Precious Love
Oh Sehun & Kim Jongin
With
Little Haowen & Taeoh
Fluff, romance, family.
Warn: its YAOI fanfic, m-preg, marriage life, typo(s) everywhere, tidak sesuai EYD, OOC!
HUNKAI Area!
Jongin itu lelaki manis dengan sejuta pesona yang dimilikinya. Ia baik, tentu saja, memiliki sikap lembut, lebih memperhatikan keadaan orang lain daripada dirinya sendiri, penyabar, dan yang terpenting ia sangat keibuan. Setelah Jongin bercerai dengan suaminya, hidupnya tidaklah mudah. Ia harus berjuang seorang diri untuk merawat dan membesarkan sang buah hati dengan keadaan yang serba pas-pasan. Tetapi takdir begitu baik kepada Jongin hingga sekarang ia bisa hidup dengan cukup dan memiliki anak yang sangat menggemaskan.
"Mommy!"
Jongin menoleh, itu anaknya. Buah hatinya, hidupnya. Jongin sangat sangat menyayangi bocah balita yang berusia 3tahun itu. ia merentangkan tanganya menyambut kedatangan sang anak dan memeluknya lalu mencium pipi gembilnya.
"anak mom sudah bangun hmm?" dan dibalas cengiran khas anak-anak yang ditunjukkan untuknya. Jongin yang gemas dengan kelakuan sang anak mulai menciumi seluruh wajah sang anak dibalas dengan kikikkan dari pemiliknya.
"ihihihi geli mom~~"
Jongin tersenyum lebar. "ayo kita mandi setelah itu sarapan lalu kita pergi ke rumah nenek, oke?"
Menjadi single parent itu tidaklah mudah. Setelah bercerai dengan sang suami, Jongin hidup menumpang dirumah ibunya. Padahal ibunya hanya menandalkan penghasilannya dari toko bunga kecil-kecilan yang ia miliki, ayah Jongin sudah lama meninggal. Karena itu Jongin berinisiatif mencari kerja dan beruntunglah saat itu ia dapat pekerjaan disalah satu tempat makan dipinggir jalan sebagai tukang cuci piring. Tapi itu tidak masalah selagi ia bisa mencari duit dengan halal.
Dan setelah tabungannya terkumpul, ia memutuskan untuk menyewa rumah kontrakkan sederhana agar tidak merepotkan sang ibu. Setelah pindah ke rumah kontrakanya ia juga mendapat tawaran menjadi guru TK yang letaknya disekitar kompleks disitu. Kebetulan teman Jongin yang merekomendasikan atasannya agar menerima Jongin disana. Jadi tanpa pengalaman menjadi guru dan dengan berbekal sifat hangatnya terhadap anak-anak, Jongin cepat beradaptasi dan menjadi guru favorite anak-anak di TK ini.
"Jongin, kau sudah datang?"
"iya bu, aku titip Taeoh lagi ya?"
Sang ibu hanya mengangguk dan mengambil alih Taeoh dari gendongan Jongin.
"turunkan saja ibu, nanti dia menjadi manja dan minta digendong terus."
Ibunya terkekeh, "tak apa, Taeoh kan masih kecil Jongin. Berilah kasih sayang selagi bisa."
"hhh baiklah baiklah," Jongin memandang Taeoh dan mengelus pipinya, "ingat! Jangan nakal pada nenek atau mommy akan menghukummu."
"ayay mommy!"
"mommy berangkat," Jongin mencium kening Taeoh dan ibunya lalu bergegas pergi ketempatnya mengajar.
.
.
.
Precious Love
"akhhh daddyy~~"
"tidak Oh Haowen, kau harus sekolah!"
"tapi aku tidak suka sekolah baru. Ayolah daddy~"
"berhenti merengek, dan kita berangkat. Astaga kenapa tenagamu kuat sekali hah!?"
Sehun sedaritadi mencoba menarik tangan anaknya yang saat ini sedang menggelendot di kaki meja makan. Katanya sih Haowen tidak mau sekolah karena ia baru saja pindah sekolah sekaligus pindah rumah. Haowen bilang nanti dia tidak akan punya teman. Maka dari itu ia dengan keras kepala menolak bersekolah dan dibalas dengan keras kepala juga oleh sang ayah.
"daddy~~"
"kita berangkat sekolah atau daddy akan menguncimu dirumah ini sendirian?"
Haowen –bocah berumur 5tahun itu memandang sekeliling rumah barunya dengan pandangan horror. Bagaimana tidak? Barang-barang dirumah ini masih ditutupi dengan kain berwarna putih, dan lagi disini terlalu gelap, masa daddynya tega mengurungnya disini? Dengan wajah tertekuk akhirnya ia berdir. Sehun yang melihat itu langsung menyeringai.
"anak pintar." Ia menepuk nepuk pelan kepala sang anak dibalas dengusan oleh pemiliknya. Lalu mereka segera berangkat keseolah baru Haowen yang jaraknya tidak jauh dari rumah mereka.
..
Pelajaran hari ini adalah kelas menggambar. Menggambar dengan cat air yang membuat Jongin lumayan kualahan karena para muridnya yang malah bermain dengan saling memeperkan cat air kewajah teman-teman mereka. Jongin hanya menghela napasnya melihat satu-satu wajah muridnya. Tidak ada yang bersih, semuanya belepotan karena cat air itu, tapi bukannya menangis mereka malah tertawa senang karena menurut mereka wajah teman-temannya sangatlah lucu. Jongin yang memang dasarnya tidak bisa marah hanya tersenyum, setelah ini ia harus membersihkan sendiri tubuh anak muridnya sebelum mereka dijemput oleh orangtuanya.
TOK TOK
Jongin mengalihkan pandangannya kearah pintu, ia segera membukanya dan dilihatnya Tiffany, salah satu guru di TK ini berdiri dengan senyuman yang merekah diwajahnya.
"Jongin, lihat! Dia sangat tampan dan menggemaskan bukan?" Tiffany menunjuk anak kecil disampingnya yang menatap Jongin dengan pandangan datar. Ia segera berjongkok menyamakan tingginya dengan anak tersebut.
"halo, siapa namamu hmm?"
Saat Jongin hendak mengusak kepala anak itu, tiba-tiba anak itu beringsut mundur. Sepertinya dia ketakutan dengan orang asing. Begitulah pikir Jongin. Jadi ia berdiri dan menatap Tiffany.
"apa dia anak baru?"
Wanita itu mengangguk dengan semangat. "kau tau Jongin, ayahnya sangaaattt tampan. Astaga aku merasakan wajahku memanas ketika ia mengantarkan anak ini. Dan ia berkata jika Haowen adalah anak pemalu jadi ia meminta untuk mengerti dengan sikapnya. Dan kau tau? Suaranya sangat sexy! Yatuhan aku merasa ada malaikat yang sedang berbaik hati padaku hari ini." Cerocos Tiffany tanpa memperdulikan jika anak dari orang yang ia bicarakan mendengar dan mengerti kata-katanya. Jongin hanya mendengus melihat kebiasaan centil temannya.
"ingatlah suami dan anakmu, ahjumma."
"aku selalu ingat mereka. Aku kan hanya mengagumi—yak aku bukan ahjumma!"
"yaya terserah kau." Jongin mengibaskan tanganya malas, "lalu dia akan masuk kekelas B?"
Tiffany mengangguk. "jaga dia okay? Dan jika kau bertemu dengan ayahnya aku pasti kau terpesona denganya." Setelah memberikan kedipan kepada Jongin, wanita itu segera melenggang pergi dibalas gelengan oleh Jongin.
"nah jadi namamu siapa? Kau belum menjawab pertayaanku tadi, anak manis."
"aku tampan!"
"baiklah kau tampan. Jadi aku harus memanggil anak tampan ini dengan apa?"
"Haowen." Jawab Haowen dengan singkat dan datar. Jongin balas tersenyum.
"kalau begitu kita perkenalkan dirimu. Aku yakin teman-temanmu akan sangat menyukaimu." Dan Jongin membawa masuk Haowen kedalam kelas lalu memperkenalkan anak itu disambut meriah oleh murid-muridnya. Haowen yang awalnya menunduk takut setelah duduk lama kelamaan menjadi terbiasa bahkan anak itu sudah bercanda dengan teman-teman barunya.
Jongin melirik arlojinya, sudah jam dua siang rupanya. Kelas sudah dibubarkan setengah jam yang lalu dan ia mengobrol sebentar dengan para guru lainnya. sekarang ia akan pulang untuk menjemput sang buah hati yang menunggunya. Ketika sampai didepan gerbang, ia melihat Haowen yang sedang duduk disudut pintu gerbang dengan menekuk kakinya. Bibir anak itu mengerucut lucu dan Jongin bisa menebak jika anak itu belum dijemput.
"Haowen?" panggil Jongin dengan kembut. Ia ikut mensejajarkan tubuhnya didepan Haowen. "kenapa cemberut? Kau belum dijemput ya?"
"daddy tidak sayang Haowen!"
"hey kau tidak boleh berkata seperti itu. mungkin daddy lagi sibuk. Bagaimana jika aku menemanimu disini?"
Tak ada jawaban. Tetapi Jongin bisa melihat jika anak itu semakin menenggelamkan wajahnya dan ia sedikit mendengar isakkan. Ia segera menggendong Haowen dan mengelus punggungnya dengan lembut.
"shh, kita tunggu sebentar lagi ya? Aku akan menemanimu disini jadi berhentilah menangis. Anak lelaki tidak boleh menangis, kau tau?" ucap Jongin sambil mencium kepala Haowen dengan sayang. Ia bisa merasakan jika tangan Haowen melingkari lehernya dan juga anak itu menaruh kepalanya dibahu sempit Jongin.
"Hoawen benci daddy huhuhu.." anak itu terus menangis dan Jongin dengan sabar memberi kata-kata yang menenangkan Haowen sembari memberikan elusan dipunggungnya.
Entah sudah berapa lama akhirnya Haowen tertidur digendongannya. Jongin juga merasakan tangannya yang sudah kebas karena menggendong anak ini terlalu lama. Sempat terbesit untuk mengantarkan Haowen pulang tapi dia tidak tau dimana rumahnya, jadi dengan sabar ia akan menunggu sebentar lagi.
Tak lama sebuah mobil audi berwarna hitam merhenti tepat didepan Jongin, dan seorang lelaki dengan tubuh atletis keluar dengan raut yang panik.
"astaga Haowen!" lelaki itu memekik dan segera menghampiri Jongin. "kau guru Haowen? Yatuhan maafkan aku, aku ada sedikit urusan tadi dan tidak melihat jam. Apa dia merepotkanmu?" ucap lelaki itu sambil mengambil alih Haowen dari gendongan Jongin.
Jongin tersenyum, "tak apa, Haowen menunggumu tadi tak lama ia menangis dan sepertinya ia terlalu lelah menunggu makannya ia tertidur."
Sehun memperhatikan Jongin dan tertegun sesaat. Melihat semyum indah Jongin membuat sesuatu di dadanya sedikit bergetar. Begitu cantik dan sempurna.
Jongin yang melihat Sehun hanya terdiam mencoba menyadarkan lelaki itu dari lamunannya. "maaf tuan.."
"Sehun." ia menyebutkan namanya dengan refleks saat mendengar Jongin memanggilnya tuan.
Jongin yang sedikit tidak mengerti mengernyitkan dahinya "y-ya?"
"namaku Oh Sehun." Sehun tersenyum melihat ekspresi Jongin yang lucu menurutnya.
"ahh iya, namaku Kim Jongin." Dan Jongin memberikan senyumanya lagi, membuat dunia Oh Sehun berbunga-bunga seketika.
Setelahnya Sehun menawarkan tumpangan kepada Jongin tetapi lelaki itu menolak dengan alasan ada urusan. Sehun tak bisa memaksa walaupun tak dapat dipungkiri ia sedikit kecewa karena ia ingin mengenal Jongin lebih jauh. Tetapi mungkin waktunya belum tepat jadi ia akan mencoba mendekatkan diri dengan Jongin secara perlahan. Sepertinya ada yang mengalami love at the first sight, eh?
.
.
.
Precious Love
Semenjak pertemuan pertamanya dengan Jongin, Sehun menjadi lebih giat mengantar jemput Hoawen sekalian jika ada Jongin disana ia mengajak Jongin berbasa basi sedikit. Sehun semakin terkagum dengan melihat cara Jongin mengajar dikelasnya. Pernah sekali ia mengintip Jongin yang sedang mengajar dikelasnya, dan saat itu ada anak yang menangis karena diejek temannya, Jongin dengan sabar memberikan pengertian kepada anak itu. bahkan cara Jongin menenangkan anak kecil yang menangis itu benar-benar membuat dada Sehun menjadi hangat. Ia jadi ingat saat Jongin berhasil membujuk Haowen bahkan lelaki itu menggendong anaknya. Padahal Haowen itu keras kepala sama sepertinya, tidak mau menurut, apalagi anak itu tidak mau disentuh oleh orang yang baru ditemuinya. Tetapi dengan Jongin? Dan karena kejadian itu Haowen terus-terusan menceritakan bagaimana Jongin disekolah, bagaimana saat Jongin membersihkan luka Haowen saat anak itu terjatuh dipelajaran olahraga, dan masih banyak Jongin ini dan Jongin itu yang membuat Sehun melebarkan senyumnya setiap kali mendengar nama Jongin.
Ini hari minggu, Sehun libur dari kerjanya dan saat ini ia sedang mencari bahan-bahan kebutuhan yang disuruh oleh ibunya. Sehun menggerutu sepanjang jalan, tau begini ia tidak mampir kerumah ibunya dengan begitu ia bisa tidur dengan puas dirumahnya dengan tenang. Tetapi sekali lagi, hidup tidak seindah yang diharapkan, itulah kata Sehun.
Namun, Sehun rasa-rasanya akan mencabut semua sumpah serapah yang baru saja ia sebutkan tadi. Entahlah ini sebuah keberuntungan atau memang takdir sedang mencintai dirinya karena demi Tuhan ia melihat Jongin sedang melihat-lihat sayuran dengan teliti. Langsung saja Sehun menghampiri Jongin, kesempatan tidak datang duakali kan?
"ehem, hei Jongin?"
"oh, Sehun!?" Jongin sedikit memekik karena terkejut dengan kehadiran Sehun disini. "kau berbelanja?" tanya Jongin sambil melihat keranjang bawaan Sehun.
Lelaki itu hanya menggaruk kepalanya dan tersenyum canggung. "tidak, hanya saja ibu menyuruhku.. jadi.. yeah begitulah." Ucap Sehun sedikit terbata dibalas kekehan dari Jongin.
"ahh ternyata kau anak yang berbakti." Jongin mengangguk sambil tersenyum. "kau sendiri? Tidak bersama Haowen?"
Jongin sudah tau mengenai ibunya Haowen yang sudah meninngal dua tahun yang lalu. Haowen sendiri yang bercerita kata anak itu ibunya mengalami penyakit kanker otak dan sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Sehun yang bercerita seperti itu kepadanya. Walaupun Haowen bilang ia tidak mengerti tetapi ia sangat sedih saat ibunya pergi ke surga dan tidak akan bisa kembali lagi. Kadang anak itu juga merindukan kasih sayang seorang ibu, walaupun Sehun sendiri sudah berusaha untuk memberikan kasih sayang yang berlimpah kepada Haowen.
"dia memilih bersantai dirumah ibu." Sehun mendengus mengingat kelakuan anak dan ibunya. "jadilah aku yang kesini sendirian. Menyebalkan memang tapi yeah sudah resiko sebagai anak." Ia bisa melihat Jongin tersenyum dan mengangguk, "dan kau? Kau kesini juga sendiri?"
Jongin mengernyit bingung, lalu mengarahkan kepalanya kearah trolly. Dan detik itu juga Sehun membulatkan matanya dan menatap Jongin dengan pandangan terkejutnya. "d-dia—"
"ya, dia anakku."
Sehun menahan napasnya. Jongin sudah punya anak? Jongin sudah menikah? Siapa lelaki beruntung yang menjadi suami Jongin? Dilihatnya lagi anak Jongin yang sedang duduk di trolly, dia tertidur dengan memeluk boneka Krong hijau. Wajahnya 99% mirip Jongin, dan Sehun semakin yakin kalau anak itu adalah benar-benar anak kandung Jongin.
"o-oh maaf aku baru tau jika kau sudah memiliki anak." Kata Sehun canggung dibalas senyum maklum oleh Jongin.
Setelahnya mereka berjalan beriringan sampai mereka selesai berbelanja. Sehun melihat Jongin yang kesusahan membawa belanjaan sekaligus harus menggendong anaknya pun menawarkan bantuan.
"ahh Sehun? kenapa Taeoh dimasukkan kedalam mobilmu?"
Jongin masih terdiam karena bingung dengan perlakuan Sehun. lalu lelaki itu mengambil barang belanjaan Jongin ditanganya dan memasukkannya juga kedalam mobilnya "aku akan mengantarmu."
"t-tapi Sehun—"
"tidak ada penolakan Jongin." Final Sehun dan Jongin hanya menganggukan kepalanya dengan pasrah.
Selama diperjalanan mereka terlihat mengobrol, sesekali Jongin tertawa akan lelucon yang Sehun lontarkan. Sampai akhirnya mereka sampai tepat didepan rumah kontrakan Jongin.
"terimkasih banyak, Sehun. aku pasti merepotkanmu."
"tidak!" Sehun sedikit memekik lalu segera berdeham untuk menutupi kegugupannya. "kau tidak merepotkanku sama sekali."
"baiklah, kau mau mampir? Aku kan membuat makan siang untukmu." Saat Jongin melihat Sehun akan menolak, lelaki manis itu langsung menyela, "tidak ada penolakan tuan Sehun. anggap saja ini rasa terimaksihku untukmu." Dan Sehun tidak bisa untuk menolaknya.
Sambil menunggu Jongin memasak, Sehun memperhatikan sekeliling rumah Jongin. Rumah ini kecil, tetapi sangat nyaman karena Jongin mengaturnya dengan rapih. Hanya ada satu kamar dan satu kamar mandi. Taeoh sudah ditaruh dikamar karena anak itu masih belum bangun juga. Dan Sehun belum melihat tanda-tanda suami Jongin disini. Dilihat dari beberapa pajangan foto, hanya ada foto Jongin dan Taeoh yang mendominasi. Kemana suaminya? Tidak mungkin kan dia bekerja dihari minggu? Sedang asik dengan pemikirannya sendiri Sehun sampai tidak sadar jika Jongin sudah berdiri didepannya.
"Sehun?"
"a-ah iya Jongin?"
"maaf jika rumahku kecil dan membuatmu tidak nyaman."
Sehun langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "rumahmu sangat nyaman Jongin, aku suka berada disini. Disini terasa hangat."
Entah Sehun spontan mengatakannya atau itu memang tulus, Jongin merasakan wajahnya sedikit memanas. Ia menundukkan wajahnya agar Sehun tidak melihat semburat merah yang tiba-tiba muncul diwajahnya. Lalu setelahnya Jongin mengajaknya untuk makan siang dan disambut dengan semangat oleh lelaki tampan itu.
..
"masakanmu sungguh luar biasa, Jongin."
Lelaki manis itu terkekeh, "kau sudah mengatakanya sedari tadi, Sehun."
"tapi aku serius!" Sehun menunjukkan wajah seriusnya yang mengundang tawa untuk Jongin. Melihat sang pujaan hati tertawa karenanya membawa sensasi bahagia tersendiri. Lihatlah ciptaan Tuhan yang satu ini. Begitu sempurna tanpa celah.
Merasa Sehun memperhatikannya dengan intens membuat Jongin menjadi gugup. Ia menggigit bibirnya dan semburat itu kembali muncul dipipi tembam Jongin. Sehun tersenyum kecil melihatnya.
"apa aku sudah pernah bilang jika kau itu sangat cantik, Jongin?"
"a-apa?"
"t-tidak ada." Sehun yang sadar akan perkataan diluar kendalinya segera merutuki kebodohannya. Bisa-bisa suami Jongin menghajarnya jika mendengar ia berkata seperti tadi. Mengingat itu membuat dada Sehun menjadi sesak.
Keheningan menyelimuti mereka selama beberapa menit sampai akhirnya Sehun yang sudah penasaran membuka mulutnya untuk menemukan jawaban yang membuat hatinya resah setengah mati.
"hmm, Jongin?" Sehun bisa mendengar lelaki manis itu bergumam, "daritadi aku tidak melihat suamimu. Apa dia bekerja dihari minggu?"
Jongin menatap Sehun dengan senyuman yang sangat cantik. "aku sudah bercerai dengan mantan suamiku setahun yang lalu."
Sehun membulatkan matanya, "o-oh, maafkan aku Jongin, aku tidak bermaksud—"
"tak apa Sehun. mungkin kau juga berhak tau."
Mendengar jawaban ambigu dari Jongin membuat Sehun merasa senang bukan main. Apalagi setelah tau bahwa Jongin sudah bercerai, katakanlah Sehun jahat setelah ia tau kalau Jongin sudah bercerai. Tetapi bolehkan ia berharap? Mungkin ini yang dinamakan habis gelap terbitlah terang. Sehun harus bergerak cepat sebelum pujaan hatinya diambil orang lain.
Sehun berdehem sebentar menghilangkan keraguannya, ditatapnya Jongin yang sedang menatapnya juga. Duduk bersebelahan dengan Jongin disofa yang ukurannya tidak terlalu besar itu ditambah jarak mereka yang sangat dekat membuat jantung Sehun meledak-ledak didalamnya. Alay memang, tapi itulah yang dialami lelaki berkulit pucat itu.
"minggu depan kau ada acara?"
Ia bisa melihat lelaki manis itu tengah berpikir, "mmm sepertinya tidak, ada apa?"
Senyum Sehun merekah "bagaimana jika kita makan malam? Setelah itu kita pergi ke festival kebetulan temanku memberi dua tiket untuk ke festival."
"aku rasa itu bukan ide yang buruk."
Rasanya Sehun akan terbang ke khayangan sekarang juga. Jongin menerima ajakan kencanya! Apa ini tandanya lelaki manis itu memberikannya lampu hijau? Ahh ibu, sebentar lagi kau akan memiliki menantu baru~
"baiklah, aku akan menjemputmu nanti. Ah iya sebaiknya kita hanya berdua, kau tau kan malam-malam akan sangat dingin, kalau anak-anak ikut itu akan.. yeah kasihan juga kan nanti mereka sakit karena suhu udara yang dingin.." Sehun berkata pelan, takut Jongin tidak setuju dengan alasan konyolnya dan malah berubah pikiran terhadap ajakannya.
"aku mengerti. Aku akan menitipkan Taeoh dirumah ibuku nanti."
Sehun ingin sekali melompat-lompat sambil menggendong Jongin. Tapi ia tidak mau imej kerennya tercoreng didepan sang pujaan hatinya, jadi ia hanya menampilkan senyum menawannya yang membuat Jongin terpaku seketika.
Kemudian Sehun pamit pulang karena tidak mau ibunya dan Haowen menunggu lama. Padahal ia masih ingin berlama-lama berduaan dengan Jongin. Jadi disinilah mereka didepan pintu rumah Jongin, saling berhadapan tak lua senyum mereka yang tak pernah luntur sedari tadi.
"terimakasih makan siangnya, Jongin. Dan sampai bertemu lagi." Ucap Sehun sambil berjalan mundur menuju mobilnya dengan tatapan yang tak pernah lepas dari wajah lelaki manis pujaan hatinya itu.
Jongin mengangguk dan melambaikan tanganya, "hati-hati dijalan. Sampaikan salamku untuk Haowen."
Namun sebelum Sehun memasuki mobilnya, lelaki itu berjalan cepat kearah Jongin dan mengecup ujung bibir lelaki manis itu lalu berkata sangat pelan tetapi Jongin masih bisa mendengarnya dengan jelas,
"saranghae"
.
.
.
TBC or END?
A/N: heheehehe no komen lah ya. Aku Cuma iseng2 aja ngetik ini. Tiba2 keinget papah sehun dan mamah jongin jadilah ff abal ini. Jadi perlu lanjut atau sudahi saja sampai disini(?) tolong reviewnya ya teman2ku tersayang:')))
Review please?
