Don't like don't read
.
SATU
.
.
Love Potion (Ramuan Cinta)
.
.
"Be-benarkah ini sangat manjur?" Tanya Hinata sambil mengamati botol kecil yang berisi cairan bening berwana hijau tua.
Pria berambut putih panjang itu tertawa terbahak-bahak. "Tentu saja! Ramuan cinta buatan Jiraiya-sama ini sudah terbukti keampuhannya!"
Hinata menatap botol kecil ditangannya ini dengan penuh keraguan. Sore ini Hinata bertemu dengan pria tua yang bernama Jiraiya saat ia sedang menangis sendirian di taman. Pria tua itu lalu mendekatinya dan bertanya padanya masalah apa yang sedang ia hadapi hingga menangis seperti itu. Karena tersentuh dengan perhatian Jiraiya, Hinata lalu bercerita jika ia selalu mengalami kegagalan setiap kali berusaha mendapatkan perhatian orang yang disukainya. Jiraiya lalu mengeluarkan sebotol kecil ramuan yang dikenal ampuh untuk membuat pria jatuh cinta pada wanita yang memberikan ini.
"Lalu bagaimana cara menggunakannya?" Tanya Hinata dengan tertarik.
Sebenarnya Hinata tahu jika memberikan ramuan cinta untuk Naruto adalah sesuatu yang salah dan ilegal. Tapi Hinata sudah kehabisan akal! Pemuda berambut kuning itu sangat bebal dengan semua kode dan perhatian yang ia berikan. Jika Naruto bisa bersama dengannya berkat ramuan ini, lalu ia akan menunjukkan pada Naruto semua perasaan dan kelebihan yang ia miliki dan membuat Naruto benar-benar jatuh cinta padanya.
Jiraiya tersenyum lebar. "Campurkan ramuan ini pada minuman apa saja lalu ucapkan mantra 'Dengan ramuan ini aku mengikat hatimu, perasaanmu dan pikiranmu padaku'. Lalu pastikan orang itu meminumnya hingga habis dan tunggu hasilnya dalam tiga menit. BAM! Pria itu langsuuung jatuh cinta padamu."
Hinata lalu membuka tutup botolnya, berusaha mencium aroma ramuan ini.
"Jangan dihirup aromanya! Bisa berbahaya!"
"Eh?!" Teriak Hinata dengan panik. Ia lalu menutup kembali botol ini secepatnya.
"Apakah ada efek sampingnya?"
Jiraiya tampak berpikir serius. "Ramuan ini hanya bisa bekerja dalam jangka waktu 7 hari. Setelah hari ketujuh lewat, pria itu akan kembali normal. Um… apakah ini bisa disebut efek samping? Pokoknya kau hanya memiliki waktu tujuh hari!"
Tujuh hari huh… sepertinya itu waktu yang cukup untuk membuat Naruto tertarik padanya.
"A-apakah pada hari ke delapan ia akan melupakan semua kejadian yang dialaminya sejak meminum ramuan ini?"
"Tidak. Ingatannya akan tetap utuh."
Haruskah Hinata melakukan ini?
"Be-berapa harganya Jiraiya-sama?"
.
.
Hinata memandangi isi dompetnya dengan perasaan muram. Demi mendapatkan ramuan ini ia harus merelakan kepergian uang jajannya selama seminggu. Hinata menghela nafas, setidaknya ia memiliki tabungan untuk berjaga-jaga dalam situasi genting dan membutuhkan uang.
Hinata lalu mengamati dengan seksama ramuan di tangannya ini. Bagaimana caranya membuat Naruto meminum ini? Bagaimana cara Hinata membubuhkan ini dalam minuman tanpa mengundang kecurigaan?
Hinata lalu merebahkan diri di ranjangnya.
Tujuh hari huh…
.
.
Hari ke-1
Hari ini Ino mengajaknya untuk menonton pertandingan basket antara SMA Konoha melawan SMA Suna yang digelar di stadion olahraga Konoha. Biasanya Hinata tidak menyukai keramaian seperti ini, namun ia yakin Naruto pasti akan ikut.
Sebelum duduk di arena stadion, Hinata membuka sebotol minuman bersoda rasa strawberry dan membuang seperempat isinya. Lalu ia menuangkan ramuan cinta yang dibawanya kemudian mengucapkan mantera.
"Dengan ramuan ini aku mengikat hatimu, perasaanmu dan pikiranmu padaku."
Hinata berharap ia bisa memberikan minuman ini untuk Naruto.
Hinata lalu duduk diantara Ino dan Sakura. Ia tidak mampu menikmati pertandingan olahraga di depannya. Benaknya sibuk berputar-putar mencari cara memberikan minuman ini untuk Naruto yang duduk tidak jauh darinya.
Sampai pertandingan selesai ia tidak menemukan kesempatan emas untuk memberikan botol ini pada Naruto.
Ah… ia sepertinya gagal.
"Tadi benar-benar menarik! Bukankah seperti dugaanku, Konoha pasti menang!" Kata Naruto sambil menyikut Sasuke ketika mereka semua keluar dari stadion.
Hinata menundukkan kepalanya dengan depresi.
"Kau kenapa Hinata?" Tanya Ino.
"A-aku tidak apa-apa." Jawab Hinata sambil berusaha meyakinkan Ino.
Ino tersenyum, matanya lalu melirik salah satu pemain Suna yang juga keluar dari stadion. "Ah! Itu adalah Gaara Sabaku!" Ino lalu menggandeng Sakura. "Ayo temani aku mendekatinya."
"Eh?!" Sakura hanya bisa berteriak bingung dan membiarkan Ino menyeretnya.
Hinata mengerjap-ngerjapkan matanya. Ino meninggalkannya sendirian bersama Naruto!
Um… yah secara teknis masih ada Sasuke disini.
"Ah… aku haus. Teme, belikan aku minuman."
Sasuke terlihat kesal. "Kau beli saja sendiri."
Kesempatan emas telah muncul!
"A-ano Naruto-kun…" Hinata lalu mengeluarkan sebotol minuman soda yang ia simpan di tasnya. "A-aku membawa minuman. Jika k-kau ti-tidak menolak, kau bisa meminumnya." Kata Hinata sambil menyodorkan minuman itu pada Naruto.
Naruto tersenyum lebar, itu membuat jantung Hinata berdebar kencang. "Terima kasih Hinata-chan! Kau memang baik." Kini pemuda berambut kuning itu menerima botol yang disodorkan Hinata.
Hinata memperhatikan dengan serius Naruto yang kini sedang berusaha membuka tutup botol.
"Hinata!" Panggil seseorang.
Secara refleks Hinata kini menoleh ke arah sumber suara itu.
Tampak sosok Tenten, salah satu teman baik kakaknya berjalan menghampirinya.
"Halo, Tenten-san." Sapa Hinata dengan sopan.
"Aku tidak pernah menyangka bisa bertemu denganmu disini."
Hinata hanya tersenyum malu-malu. "Ino me-mengajakku."
Tenten lalu menyodorkan buku yang ada ditangannya pada Hinata. "Bisakah kau memberikan buku ini untuk Neji? Sebenarnya aku mau mampir ke rumahmu setelah dari sini, tapi aku malah bertemu denganmu. Maaf merepotkanmu Hinata."
Hinata menerima buku itu lalu menyimpannya di tas. "Tidak apa-apa Tenten-san. Ini bukan hal yang merepotkan."
Tenten tersenyum. "Terima kasih, Hinata. Ah, aku pergi dulu. Lee sudah menungguku."
"Sampai jumpa lagi, Tenten-san." Hinata membalas lambaian tangan Tenten yang kini pergi menjauh.
Kini Hinata kembali menoleh ke arah Naruto dan melihat botol minuman di tangannya….
Eh?! Kemana minuman itu?! Kenapa tidak ada di tangan Naruto?!
"Maaf, Hinata-chan. Si teme ini sangat tidak sopan, ia merebut minuman yang hendak aku minum dan menghabiskan isinya." Kata Naruto sambil mendelik ke arah Sasuke.
"Hm." Jawab Sasuke sambil membawa botol minuman yang kini telah kosong.
Dunia seakan berputar bagi Hinata.
"Hinata-chan, apa kau tidak apa-apa? Wajahmu terlihat sangat pucat." Kata Naruto dengan khawatir.
Hinata menggelengkan kepalanya, tapi gerakannya itu justru membuat kepalanya semakin pusing.
Sebuah tangan kekar memeluk pundaknya, menahan tubuhnya yang semakin sempoyongan.
"Kau terlihat akan pingsan." Bisik Sasuke Uchiha yang kini berada sampingnya. Sasuke lalu membuat Hinata bersandar pada tubuhnya. "Hey, bertahanlah."
Sungguh ironis sekali, mendengar perkataan Sasuke justru membuatnya langsung jatuh pingsan.
.
.
Hinata membuka matanya dan menatap langit-langit kamar yang terlihat sangat asing.
"Apa yang terjadi?" Bisik Hinata.
Kini ia mengingat dengan jelas rentetan peristiwa siang tadi. Botol, ramuan cinta, Naruto, Tenten, Sasuke, botol kosong.
Tubuh Hinata membeku. Keringat dingin muncul di dahinya.
Oh sial…
Sasuke Uchiha.
Ramuan cinta itu telah diminum Sasuke Uchiha.
Tubuh Hinata kini gemetar. Bagaimana ini?! Ramuannya diminum oleh orang yang salah!
"Hinata, apa kau sudah bangun?" Kata Ino sambil menyibak tirai.
"Y-ya." Jawab Hinata.
"Ah~ si puteri tidur akhirnya bangun." Goda Sakura yang berjalan di belakang Ino.
"A-apa yang terjadi?"
Ino duduk di tepi ranjangnya sambil menatap Hinata. "Kau pingsan selama setengah jam. Untunglah ada ruang istirahat di stadion ini. Apa kau merasa lebih baikan?"
"Kami berusaha memantau kondisimu lebih dulu sebelum membawamu ke dokter." Kata Sakura. "Apa ada yang sakit, Hinata?"
"Ti-tidak ada." Jawab Hinata sambil mencoba duduk. "A-aku hanya pusing ringan. Maaf telah merepotkan kalian. U-um... terima kasih."
Sakura dan Ino justru cekikikan. Hinata terlihat bingung menghadapi sikap aneh sahabatnya itu.
"Kenapa?"
"Kau seharusnya berterima kasih pada Sasuke, Hinata. Dia yang membopongmu kesini." Kata Ino sambil tersenyum lebar.
Wajah Hinata memucat.
Senyum Sakura juga tidak kalah lebar. "Sasuke-kun terlihat sangat cemas melihatmu yang jatuh pingsan dan tanpa berpikir panjang langsung membopongmu di lengannya seperti pangeran dan tuan puteri. Ah~ kalian berdua terlihat sangat romantis."
Apakah efek dari ramuan cinta benar-benar bekerja?! Apakah Sasuke benar-benar jatuh cinta padanya?
"D-dimana S-Sasuke-san sekarang?"
Ino menghela nafas. "Sayang sekali ia sudah pulang, ada urusan mendadak. Ia baru saja mendapatkan telepon dari ibunya yang menyuruhnya bergegas pulang. Naruto juga ikut pulang dengannya."
Hinata sedikit merasa lega. Setidaknya ia bisa menghindari Sasuke untuk hari ini.
.
.
Please Review ^^
di cerita ini Sakura tidak mencintai Sasuke.
