An Ulqui-Hime Crime/Angst fic
Semi AU. OOC. Gajeness spreading out.
Bleach © Kubo Tite
Happy read, Minna-san ^^
Ulquiorra's POV
'apa pun caranya...aku harus segera mendapatkan uang. Sial! Pikir Ulqui..pikir! '
Aku menghempaskan tubuhku di atas kasur butut yang lapuk. Ya, di sini tempatku, tempat seorang Ulquiorra Schiffer. Sebuah kamar sempit di dalam sebuah rumah kecil di ujung gang yang termasuk pemukiman kumuh di kota Hueco Mundo yang menyedihkan ini.
Usiaku masih 17 tahun tapi mungkin orang yang tidak mengenalku akan menyimpulkan bahwa usiaku lebih dari itu. Memang aku terlihat lebih tua. Bukan karena kulit pucat atau mata hijau emeraldku yang seperti orang tua. Namun, tuntutan kehidupan yang membuatku menjadi lebih cepat dewasa dari yang seharusnya.
Aku putus sekolah sejak SMP, orang tuaku—bukan, ibuku sudah tidak sanggup membiayaiku sekolah sejak ayahku menceraikannya tiga tahun yang lalu. Dan kini, aku baru saja dipecat dari tempatku bekerja karena tiga hari berturut-turut datang terlambat. Aku berusaha menjelaskan bahwa aku harus menjaga ibuku di rumah sakit namun, bosku tidak mau mendengarkannya.
Ironis memang, dan sekarang aku harus mencari uang sebanyak 50 juta untuk biaya operasi ibu yang divonis terkena kanker hati. Darimana aku harus mendapatkannya? Berhutang? Mustahil ada yang mau meminjamkan sekian besar uang kepada seorang pengangguran bagaimanapun alasannya.
TOK! TOK! TOK!
Ketukan pintu itu mebuyarkan lamunanku. Siapa yang ingin bertamu di rumah kumuh ini? Lalat pun tampaknya akan berpikir dua kali. Kubuka pintu usang yang berlumut dan...
BRAAAKKK!
HMMPPPHH!
Seseorang berpakaian serba putih dan berambut biru, tiba-tiba menerjang dan membekapku. Apa ini? Aroma menyengat, membuatku pusing. Aku terhuyung lemas, aku hanya sempat melihat seringai nya yang sangat tidak menyenangkan begitu jelas terlihat sekalipun ia memakai kacamata hita. Aku merasakan ia mengangkatku lalu melemparku dengan kasar ke dalam mobilnya. Pandanganku mulai kabur—aku mengantuk dan aku terlelap ketika mobil mulai melaju.
Orihime's POV
"Hey! Inoue..."
Aku menoleh dan tepat satu meter di belakangku, aku mendapati laki-laki berambut oranye terang yang aku sukai sejak dulu, Kurosaki Ichigo.
"Ku..Kurosaki..ada apa?" dengan tergagap aku menjawab dan aku menyadari pipiku pasti merona sedikit demi sedikit.
"Ah..tidak apa-apa...hanya ingin mengucapkan 'selamat pagi'..." ujarnya dengan menyunggingkan sedikit senyumannya yang sangat khas.
"Oh, begitu. Selamat pagi juga, Kurosaki.." kataku sambil balas tersenyum.
"Mau ke kelas sama-sama?" tawarnya.
"Eh..iya...aku..aku mau...terima kasih, Kurosaki." sahutku.
"Tidak masalah." jawabnya singkat sekaligus mengakhiri pembicaraan kami yang mungkin biasa bagi orang lain, tapi begitu spesial untukku.
Selama menuju ke kelas tak satu pun kata yang terucap dari kami berdua. Ah, entah semerah apa pipiku sekarang. Semerah tomat kah? Atau semerah kepiting rebus?
'Ah, apa Kurosaki juga punya perasaan yang sama ya?'
'Sudah..sudah...hentikan Orihime Inoue! Hentikan memikirkan yang bukan-bukan!'
Selalu saja dua kubu yang berbeda di hatiku bergumul seperti yang biasa muncul pada kartun-kartun. Dimana ketika seseorang sedang bimbang, maka akan muncul sesosok malaikat dan setan dalam ukuran mini di bahu kiri dan kanannya.
SREEEKK!
Bunyi pintu geser yang dibukakan Kurosaki dengan agak kasar seperti biasanya benar-benar mengagetkan dan membuyarkan lamunanku. Entah,apa aku pantas memikirkan hal seperti ini. Mungkin, Kurosaki justru hanya menganggapku sebagai teman biasa. Lagi pula, dia kan sangat akrab juga dengan Kuchiki. Siapa tau, dia justru malah menyukai dan memendam perasaan pada Kuchiki.
"Orihimeeeee! Akhirnya kau datang juga!"
Aku menelusuri seisi kelas—dari mana suara itu berasal. Suara yang sangat ku kenal. Suara sahabat terbaikku, Tatsuki Arisawa. Dia yang selalu menemaniku jika aku merasa kesepian.
Ayahku sudah lama meninggal—lalu tidak lama, Ibuku menikah lagi. Aku punya seorang kakak, namun 3 bulan lalu, Ibu dan kakakku pun menyusul ayahku karena kecelakaan kereta. Kini, hanya tersisa aku dan ayah tiriku. Aizen Sousuke, ia orang yang baik menurutku. Karena itulah aku menyetujui saat dulu ia datang melamar Ibu.
Dulu, dia sangat akrab denganku. Hampir setiap hari dia mengajakku jalan-jalan. Tapi, Dia lah yang sekarang menggantikan Ayah mengurus perusahaan. Mungkin karena itu, dia menjadi sibuk dan tidak bisa lagi seperti dulu. Di rumah pun, aku hanya bertemu dia di pagi hari—saat sarapan. Lalu, dia akan pulang larut malam saat aku sudah tertidur pulas. Apalagi akhir-akhir ini ia sering bepergian keluar negeri dalam waktu yang tidak bisa dibilang singkat.
Timbul keinginanku untuk tinggal sendiri di apartemen dengan alasan ingin mencoba mandiri dan Aizen mengabulkannya—dia tampak antusias, entah mengapa. Ia membelikanku dan membeli untuk dirinya sendiri apartemen baru lalu menjual rumah lama kami. Sayang memang, tapi mungkin lebih baik begini. Sekalipun hanya menambah perasaan sebatang kara yang selama ini bergejolak hebat dalam batinku. Tapi, lama-lama aku semakin terbiasa. Kini aku tinggal sendiri walau masih dalam buaian limpahan uang yang setia dikirimkan Aizen untukku setiap bulan dalam rekening—aku tidak pernah meminta itu semua sebenarnya.
Menyedihkan memang, tapi aku tidak ingin menyesalinya. Aku masih punya banyak bagian menyenangkan dalam hidupku—setidaknya menurutku begitu.
"Hei, Orihime! Kamu dengar tidak, sih?" Tatsuki menepuk bahuku pelan—menyadarkanku kembali.
"Oh..eh... Tatsuki. Ada apa?" sahutku tergagap.
"Kamu sekarang suka melamun, ya? Kamu sudah mengerjakan PR Kimia belum?" tanyanya sambil memelototiku.
Aku tidak menjawab, hanya mengangguk sambil membuka tasku dan mengambil sebuah buku tulis—buku latihan tempat menjawab PR tepatnya.
"Wah, kamu hebat! Sudah dijawab semua. Kamu memang cerdas Orihime. Aku pinjam sebentar ya..." kata Tatsuki sambil tersenyum dengan jurus "puppy eyes" andalannya.
Tanpa dia meminta pun, aku tetap akan memberikannya. Selain karena dia sahabatku, aku juga tau, dia sangat lemah dalam pelajaran Kimia. Apalagi, PR Kimia yang dibuat oleh Mayuri-sensei selalu dianggap sangat sulit oleh para murid. Tapi entah kenapa, tidak begitu sulit bagiku—aku menyukainya kurasa.
TENGGG! TEENGGG! TEEENNNG!
Bel tanda mulainya pelajaran berbunyi, pelajaran pertama adalah Bahasa Inggris yang diajar oleh Ms. Soi Fon yang anggun namun agresif terhadap murid wanita.
Normal POV
"Ya, Gin...Aku sudah mendapatkannya. Sebentar lagi aku akan sampai di sana. Tenang saja, dia belum terbangun. Ya, Ku harap begitu."
Pria itu menyeringai kecil saat mengakhiri pembicaraannya dengan seseorang yang dipanggilnya Gin itu. Sesekali dia menoleh ke jok belakang dengan tatapan khawatir, di sana ada seorang pemuda berkulit pucat dengan rambut hitam sebahu yang tampak seperti 'tertidur'.
Mobil sedan hitam itu berhenti di depan sebuah rumah—mungkin juga layak disebut istana di negeri dongeng. Bangunan mewah dengan cat serba putih dengan pilar-pilar yang kokoh, dikelilingi taman yang luas dan benteng-benteng yang sangat tinggi. Benteng-benteng itu seolah-olah mampu mendeskripsikan dengan jelas watak misterius sang pemilik yang tidak ingin berbagi dengan dunia luar. Ia ingin memiliki dunianya sendiri—melupakan bahwa di balik benteng-benteng itu adalah kawasan hutan yang begitu sunyi dan benar-benar jauh dari keramaian.
Pria berambut abu-abu berseringai rubah dan juga berpakaian serba putih tiba-tiba keluar menghampiri pria berambut biru yang sedang mencoba sekuat tenaga mengeluarkan pemuda berkulit pucat yang tertidur itu.
"Cih..berapa banyak kau tuangkan obat biusnya tadi? Dasar ceroboh kau, Grimmy." kata pria berseringai rubah.
Si pria berambut biru yang dipanggil Grimmy menyahut dengan ketus, "Berhenti memanggilku seperti itu, Gin! Aku punya nama!"
"Huh..santai saja, Grimmjow.." sahut pria yang dipanggil Gin sambil menggendong pemuda yang tertidur tadi membawanya masuk ke dalam rumah.
"Dasar sial kau!" cerca pria berambut biru,Grimmjow—lalu membanting pintu mobil dengan kasar dan bergegas menyusul masuk ke dalam rumah.
-TBC-
Nyuuu~ Minna-san! ^o^
Sudah setahun lebih Jiya vakum dari dunia Fanfic...
Setelah sempat menghilang begitu lama, menghapus semua fanfic yang pernah diposting di FFn—berbagai masalah sempat mendera, begitulah kehidupan deshou? *lebay
Fyuuuhh..
Tapi, bagaimana pun mencoba berhenti menulis—yang namanya jiwa author itu memang ga bisa bohong. ^^9
Tidak bisa terbendung lagi dan...JENG! JENG! Jadilah dia..
Fic pertama setelah kembali menulis—pairing Ulqui-Hime.. ^o^
Terima kasih banyak buat yang sudah mau membaca fic gaje-aneh-abal ini.
Maaf kalau ada yang tidak menyenangkan, kesalahan penulisan, kesalahan ini-itu dan lain-lain..
Kritik dan sarannya sangat ditunggu melalu review.
Douzo Minna-san... Homma ni, Arigatou...^^
See ya in the next chaptaa... d(^o^)b
Jiya-chu~
