ini? Semoga saja Akashi-kun tidak merasakan bahwa aku sedang deg-degan hari ini.") Kata Kuroko dalam hati. Usai Akashi menghapus air matanya, Akashi mulai berbisik ke Kuroko.
"Tetsuya, kau bisa tunggu disini?" Tanya Akashi sambil berbisik.
"Buat apa?" Tanya Kuroko.
"Aku mengambil beberapa stel pakaian untukmu. Kau bisa berubah jadi manusia?" Bisik Akashi.
"Kalau tubuhku kering, aku masih bisa berubah menjadi manusia." Kata Kuroko.
"Bagus. Aku akan ambilkan pakaian untukmu. Tunggu disini, ya." Bisik Akashi.
"Baiklah." Kata Kuroko dan Akashi pergi untuk mengambil pakaian buat Kuroko. Kuroko pun segera menaikkan ekornya ke pinggir kolam dan memijatnya hingga kering. Setelah kering ekor duyungnya berubah menjadi sepasang kaki.
Dan penampilannya secara keseluruhan adalah kulitnya yang putih seperti susu dan jangan lupa rambut berwarna baby blue yang masih tergerai. Andai kata dia memakai baju perempuan, sudah pasti banyak yang mengira dia perempuan. Tapi, sayangnya dia masih memiliki kejantanan yang membuktikan bahwa dia 100% laki-laki.
Akashi pun kembali dengan membawa pakaian yang terdiri dari kaos panjang berwarna putih, celana dalam berwarna hitam, dan cargo pants berwarna biru muda. Akashi hampir saja pingsan karena kehabisan darah melihat Kuroko telanjang bulat. Sekali lagi telanjang bulat. Akashi tahu Kuroko itu laki-laki tapi dia begitu cantik dengan rambutnya yang tergerai.
("Demi 1000 gunting, kenapa dia begitu cantik? Padahal sudah jelas dia laki-laki. Aku harus tahan diriku untuk tidak menerjangnya. Kalau tidak, Tetsuya tidak mau menemuiku lagi.") Kata Akashi dalam hati dan dia menyerahkan pakaian tersebut ke Kuroko.
"Tetsuya, pakailah baju yang kubawa. Ada hal yang ingin kutunjukkan padamu." Bisik Akashi. Kuroko pun menurutinya dan memakai pakaiannya. Tapi, sayangnya dia hanya bisa memakai baju dan dia tidak bisa pakai celana.
"Akashi-kun, bisa tolong aku memakaian kedua celana ini? Aku sedikit kesulitan dalam memakainya." Kata Kuroko dan Akashi hanya bisa menganggukkan kepalanya juga membantu Kuroko memakaikan celana tersebut. Akashi menelan ludahnya kuat-kuat di tenggorokkan untuk tidak menghisap kejantanan milik Kuroko.
("Aduh, ujian apa ini? Aku harus tahan diriku ini! Kenapa kau begitu kejam padaku, Kamisama?") Raung Akashi dalam hati dan berhasil memakaikan celana ke Kuroko sekaligus menahan dirinya.
"Jadi, begitu caranya memakai celana? Aku akan mempraktekkannya kalau aku jadi manusia lagi." Kata Kuroko. "Terima kasih banyak, Akashi-kun." Kata Kuroko tersenyum ke Akashi dan wajah Akashi pun menjadi merah. Dia mulai mengalihkan pandangannya ke wajah Kuroko dan menganggukkan kepalanya saja.
("Bahkan senyumnya sangat manis! Aduh, makin lama aku semakin kena diabetes melihat keimutan secara tidak langsung dari Tetsuya!") Kata Akashi dalam hati dan dia mulai bertemu pandang ke Kuroko. Dia mulai mengulurkan tangannya ke Kuroko dan Kuroko pun menerima uluran tersebut kemudian dia mulai berdiri dengan kedua kakinya.
Kuroko hampir terjatuh kalau bukan Akashi yang menangkapnya dalam bentuk pelukan. Kuroko bisa mendengar betapa berdebarnya jantung Akashi saat memeluknya begitu juga dengan Akashi. Meskipun dia tuli tapi dia bisa merasakan jantung Kuroko berdebar. Kemudian dia berbisik ke telinga Kuroko.
"Kau tidak bisa jalan?" Tanya Akashi.
"Sepertinya begitu." Kata Kuroko.
"Aku akan mengajarimu cara berjalan. Ikuti langkahku." Bisik Akashi.
"Terima kasih Akashi-kun. Kau repot-repot membantuku berjalan." Kata Kuroko dan Akashi mulai berbisik ke Kuroko.
"Sama-sama dan aku merasa tidak direpotkan olehmu." Bisik Akashi.
Akashi mulai mengajari Kuroko cara berjalan. Selangkah demi selangkah. Saat Kuroko terjatuh, Akashi menangkapnya dan mengajarinya jalan lagi. 5 jam kemudian, Kuroko bisa berjalan dengan lancar. Akashi sangat puas dengan hasilnya.
"Aku berhasil, Akashi-kun. Aku berhasil." Kata Kuroko girang dan mulai memeluk Akashi. Akashi kaget karena Kuroko memeluknya namun dia balas balik pelukannya dan mulai berbisik ke Kuroko.
"Aku bangga padamu, Tetsuya." Bisik Akashi.
"Sudah pantasnya." Kata Kuroko dan dia mulai melepaskan pelukannya dari Akashi. "Memangnya, apa yang ingin kau tunjukkan padaku?" Tanya Kuroko. Akashi mulai tersenyum lembut dan berbisik lagi ke Kuroko.
"Rahasia. Tapi, sebelum itu aku harus memperbaiki rambutmu dulu." Bisik Akashi.
"Eh? Kalau memang perlu, baiklah." Kata Kuroko datar. Akashi mulai memegang tangan Kuroko sambil menuntun Kuroko ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Akashi menyuruh Kuroko untuk duduk di kursi. Kuroko pun menurut dan duduk di kursi. Akashi mulai menyisir rambut Kuroko dan mengikat rambut Kuroko berbentuk pony tail. Kuroko merasa senang dengan bentuk rambutnya yang sekarang.
"Kau bahkan mengikat rambutku untukku. Terima kasih, Akashi-kun." Kata Kuroko tersenyum lembut ke Akashi. Demi panah cinta, Akashi merasa jantungnya sudah di tembak oleh panah cinta. Akashi juga tersenyum dan mulai berbisik ke Kuroko.
"Sama-sama, Tetsuya. Aku akan menunjukkan sesuatu padamu." Bisik Akashi lalu mereka berdua keluar dari kamar Akashi dan melanjutkan perjalanan mereka sambil memegang tangan.
Akashi menuntun Kuroko sampai menuju ke ruang musik. Kuroko terpana melihat semua ruangan yang penuh dengan alat musik dan hal yang paling dia tertarik adalah sebuah grand piano. Akashi pun mulai mendatangi Kuroko dan duduk di kursi piano.
"Akashi-kun, ini namanya piano, kan?" Kata Kuroko datar namun Akashi bisa melihat matanya begitu berbinar seakan-akan dia bersemangat tentang apa yang dilihatnya. Akashi pun berbisik ke arah telinga Kuroko.
"Yep, ini namanya piano." Bisik Akashi. "Kamu bisa menyanyi, kan?" Bisik Akashi lagi.
"Aku bisa menyanyi. Tapi, karena kamu tuli akan aku beri sedikit keajaiban untukmu." Kata Kuroko dan dia mulai menjilat lubang telinga Akashi sekaligus menggigit daun telinga Akashi secara bergantian. Akashi pun mendesah tanpa suara karena Kuroko menjilat telinganya. Kuroko menunggu saliva di kedua lubang telinga Akashi mengering dan bekas gigitannya menghilang.
Setelah mengering juga bekas gigitan di kedua daun telinga Akashi menghilang. Akashi mulai menatap Kuroko dengan tatapan "Apa maksudnya ini?" dan Kuroko pun mulai membuka suara.
"Akashi-kun bisa mendengar suaraku, kan?" Tanya Kuroko. Akashi kaget dan dia bisa mendengar suara Kuroko dengan jelas. Akashi hanya bisa menganggukkan kepalanya saja.
("Seperti inikah suara Tetsuya? Suaranya bagaikan malaikat jatuh dari langit.") Kata Akashi dalam hati yang mulai hiperbola.
"Syukurlah kau bisa mendengarnya. Dan kau ingin aku menyanyi apa?" Tanya Kuroko. Akashi langsung berpikir dan dia dapat ide. Kemudian dia mulai berbisik ke telinga Kuroko.
"Bagaimana dengan ama no jaku?" Tanya Akashi.
"Ama no jaku? Bagaimana menyanyikannya?" Tanya Kuroko dan Akashi langsung memberikan buku yang isinya lirik lagu ke Kuroko dan dia mulai berbisik lagi.
"Kau tinggal ikuti nada dari permainan piano yang kumainkan. Kau bisa, kan?" Bisik Akashi.
"Kurasa aku dapat melakukannya." Kata Kuroko.
"Bagus." Bisik Akashi. Dan dia mulai memainkan pianonya dengan lembut dan lincah. Akashi menoleh ke Kuroko dan Kuroko tahu yang dia lakukan sekarang. Kemudian dia melihat lirik lagu dari ama no jaku dari buku lirik lagu tersebut.
~Boku ga zutto mae kara omotteru koto wo hanasouka~
~Tomodachi ni modoretara kore ijou wa mou nozomanaisa~
~Kimi ga sorede ii nara boku datte sorede kamawanaisa~
~Usotsuki no boku ga haita hantai kotoba no ai no uta~
(~Biarkan aku memberitahumu yang telah kupikirkan sejak lama~)
(~Jika kita bisa balik sebagai teman, aku tidak menginginkan apapun lagi~)
(~Selama kau menerimanya dengan baik, aku sama sekali tidak keberatan~)
(~Aku berbohong, menyanyikan lagu cinta, dengan kata yang berlawanan dengan pikiranku~)
Akashi bisa mendengar Kuroko bernyanyi. Dan dia sudah menduganya, bahwa keturunan duyung memiliki suara yang bagus. Apalagi kalau dia merupakan keturunan manusia setengah duyung. Akashi tetap melanjutkan permainan pianonya sedangkan Kuroko yang mulai beradaptasi dengan nada yang dimainkan oleh Akashi kini dia mulai bernyanyi lagi.
~Kyou wa kocchi no chiho wa doshaburi no seiden deshita~
~Kinou mo zutto hi made ichi nichi manketsu shitemashita~
~Betsuni kimi no koto nante kangaete nankainaisa~
~Iya demo chotto hontou ha kangaete takamo nante~
~Merry go round mitai ni mawaru boku no atamannaka ha guru guru sa~
~Kono ryoute kara koboresouna hodo kimi ni moratta ai wa doko ni suteyou?~
~Kagiri no aru shoumohi nante boku wa iranai yo~
(~Cuaca di area hari ini adalah langit yang cerah tanpa hujan~)
(~Kemarin aku membuat waktu bebasku dengan cara terbaik~)
(~Aku sama sekali tidak memikirkanmu atau apapun itu~)
(~Ah, tapi sebenarnya, mungkin sedikit aku telah memikirkanmu melawan keinginanku~)
(~Bagaikan komedi putar yang selalu berputar, di dalam kepalaku telah berputar-putar~)
(~Dari kedua tanganku, pikiran telah tumpah, cinta yang kau berikan padaku dimana aku harus membuangnya?~)
(~Aku tak menyangka akan menjadi seperti ini, aku tak butuh lagi~)
Akashi yang mendengar Kuroko sambil menyanyi merupakan surga tersendiri baginya. Belum lagi suaranya sangat merdu. Akashi pun tetap melanjutkannya dan seperti biasa Kuroko melanjutkan nyanyiannya.
~Boku ga zutto mae kara omotteru koto wo hanasouka~
~Sugata wa mienai no ni kotoba dake miechatterunda~
~Boku ga shiranai koto ga aru dake de kigakurai souda~
~Burasa gatta kanjou ga kirei nano ka kitanai no ka~
(~Biarkan aku memberitahumu yang telah kupikirkan sejak lama~)
(~Walaupun wujud tidak terlihat namun serpihan kata telah terlihat~)
(~Aku merasa frustasi karena hal itu ada beberapa hal yang tidak kuketahui~)
(~Perasaanku yang tertuju padamu apakah itu indah atau kotor?~)
("Tetsuya semakin bagus dalam mengikuti nadaku. Aku bisa mengangkatnya jadi vokalis dan bernyanyi dengannya. Itu pun kalau aku tidak tuli seperti ini.") Kata Akashi bersedih dalam hati dan melanjutkan memainkan pianonya.
~Boku ni wa mada wakarazu suteru atemo nainda~
~Kotoba no ura no uraka mieru made matsukurasa~
~Matsukurai nara ii janaika?~
(~Aku masih belum mengerti dan aku tak punya tempat untuk menggantikannya~)
(~Hingga suatu hari aku dapat mengerti arti kata yang berarti, aku harus menunggu~)
(~Setidaknya menunggu itu bukan ide yang buruk, kan?~)
Akashi tetap melanjutkan memainkan pianonya dan Kuroko diam-diam mengamati cara bermainnya Akashi yang makin lama makin sedih. Kuroko mulai meneruskan acara menyanyinya.
~Susumu kimi to tomatta boku no~
~Jijimaranai sugi wo nani de unmei yo~
~Mada sunao ni kotoba ni dekinai boku wa~
~Tensui no yowamoshisa~
(~Sejak kau teruskan untuk maju, dimana aku berhenti sejak lama~)
(~Bagaimana harusnya aku menjaga jarak diantara kita?~)
(~Aku masih belum bisa mengatakan yang sejujurnya~)
(~Aku terlahir sebagai pengecut~)
~Kono ryoute kara koboresouna hodo kimi ni watasu ai wo dare ni utsurou~
~Sonnan doko ni mo ate ga aru wakenai darou mada matsu yo~
~Mou ii kai?~
(~Dari kedua tanganku, pikiran telah tumpah, sementara kamu cinta ini kuberikan pada siapa?~)
(~Aku tidak berpikir bisa menemukan pengganti dirimu, aku akan menunggu dirimu~)
(~Apa itu tidak apa?~)
Dan berakhir dengan Akashi yang masih memainkan piano juga berakhir dengan alunan yang lembut bersamaan dengan kekuatan pendengarannya kembali seperti semula yaitu menjadi tuli. Kuroko yang selesai menyanyi mulai menatap Akashi.
"Akashi-kun, kau bisa dengar suaraku?" Tanya Kuroko. Akashi mencoba mendengar namun nyatanya dia tidak bisa mendengar.
("Ah. Sepertinya ini adalah batasku.") Kata Akashi dalam hati dan kemudian dia menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya.
"Maaf, Akashi-kun. Keajaiban yang kuberikan padamu hanya sebatas aku yang sedang menyanyi. Dan itu artinya kau tidak bisa mendengar suaraku lagi. Maafkan aku." Kata Kuroko merasa bersalah. Akashi mulai berbisik ke telinga Kuroko.
"Tidak apa, Tetsuya. Mendengarmu bernyanyi saja itu sudah lebih dari cukup untukku." Bisik Akashi.
"Benarkah? Aku berterima kasih untuk itu." Kata Kuroko tersenyum tipis.
"Bolehkah aku mengatakan sesuatu padamu?" Tanya Akashi sambil berbisik.
"Mau mengatakan apa?" Tanya Kuroko balik.
"Aku menyukaimu, Tetsuya." Bisik Akashi dan Kuroko kaget mendengarnya.
"Kau menyukaiku?" Tanya Kuroko dan Akashi menganggukkan kepalanya. Kemudian dia menarik pelan bahu Kuroko ke bibirnya kemudian dia berbisik lagi.
"Ya, dari awal aku bertemu denganmu, aku sudah menyukaimu." Bisik Akashi. "Aku akan menunggu jawaban darimu, Tetsuya." Bisik Akashi lagi. Kuroko masih belum bisa mengatakan apa-apa kemudian dia mulai menghela napas dengan kecil.
"Kalau kau ingin aku menyukaimu, maka biarkan aku yang menyukaimu." Kata Kuroko dan Akashi menatapnya dengan bertanya-tanya dan Kuroko melanjutkan kata-katanya.
"Maksudku biarkan aku belajar cara untuk mencintai Akashi-kun juga hal-hal yang disukai maupun yang dibenci oleh Akashi-kun. Dan disaat bersamaan Akashi-kun harus belajar cara mencintaiku juga hal-hal yang kusukai maupun yang kubenci." Kata Kuroko. "Jadi, biarkan perasaan kita tumbuh seiring kita bersama, oke?" Kata Kuroko dan dia mulai mencium kening Akashi.
Akashi pun tersenyum seolah paham apa yang dikatakan oleh Kuroko, dia mulai mencium hidung Kuroko. Kemudian Akashi mulai berbisik lagi ke telinga Kuroko.
"Ini akan memakan waktu. Tapi, kalau aku sudah bisa, maukah kau memberikan jawabanmu padaku?" Tanya Akashi.
"Aku tahu dan aku pasti akan memberikan jawabanku untukmu, Akashi-kun." Kata Kuroko. Hanya ruang musik yang menjadi saksi bisu dalam janji mereka.
5 bulan semenjak kejadian itu, Akashi dan Kuroko semakin dekat satu sama lain juga mengetahui apa yang suka maupun tidak suka masing-masing. Tanaka yang merupakan butler di rumah Akashi juga turut bahagia.
Kuroko sangat senang ada Akashi di sampingnya. Meskipun dia tuli tapi tetap saja itu yang membuat Kuroko senang. Begitu juga dengan Akashi yang begitu senang dengan Kuroko meskipun dia adalah manusia setengah duyung. Mereka berdua sama-sama menerima diri mereka apa adanya.
Hingga tengah malam, Kuroko memutuskan untuk menemui Akashi di kamarnya. Dan tentu saja dia memakai pakaian sama seperti manusia lainnya yang memakai celana dalam biru muda, boxer hitam, celana gombrang berwarna putih, dan memakai kaos kotak-kotak berwarna biru muda dengan garis putih dan jangan lupa dia mengikat rambutnya dengan gaya pony tail kemudian dia pergi meninggalkan kolam dan menuju ke kamar Akashi. Kuroko sudah tahu selak beluk juga arah ke kamar Akashi. Jadi, dia tidak tersesat sama sekali.
Kuroko pun membuka pintu kamar Akashi tanpa suara dan dia mulai mendatangi Akashi yang sedang tidur. Dia mulai duduk di lantai sambil melihat wajah Akashi yang sedang tidur. Dia pun mulai memandang wajah Akashi sekaligus memainkan rambut Akashi. Tanpa dia sadari, Akashi dari tadi sudah bangun gara-gara Kuroko menyentuh rambutnya.
Kuroko yang menyadarinya segera menjauhkan tangannya dari rambut Akashi. Namun Akashi menarik Kuroko hingga dia terbaring di tempat tidur Akashi dan Akashi berada di atas Kuroko sambil menatapnya dengan datar kemudian dia pun menyeringai dan mulai berbisik ke telinga Kuroko.
"Apa aku segitu gantengnya sampai kau menatap wajahku tiada henti? Apakah rambutku segitu halusnya hingga kau memainkannya kayak kucing dengan bola benangnya?" Tanya Akashi masih dengan seringainya. Kuroko yang melihatnya saja sudah jantungnya berdebar dengan kencang namun dia berusaha mengendalikannya.
"Maaf, habisnya kau terlihat manis saat tidur dan memang rambutmu itu halus." Kata Kuroko. "Tapi, warna rambutmu sangat indah. Warna merah pada rambutmu mengingatkanku terhadap benang merah yang merupakan simbol ikatan cinta dan sekalipun putus maka salah satu diantara kita akan mengikatnya kembali bahkan kalau sampai kusut maka salah satu di antara kita akan menguraikan benang kusut itu menjadi lurus lagi. Seperti itulah yang namanya benang merah." Jelas Kuroko dengan senyuman lembut.
Penjelasan Kuroko itu membuat Akashi kaget dan dia hampir tertawa mendengar penjelasan Kuroko kemudian dia pun memeluk Kuroko dengan erat sambil menghirup aroma rambut Kuroko yang mirip vanilla tersebut. Akashi kemudian berbisik lewat telinga Kuroko.
"Jadi, apa tujuanmu ke kamarku?" Bisik Akashi.
"Aku kesini untuk menjawab perasaanmu." Kata Kuroko.
"Apa jawabanmu?" Bisik Akashi.
"Jawabanku adalah aku mau menjadi kekasihmu." Kata Kuroko tersenyum. Akashi juga ikutan tersenyum mendengar jawaban Kuroko. "Apa jawabanmu untukku, Akashi-kun?" Tanya Kuroko.
"Tentu saja. Jawabanku adalah iya. Sejak awal aku memang ingin kau menjadi kekasihku." Bisik Akashi. Kemudian Akashi mencium bibir Kuroko dengan lembut. Awalnya, Kuroko terkejut namun dia mulai membalas ciuman Akashi dengan lembut dan mereka mulai melepaskan kedua bibir mereka.
"Akashi-kun barusan itu apa?" Tanya Kuroko. Akashi tidak pernah terkejut kalau Kuroko bertanya hal seperti itu. Akashi mulai berbisik ke telinga Kuroko.
"Yang barusan kita lakukan itu disebut dengan ciuman. Ciuman itu adalah bertemunya bibir dengan bibir lalu menempel satu sama lain." Jelas Akashi melalui bisikan. Kuroko mulai mengerti apa yang dikatakan Akashi dan dia mulai membuka suaranya.
"Jadi, itu namanya ciuman?" Tanya Kuroko dan disambut oleh anggukan dari Akashi. Akashi mulai berbisik ke telinga Kuroko.
"Ciuman itu harusnya dilakukan oleh pasangan kekasih yang baru jadian atau sudah lama jadian. Bahkan sampai menikah pun berciuman itu merupakan rutinitas penting. Kita sama-sama baru pertama kali berciuman dan itu disebut first kiss atau ciuman pertama." Bisik Akashi.
"Jadi, begitu ya. Berarti ini adalah pertama kalinya aku berciuman dengan seseorang." Kata Kuroko dan Akashi mengangguk. "Boleh aku baca pikiranmu? Aku tahu kau pasti lelah setelah kau berbisik padaku. Sekarang giliranku untuk membacanya. Apa kau setuju?" Kata Kuroko dan disambut anggukkan lagi dari Akashi.
"Baiklah. Kau bilang ada lagi ciuman yang sedikit bergairah. Namanya french kiss. Apa aku benar?" Tanya Kuroko dan Akashi mengatakan iya meskipun dia tahu tidak ada suara yang keluar. Kuroko pun mulai mengelus pipi Akashi dan menatapnya dengan datar sekaligus lembut. Kemudian Kuroko mulai membaca pikiran Akashi.
"French kiss itu adalah ciuman dan kali ini membelitkan lidah dan berdansa satu sama lain hingga salah satu diantara kita merasa ingin mencari oksigen." Kata Kuroko. "Hingga ciuman itu menuju ke hubungan intim yaitu kegiatan tusuk menusuk satu sama lain. Yang satu menusuk dan yang satunya ditusuk. Hmm, Akashi-kun. Aku penasaran apa yang kau katakan. Kau mau mempraktekkannya denganku?" Kata Kuroko dan Akashi kaget mendengar Kuroko mengatakan begitu. Kuroko mulai membaca pikiran Akashi.
"Aku keberatan? Tidak. Aku percaya pada Akashi-kun dan aku penasaran bagaimana rasanya berhubungan intim dengan Akashi-kun, pria yang kucintai dan baru jadian selama 10 menit yang lalu. Jadi, kau mau?" Kata Kuroko dan Akashi kemudian mencium Kuroko.
Kali ini ciumannya sangat panas. Akashi mulai mencium Kuroko dengan ganas dia memasukkan lidahnya ke dalam bibir Kuroko. Lidah mereka saling menari-nari untuk mencari siapa yang lebih dominan. Akashi yang menang langsung mendominasi bibir Kuroko sedangkan Kuroko mulai mendesah dan memeluk Akashi.
"Umhh... Aka... Shi-kunh... mngh..." Desah Kuroko. Akashi tetap melanjutkan ciuman panasnya dengan Kuroko hingga mereka berdua melepaskan bibir mereka saling mencari oksigen. Akashi kemudian menjilat bibirnya bekas ciuman panasnya dengan Kuroko. Kemudian Akashi mencium pipi kiri Kuroko dan Akashi mulai berbisik ke telinga Kuroko.
"Tetsuya, kau begitu manis. Kau mau mendesah lagi untukku?" Bisik Akashi dan itu membuat wajah Kuroko menjadi memerah karena malu. Kemudian Kuroko mulai membalas jawaban dari Akashi.
"Tapi, Akashi-kun. Ini sudah malam. Aku tidak ingin membuat polusi suara dan berakhir mengganggu orang-orang yang lagi tidur." Kata Kuroko dengan wajahnya yang masih memerah tersebut. Akashi mulai berbisik ke telinga Kuroko.
"Tetsuya. Kamarku ini kedap suara. Jadi, tidak ada satu pun yang bisa mendengar kita. Jadi, kau masih mau melanjutkannya?" Tanya Akashi. Kuroko mulai berpikir sejenak. Dan dia langsung menganggukkan kepalanya. Akashi sangat puas dengan jawaban dari Kuroko. Dia mulai menjilat dan menggigit kedua daun telinga juga leher Kuroko. Kuroko mendesah terus menerus sekaligus menikmati sentuhan dari Akashi.
"Akashi-kunh... Ngh..." Desah Kuroko. Selanjutnya Akashi mulai melepas baju Kuroko sambil mencium ganas bibir Kuroko. Kuroko membantu Akashi untuk melepas bajunya. Akashi kemudian melepaskan ciuman panas itu dan melihat Kuroko yang lagi topless. Akashi kemudian mengelus dada bidang Kuroko. Dan dia mulai menyubit kedua nipple di dada bidang Kuroko.
"Ahh... Akashi-kunh..." Desah Kuroko.
"Kau punya nipple yang sensitif rupanya." Bisik Akashi.
"Ukhh... Nngh... Siapa yang tidak nyangka... Ahh..." Desah Kuroko.
"Fufu, Tetsuya memang susah di predeksi ternyata." Bisik Akashi sambil menjilat salah satu nipple Kuroko sambil menyubit nipple Kuroko yang satunya dan Kuroko mulai mendesah lagi.
"Aka... Shi-kunh... Ahh..." Desah Kuroko.
Lalu, Akashi mulai mengelus sekaligus memijat kejantanan Kuroko di balik celana gombrang milik Kuroko dengan lembut juga cepat.
"Akashi-kun... Cepat lepas... Celanakuh..." Desah Kuroko dan Kuroko merasa celananya sedikit lebih sesak daripada sebelumnya. Akashi langsung melepaskan celana milik Kuroko beserta boxer dan celana dalam Kuroko kemudian dilemparnya entah kemana. Dia melihat kejantan Kuroko yang menegang dan mengeluarkan sperma sedikit demi sedikit. Sontak Akashi pun menjilat sekaligus menyedot kejantanan Kuroko sambil memaju mundurkan kepalanya.
"Ah... Shhh... Akashi-kunh..." Desah Kuroko sambil memegang keras rambut Akashi. Akashi mencoba menahan rasa sakit itu dan terus menghisapnya hingga Kuroko merasa dia mau klimaks.
"Akh... Akashi-kun!" Desah Kuroko dan kejantanan Kuroko mulai menembakkan sperma di dalam mulut Akashi. Akashi melepaskan kejantanan Kuroko dan menelannya tanpa ragu. Kuroko mulai mendatangi Akashi.
"Mau kulepas bajumu? Gak adil kalau aku saja yang telanjang." Kata Kuroko dengan wajah yang memerah. Akashi kaget dan langsung mengarahkan kedua tangan Kuroko ke bawah bajunya. Langsung saja Kuroko melepas semua pakaian Akashi. Dan Akashi sekarang telanjang bulat sama seperti Kuroko. Akashi menjilat lubang milik Kuroko dan memasuki satu hingga tiga jari.
"Uwaaahh... Akashi-kun!" Teriak Kuroko seakan-akan Akashi mendapatkan titik kenikmatan Kuroko. Akashi mulai memasukkan kejantanannya di dalam lubang Kuroko dengan perlahan dan mulai masuk ke dalamnya. Akashi menunggu Kuroko tenang dengan mencium area wajah Kuroko termasuk bibirnya yang dilumatnya dengan ganas. Setelah itu, Kuroko mulai menangkup kedua pipi Akashi.
"Kau boleh bergerak sekarang." Kata Kuroko tersenyum. Akashi juga membalas senyuman itu dan mulai bergerak dengan pelan namun lambat laun gerakannya makin cepat. Dan Akashi menemukan titik kenikmatan Kuroko.
"Uwaahh... Di... Di situ... Ah..." Desah Kuroko. "Tumpahkan... Di dalam... Ngh..." Desah Kuroko semakin serak dan mereka berdua mencapai klimaks.
"AAAHH!" Desah Kuroko sambil menembakkan spermanya melalui kejantanan miliknya. Sedangkan Akashi mulai menumpahkan spermanya di dalam perut Kuroko. Mereka berdua sama-sama lelah dan Akashi mencium Kuroko sebagai akhir dari kegiatan percintaan mereka. Akashi mulai melepaskan kejantanannya dari lubang Kuroko dan langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya juga tubuh Kuroko. Akashi mulai berbisik ke telinga Kuroko.
"Aku mencintaimu, Tetsuya." Bisik Akashi.
"Aku juga, Akashi-kun." Kata Kuroko.
"Panggil nama depanku." Bisik Akashi dengan nada yang sedikit manja. Kuroko mulai menghela napas dan menatap Akashi dengan lembut.
"Bagaimana kalau Sei-kun?" Tanya Kuroko dan langsung mendapatkan anggukan dari Akashi. Mereka berdua saling berpelukan untuk mendapatkan kehangatan dari pasangan mereka.
1 tahun mereka bersama dan berpacaran, banyak waktu yang dihabiskan mereka berdua. Kayak mengobrol, berciuman bahkan bermain musik. Dan tepat di hari dimana festival musim panas telah dimulai. Akashi memberikan Kuroko sebuah Yukata (2) berwarna biru muda dengan motif bunga wasurenagusa (3) dan dia pun diajari cara memakainya oleh Akashi sekaligus dia memakaikan sebuah obi (4) di pinggang Kuroko dan mengikatnya dengan kuat namun tidak sampai orangnya meringis kesakitan.
Akashi mulai menyisir setengah rambut Kuroko dari belakang juga membiarkan rambutnya yang panjang sampai sepinggang terurai dan memasang penjepit berbentuk krisan berwarna biru muda dan bulan sabit berwarna biru muda yang berukuran kecil sebagai hiasannya dan dia juga diajari cara memakai tabi (5) juga geta (6) oleh Akashi. Meskipun Kuroko harus berpegangan tangan dengan Akashi karena dia sedikit kesulitan dalam hal berjalan. Akashi memakai yukata merah dengan motif burung phoenix, obi hitam dan sepasang tabi juga geta. Melihat penampilan mereka sudah pasti ada yang mengira mereka pasangan normal. Namun nyata mereka berdua adalah pasangan homo. Salahkan kecantikan Kuroko yang tiada habisnya dan berkali-kali pula Akashi terpesona terhadapnya.
Banyak festival yang mereka coba, seperti tembak-tembakkan, stand makanan kayak ringo no ame (7), yakisoba (8), juga Takoyaki (9). Akashi sengaja melewatkan stand menyendok ikan karena Kuroko tidak mau menyakiti hewan air. Maklumlah, nalurinya sebagai duyung masih ada di dalam hatinya. Akashi memberikan Kuroko sebuah topeng berbentuk wajah kitsune (10) dan tentunya Kuroko senang dengan hadiah Akashi bahkan sampai mereka berdua menonton kembang api yang berterbangan dan menyebar di atas langit. Kuroko merasa senang dan memberikan ciuman di pipi Akashi sebagai tanda terima kasih. Akashi kaget namun dia memberikan kecupan di bibir Kuroko dengan lembut.
Hingga tanpa disadari mereka berdua pun terpisah karena keramaian. Kuroko mencari keberadaan Akashi. Tapi sayangnya dia tak bisa ditemukan hingga dia melihat stand yang menjual aneka suvenir. Kuroko penasaran dan melihat stand tersebut. Dia juga melihat tulisan di papan yang sejak tadi berada di sampingnya. Kuroko mulai membacanya dalam hati.
("Beli 2 buah suvenir, gratis 1 harapan yang mustahil terkabul menjadi terkabul. Kalau memang benar, aku akan beli 2 suvenir.") Kata Kuroko dalam hati. Dan dia disambut oleh pria ramah atau kelewat ramah berambut blonde sambil tersenyum.
"Kamu membeli apa, tuan-ssu?" Kata pria berambut blonde itu.
"Umm, aku ingin melihat dulu. Barangkali ada barang yang bagus." Kata Kuroko datar.
"Silahkan dilihat-lihat-ssu. Kalau ketemu yang bagus segera beritahu aku-ssu." Kata pria blonde itu. Kuroko sulit memutuskan mana yang cocok untuk hadiah buat Akashi.
Akashi sudah memberikan banyak untuknya dan kali ini Kuroko akan memberikan hadiah itu meskipun hanya 2 saja sekaligus bisa mengabulkan harapan satu-satunya. Yaitu, membuat Akashi dapat mendengar sekaligus bisa bicara seperti orang normal lainnya.
Pilihan Kuroko jatuh pada lonceng angin yang bentuknya tiga perempat bulat berwarna biru muda juga dengan kertas berwarna putih dengan motif bunga bluebell juga gantungan berbentuk anak ayam berwarna biru muda. Kuroko sudah memutuskan untuk membeli 2 suvenir itu.
"Aku membeli ini." Kata Kuroko sambil menunjukkan lonceng angin dan gantungan berbentuk anak ayam berwarna biru muda ke pemuda blonde yang menjual suvenir tersebut dan pemuda blonde itu tiba-tiba membunyikan bel kayak memenangkan hadiah utama.
"Selamat-ssu. Kau adalah pembeli terakhir yang membeli 2 suvenir ini-ssu. Kalau mau tahu, namaku adalah Kise Ryouta-ssu. Apa ada harapan yang ingin kau kabulkan-ssu?" Kata pemuda berambut blonde memperkenalkan dirinya sekaligus menanyakan apa harapan Kuroko. Kuroko mendengar ini bisa mendapatkan kesempatan untuk mengabulkan keinginannya.
"Kise-kun, aku ingin kekasihku yang tuli menjadi tidak tuli dan dia bisa mendengar juga berbicara seperti orang normal." Kata Kuroko.
"Oh, itu bisa dikabulkan-ssu. Tapi, bayarannya tinggi-ssu. Kau mau membayarnya dengan apa-ssu?" Kata Kise. Kuroko baru tahu kalau setiap harapan yang ingin dia wujudkan pasti ada bayarannya untuk itu. Kuroko punya sebuah ide untuk membayar harapan itu.
"Kise-kun, bisa aku pinjam guntingmu?" Tanya Kuroko.
"Tentu saja-ssu." Kata Kise mengambil gunting di laci kemudian memberikannya ke Kuroko. Kuroko mengambilnya dan memotong rambutnya dengan sangat pendek dan dia mengikatnya dengan pita berwarna hitam juga dia mengambil sekantong kecil penuh mutiara di dalam kantong kecil berwarna hitam dan memberikannya ke Kise.
"Apa 2 benda ini cukup untuk harapanku?" Tanya Kuroko. Kise segera menganalisis rambut itu dan dia menerima rambut itu karena dia tahu bahwa Kuroko adalah manusia setengah duyung juga dia memeriksa mutiara yang diberikan Kuroko dan semuanya adalah asli. Kise kemudian menatap Kuroko lagi.
"Benda ini lebih dari cukup untuk mengabulkan harapanmu-ssu." Kata Kise dan dia mengambil minuman kaleng rasa stroberi dan yang pasti tidak bersoda lalu dia memberikannya ke Kuroko. "Minuman ini akan membuat sang tuli itu bisa mendengar dan bicara seperti orang normal-ssu. Semakin cepat kau berikan, maka itu semakin besar harapannya buat bisa mendengar lagi-ssu." Jelas Kise.
"Apa efeknya akan bertahan selamanya?" Tanya Kuroko.
"Tentu saja-ssu. Ngomong-ngomong, akan kubungkus 2 hadiah ini pakai kotak-ssu. Anggaplah ini bonus dariku-ssu." Kata Kise kemudian dia memberikan plastik yang isinya kotak itu ke Kuroko.
"Ah, terima kasih, Kise-kun." Kata Kuroko menerima plastik itu sambil membungkukkan badannya dan dia memasukkan minuman kaleng itu ke dalam plastik. Kemudian dia mulai berlari kecil mencari Akashi.
Sedangkan Kise yang melihat Kuroko sekaligus pelanggan terakhirnya jauh darinya, membuat perasaan di dalam dirinya jauh lebih lega dan dia mulai menatap langit malam yang banyak bintang itu.
"Hukumanku sudah selesai-ssu. Yang sabar, Daikicchi-ssu. Aku akan segera menemuimu-ssu." Kata Kise sambil tersenyum dan dia pun bersiap-siap untuk menutup standnya buat bertemu Aomine di Gunung Fuji.
Di lain tempat, Akashi masih mencari keberadaan Kuroko. Namun sayangnya dia masih belum bisa bertemu dengan Kuroko. Sampai dia melihat stand yang menjual suvenir dan buku cerita zaman dahulu. Sama seperti Kuroko, Akashi melihat papan yang dari tadi ada disampingnya kemudian dia membacanya dalam hati.
("Beli 2 buah suvenir, gratis 1 harapan yang mustahil terkabul menjadi , aku mungkin tidak terlalu percaya. Tapi, ini bisa dicoba kalau aku membeli 2 barang itu.") Kata Akashi dalam hati dan dia disambut oleh pria dim dengan rambut berwarna navy blue.
"Oh, halo. Kau mau beli apa?" Tanya pria berambut navy blue dengan ramah. Akashi yang tahu ucapan itu langsung mengeluarkan ponselnya sekaligus mengetik kemudian di arahkan ke pria berambut navy blue itu.
"Aku kesini untuk mencari apa yang tertarik di mataku. Dan bukannya bermaksud kurang ajar, tapi aku beneran tidak bisa bicara karena aku tuli." Kata Akashi lewat SMS di ponselnya. Pria itu mulai termangut-mangut dan dia baru mengerti apa yang terjadi pada Akashi.
"Oke. Silahkan dilihat." Kata pria berambut navy blue dengan singkat. Langsung Akashi mencari apa yang dia cari selama ini. Dan dia melihat buku Taketori Monogatari (11) dan gantungan yang bentuknya anak ayam berwarna merah. Akashi merasa Tetsuya akan menyukai hadiah darinya. Kemudian dia mendatangi pria berambut navy blue dan mengarahkannya ke pria itu.
"Oh, jadi kau membeli ini?" Tanya pria berambut navy blue itu. Akashi langsung menganggukkan kepalanya. Pria berambut navy blue kemudian menyengir ke Akashi.
"Osh, selamat. Kau adalah pembeli terakhir yang membeli 2 suvenir ini." Kata pria berambut navy blue. "Namaku adalah Aomine Daiki dan aku mengabulkan 1 harapan darimu. Apa harapanmu?" Kata pria berambut navy blue yang bernama Aomine itu memperkenalkan dirinya sekaligus menanyakan apa harapan Akashi. Akashi langsung saja mengetik melalui ponsel pintarnya dengan kecepatan penuh dan kemudian dia mengarahkan ponsel itu ke wajah Aomine.
"Aku ingin kekasihku menjadi manusia seutuhnya. Agar aku bisa berada disampingnya tanpa hambatan sekalipun." Kata Akashi lewat SMS di ponselnya dan Aomine langsung menatap Akashi.
"Oke. Bisa kukabulkan. Tapi, bayarannya tinggi. Kamu mau membayarnya dengan apa?" Tanya Aomine. Akashi mulai berpikir sejenak dan dia mendapatkan ide. Dia mulai mengambil cincin berwarna ruby dari jari tengahnya di bagian kanannya juga jam Breguet berwarna perak miliknya kemudian dia menyerahkannya ke Aomine.
"Kau memang orang kaya. Baiklah, akan kukabulkan keinginanmu. Tunggu disini." Kata Aomine dan dia memberikan sebungkus jelly yokan (12) ke Akashi. "Berikan ini kepada siluman atau mamalia yang memiliki setengah darah." Kata Aomine sambil memasukan buku Taketori Monogatari dan gantungan yang berbentuk anak ayam berwarna merah ke kantong plastik.
Akashi langsung menunduk hormat ke Aomine dan pergi meninggalkan stand itu untuk mencari Kuroko. Aomine saat ini sedang senyum sumringah sambil menatap langit malam yang penuh bintang.
"Oi, Ryouta. Hukumanmu gimana? Aku sudah selesai dengan hukumanku. Tunggulah aku di Gunung Fuji." Kata Aomine sambil membereskan standnya.
Akashi dan Kuroko masih mencari satu sama lain. Akhirnya mereka bertemu di pintu keluar tempat awal mereka masuk ke festival musim panas itu. Akashi memeluk Kuroko seakan dia tidak ingin kehilangan Kuroko lagi. Kuroko juga memiliki perasaan yang sama ke Akashi. Dan mereka pun pulang bersama.
Sesampainya di rumah, mereka berdua menuju ke teras yang ada kolam renangnya hanya sekedar santai. Kuroko kemudian memberikan minuman kaleng rasa stroberi ke Akashi. Akashi mulai menatap Kuroko dengan heran. Kuroko mulai menjelaskan semuanya ke Akashi.
"Minumlah ini. Ini akan membantumu untuk mengembalikan pendengaranmu dan kau bisa bicara seperti orang normal lainnya." Kata Kuroko. Akashi kemudian menenggak habis minuman itu dan dia mulai mengelap bibir bekas minuman itu dengan ibu jarinya kemudian menjilatnya. Kuroko merasa melihat Akashi bertingkah seperti itu membuatnya terlihat sexy. Setelah itu, Akashi mulai bertemu pandang dengan Kuroko.
"Jangan takut. Bicara denganku atau tidak sebutkan nama lengkapku." Kata Kuroko datar namun menyemangati Akashi. Akashi mulai menghela napas dan dia berharap ada suara yang keluar.
"Ku... roko... Tet... Tsuya..." Kata Akashi terbata-bata dan dia tetap berusaha keras hingga akhirnya dia mengucapkan "Kuroko Tetsuya" dengan lancar. Kuroko sangat terharu melihat Akashi sudah bisa bicara dan pendengarannya kembali normal. Kemudian Akashi menyodorkan Jelly Yokan ke Kuroko.
"Jelly Yokan? Buatku?" Tanya Kuroko.
"Ya. Jelly ini akan membuatmu menjadi manusia seutuhnya. Cobalah." Kata Akashi yang kini makin lancar bicaranya. Kuroko hanya menurut dan memakannya hingga habis. Kuroko melepaskan tabi dan geta kemudian mencelupkan kakinya ke kolam renang. Kakinya yang awalnya berubah menjadi duyung setelah dicelup ke air kini tetap menjadi kaki manusia. Kuroko memeluk Akashi dengan senang.
"Aku jadi manusia. Terima kasih, Sei-kun." Kata Kuroko masih mengeratkan pelukannya. Akashi membalas pelukan itu dengan memeluk pinggang dan mengelus rambut Kuroko dengan lembut.
"Aku tidak tuli dan itu berkatmu, Tetsuya." Kata Akashi mencium ubun-ubun Kuroko dengan lembut.
"Hehe, mungkin kita sama-sama beruntung. Karena harapan kita sama-sama di kabulkan." Kata Kuroko tersenyum lembut.
"Ya. Oh, aku punya hadiah untukmu." Kata Akashi. Dia memberi Kuroko hadiah yaitu buku Taketori Monogatari dan gantungan yang berbentuk anak ayam berwarna merah itu ke Kuroko.
"Terima kasih, Sei-kun. Kau tahu ini adalah buku yang selama ini ingin kubaca. Juga gantungannya lucu. Mengingatkanku padamu." Kata Kuroko menyenderkan kepalanya ke dada bidang Akashi. "Mau membaca denganku nanti?" Tanya Kuroko.
"Tentu. Dengan senang hati." Kata Akashi.
"Yey. Aku punya hadiah untukmu." Kata Kuroko menyerahkan kotak ke Akashi dan Akashi membuka kotak itu yang ternyata isinya adalah lonceng angin yang bentuknya tiga perempat bulat berwarna biru muda juga dengan kertas berwarna putih dengan motif bunga bluebell juga gantungan berbentuk anak ayam berwarna biru muda. Akashi kemudian mengecup bibir Kuroko dan itu membuat wajah Kuroko menjadi merah padam.
"Makasih hadiahnya. Aku menyukai Tetsuya." Kata Akashi.
"Aku senang kau menyukainya, Sei-kun." Kata Kuroko.
"Mau ke kamarku sekarang?" Tanya Akashi.
"Mau." Kata Kuroko. Kemudian dia mengambil geta dan tabi miliknya berjalan berdampingan dengan Akashi sambil berpegangan tangan.
Sesampainya di kamar, Akashi bercerita bagaimana caranya dia mengabulkan harapan itu. Begitu juga dengan Kuroko. Akashi menatap rambut Kuroko yang sudah dipotong pendek itu masih dengan senyuman yang lembut.
"Baik Tetsuya memanjangkan rambut maupun tidak, Tetsuya adalah orang yang tercantik yang pernah kutemui." Kata Akashi tersenyum.
"Ehem. Aku dulunya adalah manusia setengah duyung, Sei-kun. Masa kamu lupa." Kata Kuroko dengan nada jail.
"Oh ya, aku hampir melupakannya." Kata Akashi dengan nada yang tidak kalah jailnya.
"Kejam." Kata Kuroko pura-pura ngambek.
"Maafkan aku, Tetsuya." Kata Akashi dengan lembut. "Mau menari denganku di ranjang?" Kata Akashi mesum.
"Nanti. Setelah baca buku ini." Kata Kuroko menunjukkan Taketori Monogatari ke Akashi sambil menutupi wajahnya yang memerah.
"Oke. Setelah ini kita menari di ranjang, ya." Kata Akashi dengan nada jail. Sesuai janji Kuroko, Akashi mulai menari dengan Kuroko di atas ranjang selama 5 ronde. Akashi yang dulunya tuli hingga dia tidak tuli, Kuroko yang dulunya adalah manusia setengah duyung hingga dia menjadi manusia, tetap bersama dan membagi kasih sayang mereka hingga kematian memisahkan mereka.
THE END (おわり)
1. Todai : Tokyo Daigaku aka Universitas Tokyo
2. Yukata : Kimono Musim Panas
3. Wasurenagusa : Bunga forget-me-not
4. Obi : Sabuk dari Kain. Biasanya untuk menyangga kimono atau yukata
5. Tabi : Kaos kaki yang ukurannya pendek
6. Geta : Alas kaki dari kayu dan memiliki 2 hak dari jepang
7. Ringo no ame : Permen yang terbuat dari apel yang dilumuri karamel dan disajikan dengan tusukan dibawahnya.
8. Yakisoba : Mi goreng Jepang dengan bahan mi, kol, sayur-sayuran dan daging, ditambah bumbu saus uster atau saus yakisoba.
9. Takoyaki : Makanan asal daerah Kansai di Jepang, berbentuk bola-bola kecil dengan diameter 3-5 cm yang dibuat dari adonan tepung terigu diisi potongan gurita di dalamnya.
10. Kitsune : Hewan mitologi jepang yang memiliki ekor berjumlah 9.
11. Taketori Monogatari : Cerita rakyat Jepang yang tertua yang mengisahkan seorang anak perempuan yang ditemukan kakek pengambil bambudari dalam batang bambu yang bercahaya.
12. Jelly Yokan : Agar-agar yang berukuran tebal dibuat dengan bahan utama yaitu pasta kacang merah, agar-agar, dan gula.
Yahoo, Shinju Hatsune disini. Panjang juga ane buat ini cerita. Yang penting satu telah tuntas. Untuk nasib AoKise anggap saja mereka telah bertemu kembali di Gunung Fuji dan kembali ke tempat asal mereka. Karena suatu hal mereka kutukan dan mereka menjadi berpisah tanpa memberi kabar dan maaf kalo ada yang salah dalam terjemahan Ama no jaku. Soalnya terjemahan versi inggrisnya terlalu panjang jadi ane terjemahinnya sedikit pendek biar mudah dinyanyiin #malahcurhat. Btw, happy FID_8. Semoga berjaya :3. Oke, sudah sampai disini bacotan ane. Anyway don't you mind to review? See ya in my next chapter fanfic. Bye-bye :).
Sign Of Love
Shinju Hatsune
