"Jika mencintaimu adalah hal yang dilarang, maka beri tau aku bagaimana caranya untuk bisa menghapus rasa ini."

I'm Sorry, Mr. Genius

By Luluv170

.

.

BTS © BigHit Ent

Warn

BL, Abusive, Cliche

Seokjin berjalan di lorong sekolahnya, sebenarnya Ia agak malas menginjakan kaki ke sekolah ini.

"Hey, lihat itu, si jenius sudah datang," bisik seseorang yang tentu saja ditujukan padanya.

Kalau saja bukan karena sekolah ini menyediakan beasiswa untuknya, ia akan dengan senang hati melangkah keluar dari sekolah terkutuk ini. Seokjin tidak akan merasa keberatan untuk bersekolah di sekolah murah yang berada di dekat rumahnya yang kumuh. Bahkan Ia akan merasa senang jika bisa menghindari orang-orang ini, karena...

"Seokjin, aku titip tugasku dong! Nanti malam aku sibuk soalnya," paling sibuk pacaran.

"Seokjin-ah, tugasku yang kemarin sudah belum? Aku sudah dikejar-kejar Jungsoo-saem nih," salah sendiri tidak dikerjakan dari kemarin.

"Seokjin, kau kan temanku, boleh titip satu lagi yaa tugasnya, ya ya ya?" dibilang tidak pun kau akan memaksa.

"Seokjin, tugasku sudah kutaruh di mejamu ya," terserah lah

Dan begitulah keseharian Seokjin sebagai pemegang beasiswa di sekolah ini. Sekolah ini memang sekolah elit, namun kelakuan anak-anak di dalamnya lah yang tidak elit. Mereka semua gemar sekali menambah beban hidup Seokjin yang sudah terlampau berat dengan tugas-tugas sekolah mereka. Saat mengetahui bahwa Seokjin mendapat nilai sempurna di tes masuk sekolah ini, mereka semua mulai menempeli Seokjin dan memanfaatkannya bagaikan lintah. Tentu saja Seokjin tidak bisa serta merta menolak permintaan yang lebih tepat disebut perintah dari anak-anak kaya itu. Prestasi akademiknya memang luar biasa, tetapi kalau mereka sudah mengadu pada orang tua mereka yang notabene sangat berkuasa dan menyebabkan masalah untuk Seokjin, dia bisa apa? Dia tidak lebih dari butiran debu yang terselip di antara tumpukan emas yang berkilau.

Setelah mengiyakan perintah anak-anak itu dan menerima banyak sekali buku tugas di kedua tangannya, Ia pun berjalan pasrah menuju kelasnya. Ia meletakan tumpukan buku itu di sebuah tas jinjing yang telah ia sediakan dari rumah.

"Hai Jinnie," sapaan akrab itu diucapkan oleh Lee Jaehwan, teman sekelasnya yang sudah lama menyukainya. Berkali-kali Jaehwan menyatakan rasa sukanya pada Seokjin, tetapi selalu ditolak. Tetapi bagaikan angin lalu, semua tolakan itu diabaikan Jaehwan dan dia tetap setia mendekati Seokjin entah kenapa. Mungkin hal itu disebabkan oleh parasnya yang cantik dan manis, tetapi sebagai pria Ia tetaplah tampan.

Seokjin mengangguk singkat sembil memijit tangannya yang pegal karena membawa buku tugas yang berat. Jaehwan menggeleng dramatis saat melihat tumpukan buku yang berjejer rapi di dalam tas jinjing Seokjin.

"Ckckckck, kau ini tidak lelah apa? Kalau kau mau aku bisa melindungimu dari lintah-lintah itu, makanya jadi pacarku ya!" ucap Jaehwan dengan senyuman lebar.

"Tidak Jaehwan, aku tidak apa-apa, ini juga membantu proses belajarku," ucap Seokjin dengan senyum miris seraya menatap susunan buku yang tebalnya mencapai 15cm, lalu menghela napas pelan. Jaehwan cemberut, Ia bukan tipe anak kaya yang suka memperbudak murid yang miskin. Ia merasa kasihan pada Seokjin yang tiap hari mendapat tugas-tugas tambahan dari anak-anak yang lain. Jaehwan kerap kali membantu Seokjin dengan melarang anak-anak itu memanfaatkan Seokjin lebih jauh, tetapi Seokjin yang takut membuat masalah untuk Jaehwan pun membiarkan anak-anak itu bertindak sesuka mereka. Ia tidak mau teman satu-satunya menderita sepertinya.

Saat jam istirahat tiba, Seokjin melahap bekalnya yang ia bawa dari rumah. Di saat murid-murid lain sedang asik bercengkrama dan menghabiskan waktu istirahat mereka di kantin sekolah yang lebih pantas disebut resto bintang lima dengan hidangan mewah dan berkelas, Seokjin sudah sangat puas dengan bekal rumahannya. Ia yang cuma bermodalan beasiswa tidak akan pernah bisa mencicipi semua kemewahan itu, Bahkan uang saku yang diberikan ibunya untuk dua minggu pun hanya cukup untuk membeli satu porsi main course di kantin sekolahnya, itu pun yang paling murah. Jadi dia harus bangun pagi-pagi untuk menyiapkan bekalnya sendiri, karena Ia tidak mau mengganggu ibunya. Ibunya hanya penjahit baju yang tidak memiliki penghasilan tetap, sedangkan ayahnya bekerja ke luar kota sebagai kontraktor di sebuah proyek pembangunan. Sebuah keberuntungan ia bisa mendapat beasiswa di sekolah mahal ini. Jadi sebisa mungkin Ia menekan seluruh emosinya dan bertahan di antara situasi ini, demi orang tuanya.

"Hai Jinnie, aku membelikanmu kue," seru Jaehwan yang baru kembali dari kantin sambil meletakan empat slice brownies yang terlihat sangat menggoda. Seokjin menatapnya dengan tatapan berbinar. Tanpa pikir panjang, Seokjin menyambar piring kertas berisikan kue coklat itu dari tangan Jaehwan. Sedangkan Jaehwan mendudukan dirinya di hadapan Seokjin sambil menatap wajah antusias Seokjin.

"Wah! Terima kasih banyak Jaehwan!" ia mengambil satu slice lalu memasukannya ke mulutnya. Ia tersenyum riang sambil mengunyah kue coklat itu. Jaehwan ikut tersenyum saat melihat Seokjin yang terlihat sangat senang. Tetapi senyum Seokjin memudar dikala ia teringat harga brownies itu yang baginya mahal. Ia menelan kue itu dengan berat lalu mendorong piring kertas yang menyisakan tiga slice brownies itu ke arah Jaehwan.

"Maaf Jaehwan aku tidak bisa menerimanya... besok aku akan mengganti satu slice yang telah aku makan..." ucap Seokjin lirih. Ia merasa tidak pantas untuk mendapat barang mahal itu, walaupun itu hanya sebuah kue. Jaehwan menatap Seokjin sedih.

"Tidak apa-apa, aku bisa membeli berapapun yang kamu mau, tidak usah menggantinya," ucap Jaehwan. Seokjin menggeleng lemah dengan wajah memelas seperti anak anjing yang minta diadopsi.

"Tidak, aku tidak bisa menerimanya, maaf ya..." ucap Seokjin yang sebenarnya tidak rela sambil sesekali melirik potongan brownies yang kini berada di depan Jaehwan. Jaehwan yang menyadari lirikan Seokjin pun tersenyum jahil.

"Baiklah, aku akan memaksamu kalau begitu! Mau kamu yang memakannya sendiri, atau aku yang akan menyuapimu dengan mulutku?" ucapnya dengan seringaian, tidak lupa ia juga menaik turunkan alisnya. Wajah Seokjin pun memanas, Ia memukul pelan lengan Jaehwan lalu mengambil kembali piring kertas brownies itu lalu menyuap satu potong ke dalam mulutnya.

"Sudah, puas kau sekarang?" ucapnya kesal dengan mulut yang masih berisi brownies. Melihat hal menggemaskan itu, Jaehwan pun tak tinggal diam lalu mencubit gemas pipi gembil Seokjin yang makin menggemuk karena diisi kue coklat.

"Aw! Ya! Kau bodoh Jaehwan!" ucap Seokjin sambil mengusap pipinya yang memerah lalu memukuli Jaehwan dengan beringas. Jaehwan pun tertawa lepas sambil pura-pura kesakitan menerima pukulan bertubi-tubi dari Seokjin.

"Ahahaha, sakit tau! Hentikan, Adududuh! Ahahaha"

Di balik keceriaan mereka, mereka tidak menyadari seseorang tengah menonton interaksi Seokjin dan Jaehwan yang terlihat begitu akrab. Orang itu menggertakan giginya dan mengepalkan tangannya lalu pergi meninggalkan tempat itu.

.

.

.

.

.

Saat pulang sekolah, Seokjin berjalan di koridor sekolah yang mulai sepi. Jaehwan telah pergi mendahuluinya karena ibunya menelpon dan memintanya untuk segera pulang. Hari sudah sore dan Seokjin harus segera pulang ke rumah, Ia pun mempercepat langkahnya. Saat berjalan, Seokjin berpapasan dengan seorang lelaki yang memiliki surai platinum. Seokjin berjalan menunduk dan tanpa sengaja menabrak tubuh orang itu. Orang itu yang diketahui bernama Kim Namjoon yang merupakan anak dari pemilik yayasan sekolah ini dan siswa populer yang sangat diidolakan itu pun menatap Seokjin tajam. Tubuh Seokjin bergetar lirih, ia merasa takut lalu ia segera meminta maaf kepada Namjoon. Ia membungkukan badannya dengan kepala tertunduk. Ia hanya bisa berharap kemurahan hati Namjoon dan semoga perbuatannya tidak menyebabkan masalah besar.

"M-maafkan aku Namjoon-ssi aku tidak bermaksud—"

"Kau tidak punya mata, huh?" sahut suara itu dingin dan menusuk.

"M-maaf... aku tadi.."

BRAK

Namjoon menarik lengan Seokjin lalu mendorong tubuhnya ke dinding yang berada di dekat mereka. Namjoon menatap mata Seokjin tajam lalu menghimpit tubuh Seokjin yang lebih kecil darinya lebih merapat ke dinding. Ia mencengkram kedua pergelangan tangan Seokjin di kedua sisi kepalanya dengan sangat keras hingga menyebabkan Seokjin mengerang lirih.

"Suasana hatiku sedang tidak baik hari ini dan kau berani-beraninya mengusikku?" geramnya. Seokjin yang ketakutan tidak berani menatap mata Namjoon, Ia menundukan kepalanya seakan tatapan Namjoon benar-benar bisa membunuhnya.

"M-maaf Namjoon-ssi... aku tidak sengaja..." ucap Seokjin lirih. Namjoon menggeram marah lalu menyentakan tubuh Seokjin ke lantai sangat keras.

"Berlutut dan memohonlah," ucap Namjoon dingin. Tanpa sadar air mata Seokjin mengalir begitu saja. Tanpa basa basi Ia melakukan perintah Namjoon.

"A-aku mohon.. maafkan aku, N-Namjoon-ssi... hiks," isaknya lirih. Seokjin merutuki dirinya yang sangat lemah saat ini. Namjoon berdecak lalu berlutut di dekat Seokjin. Ia mencengkram kuat wajah Seokjin yang telah basah dengan keringat dan air mata.

"Jangan berani macam-macam denganku dan ingatlah posisimu, kau hanya beruntung bisa memasuki sekolah ini, tetapi perbuatanmu akan selalu aku ingat, camkan itu..." desisnya tajam di depan wajah Seokjin, "Mr. Genius..." lanjutnya di depan telinga Seokjin dengan nada rendah yang mematikan. Seokjin menelan ludahnya gugup.

Ia menghempaskan wajah Seokjin begitu saja lalu menendang tas jinjing Seokjin yang terjatuh di dekatnya hingga isinya berserakan. Seokjin masih terisak lirih menatap punggung orang itu semakin menjauhi dirinya yang masih terduduk lemah diatas lantai yang dingin.

Jauh di dalam hatinya, Ia menyesali kepergian seseorang yang selama ini ia kagumi diam-diam, yang selalu hinggap di pikirannya tiap malam, yang mampu membuatnya gila hanya dengan menatapnya sekilas, yang selalu mengisi ruang hatinya yang tidak bisa dimasuki orang lain. Orang itu, Kim Namjoon...

"N-Namjoon-ssi... s-saranghaeyo... hiks"

TBC

Note: halo halo, baru comeback nih sekarang. Semoga ff yang kali ini bisa lebih menghibur kalian ya gengs. Tolong beri respon kalian mengenai fic ini yaa! Love you all!