Tittle:

Sleep With Mr. Park

.

.

Remake fanfiction from 'Sleep With The Devil'

Karya Santhy Agatha

MinYoon Fanfiction

Cast:

Park Jimin

Min Yoongi

Jung Hoseok

Kim Taehyung

Jeon Jungkook

Warning :

OOC, Typo(s).

©Jimsnoona

.

a/n: Fanfic ini merupakan remake dari sebuah novel yang berjudul 'Sleep With The Devil' karya Santhy Agatha. Jims hanya mengubah beberapa alur dan memberi penambahan serta pengurangan seperlunya sesuai kebutuhan, namun tidak akan mengubah plot serta konsep dari novel aslinya

Don't like, don't read.

.

.

.

"Kau Adalah Kelemahanku" –Park Jimin

BAB 1

Suasana yang hingar bingar membuat Yoongi mengeryitkan matanya. Dia tidak suka suasana ramai dan menyesakkan seperti ini. Dia merindukan kamarnya, kamar tenang yang damai, tempat dia bisa duduk dan membaca sambil mendengarkan musik sayup-sayup.

Tapi musik yang sangat keras ini hampir melampaui batas toleransinya, ingin rasanya dia pergi dari tempat ini, tapi dia tidak bisa. Lelaki itu, lelaki jahat itu –menurut sumber yang dia dengar akan datang ke tempat ini beberapa saat lagi.

Yoongi mencoba menarik turun rok hitam pendeknya yang mulai terasa tidak nyaman. Seragam waitress ini amat sangat tidak nyaman, dengan belahan dada yang begitu rendah dan rok yang begitu pendek, Yoongi seperti dipaksa menyamar menjadi orang yang tidak dikenalnya. Tetapi bukankah itu memang tujuannya? Dia tidak ingin lelaki itu mengenalnya, meskipun hal itu sepertinya tidak perlu ditakutkannya. Mereka hanya pernah bertemu satu kali, pada pertemuan singkat yang tak disengaja, saat lelaki itu menemui ayahnya di ruang kerjanya. Saat itu penampilan Yoongi tidak seperti sekarang, rambutnya masih panjang dengan kacamata berbingkai tebal membingkai wajahnya, bajunya tertutup dan sopan, beda sekali dengan sekarang.

Yoongi mengernyitkan matanya lagi, Aku benar-benar berpenampilan seperti perempuan murahan, desahnya.

Suara berisik dari arah pintu masuk mengalihkan perhatian Yoongi, matanya mencari-cari dan itu dia! Lelaki itu ada di sana, dengan kedatangannya yang begitu heboh dikelilingi banyak sekali bodyguard berbadan kekar. Tanpa sadar Yoongi mendengus, yah karena dia lelaki jahat yang suka menyakiti orang, dia pasti punya banyak musuh yang ingin membunuhnya.

Dengan penasaran Yoongi menjinjitkan kakinya yang mungil, berusaha melihat dengan jelas sosok lelaki itu, Park Jimin. Sosok yang ditakuti dalam dunia bisnis karena tidak segan-segan menggilas siapapun yang menghalangi jalannya. Siapapun yang berani melawan Park Jimin, akan berakhir dalam tragedi. Seperti ayahnya, seperti seluruh keluarganya. Desah Yoongi pahit.

Dulu keluarga Yoongi adalah keluarga berada, ayahnya adalah seorang pengusaha sukses di bidang konversi kelapa sawit. Kebun mereka ada berhektar-hektar di luar pulau, dan mereka sangat kaya. Bagi Yoongi keluarga mereka adalah keluarga bahagia, meskipun ibunya adalah wanita lemah yang sakit-sakitan, tapi selain itu dia adalah ibu yang sempurna.

Pikiran Yoongi menerawang di saat-saat bahagia itu, saat dia, ayahnya dan ibunya berkumpul bersama di meja makan, menyantap sarapan pagi bersama ayah dan ibunya yang penuh cinta. Ayahnya akan bercerita tentang pengalaman-pengalaman dalam perjalanan bisnisnya, dan ibunya akan menatap sang ayah dengan tatapan memuja. Semua terasa begitu bahagia, semua terasa begitu sempurna.

Sampai kemudian Park Jimin datang dalam kehidupan mereka. Park Jimin tertarik dengan perkembangan pesat bisnis ayah Yoongi dan berpikiran untuk menjalin suatu hubungan kerjasama. Pada awalnya, ayahnya tidak tertarik, dia sudah cukup puas dengan bisnis yang dijalankannya sendiri. Tapi Jimin tidak menyerah, dengan berbagai cara dia berusaha mendekati ayahnya. Dan entah kenapa ayahnya akhirnya menyerah ke dalam kuasa Park Jimin, ke dalam kuasa iblis kegelapan yang ketika mencengkeram tidak akan melepaskannya lagi.

Jimin menghancurkan keluarganya secara harfiah, entah kenapa kepemilikan ayahnya atas bisnis itu dimentahkan begitu saja, semuanya diambil oleh Jimin dan dikendalikan di bawah tangannya. Ayahnya tidak punya hak apa-apa lagi selain jatah bulanan untuknya dan keluarganya.

Keluarga Yoongi jatuh miskin seketika. Rumah mewah mereka disita paksa, mereka harus pindah ke rumah mungil sederhana. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan sendiri, tanpa pelayan pelayan yang biasanya selalu siap sedia melayani kebutuhan mereka.

Yoongi kuat menanggung itu semua, tetapi ibunya tidak. Ibunya dari kecil terbiasa bergelimang kekayaan, seperti putri raja. Sampai menikah dengan ayahnyapun, ayahnya terbiasa memperlakukannya seperti Ratu dengan banyak pelayan yang mengelilinginya. Ibunya sudah hancur ketika dipaksa memasak sendiri dengan tangannya yang rapuh dan tidak terampil itu – karena tidak pernah memasak seumur hidupnya. Dan makin hancur ketika mereka makin miskin, makin menderita. Akhirnya penderitaan itu tak tertanggungkan lagi bagi ibunya, dia mulai sakit-sakitan, semakin kurus, semakin sering menangis di malam-malam sepi. Lalu suatu pagi, ibunya meninggal begitu saja.

Yoongi masih ingat ketika dia berdiri di samping ayahnya yang membeku menatap wajah ibunya yang kurus dan pucat. Ekspresinya seperti tertidur, dan merasa sedih karena menyadari kenyataan bahwa ibunya mungkin lebih bahagia sekarang setelah meninggal dunia.

Sepeninggal ibunya, Ayahnya hancur. Hancur total. Dia mulai mabuk-mabukan, kadang berteriak-teriak dan menangis sendirian di malam-malam sepi. Hingga pada suatu hari, ayahnya mengendarai mobil mereka, satu-satunya harta mereka yang masih tersisa, dan menabrakkan diri pada tembok pembatas jalan hingga mobil itu terguling beberapa kali. Ayahnya tewas seketika di tempat. Polisi mengatakan bahwa kandungan alkohol di darah ayahnya sangat tinggi, hingga dapat dikatakan, ayahnyalah yang membunuh dirinya sendiri.

Yoongi menjadi sebatang kara dan rasa dendam yang terpendam dalam hatinya makin menyeruak setelah kematian kedua orang tuanya. Semua ini berakar dari Park Jimin. Sejak lelaki itu muncul di keluarganya, semuanya hancur dan musnah. Yoongi harus membalas dendam, dengan cara apapun, untuk membalaskan kesedihan ibunya, dan kematian sia-sia ayahnya.

Sejak itu, dia menyelidiki semua hal tentang Park Jimin, di mana dia tinggal, bagaimana jadwalnya, apa kesukaannya. Semua informasi itu dikumpulkannya baik-baik dan disusunnya. Ketika Yoongi mendapat informasi, bahwa Jimin sering menghabiskan waktunya dengan kekasih-kekasihnya di klub kelas atas ini, Klub Butterfly. Tanpa pikir panjang, Yoongi meninggalkan pekerjaannya sebagai guru di taman kanak-kanak, pindah dari tempat tinggalnya dan melamar sebagai waitress di sini.

Semua butuh pengorbanan, Yoongi menyadari bahwa pembalasan dendam butuh pengorbanan besar. Seperti ketika dia harus berdandan sebagai wanita murahan dengan rok mini dan baju seksi. Kadang malam demi malam harus menahan diri dari siksaan kegaduhan dan hingar binger musik, ataupun harus menahan hati karena banyaknya lelaki lelaki genit yang selalu berpikir bahwa dia wanita murahan yang bisa dibeli. Semua butuh pengorbanan, mahal harganya. Tapi Yoongi merasa itu akan sebanding dengan kepuasan yang akan dia dapatkan nanti. Kepuasan untuk membunuh lelaki itu dalam siksaan menyakitkan, seperti yang dilakukan lelaki itu pada ayah dan ibunya.

Dia sudah mengoleskan racun yang tidak akan terdeteksi, di dasar gelas yang sudah disiapkan khusus untuk Park Jimin malam ini. Park Jimin tidak mau menggunakan gelas yang sama dengan orang lain. Gelasnya ekslusif, khusus hanya dipakai dirinya, dan tadi siang ketika berpura-pura membersihkan bar, Yoongi menyelinap ke tempat penyimpanan khusus itu dan mengoleskan racun yang tidak terdeteksi ke gelas tersebut. Seteguk saja minuman dari gelas yg sudah diolesi racun itu ditelan oleh Park Jimin, maka seluruh dendamnya akan terbalaskan.

.

.

.

Park Jimin merasa muram malam ini. Entah kenapa, dia sedang ingin menghajar seseorang, atau kalau perlu, membunuh seseorang. Malam ini dia datang ke klub bukan untuk bersenang-senang, tetapi untuk mencari masalah. Dengan dikelilingi para bodyguard yang selalu siap menjaganya, meskipun sebenarnya tidak perlu, karena Jimin menguasai beberapa keahlian bela diri. Tetapi ketika kau punya uang banyak, memang lebih baik jika kau membiarkan orang lain melakukan segala sesuatunya untukmu. Pemilik Klub sendiri yang menyambutnya. Tentu saja, mengingat betapa besar hutangnya kepada Jimin. Dengan tergopoh-gopoh lelaki gendut itu menggiringnya ke kursi VIP terbaik.

"Anda bisa memilih siapapun untuk menemani Anda," gumam si pemilik Klub dengan nada menjilat.

Jimin menatap ke sekeliling dengan tak berminat, menatap semua perempuan di sana yang hampir-hampir seperti semut mengelilinginya, dengan tatapan berharap untuk dipilih. Terlalu murahan, gumamnya dalam hati. Semua manusia di dunia ini murahan dan penjilat. Jimin memutuskan tidak memilih siapapun, ketika tatapan matanya terpaku pada perempuan itu. Perempuan yang tampak salah tempat di klub malam mewah ini. Mengenakan baju luar biasa seksi, tetapi tampak tidak nyaman di dalamnya. Tanpa sadar seulas senyum jahat muncul di bibirnya,

"Aku mau dia," gumamnya sambil menunjuk perempuan itu.

.

.

.

"Aku mau dia."

Kalimat itu diucapkan dengan nada malas yang tenang, tetapi gaungnya terdengar ke seluruh ruangan. Entah kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Dan Yoongi merasakan semua tatapan tertuju padanya. Pada dirinya yang sedang bersandar di meja bar, sibuk dengan pikirannya sendiri.

Dengan gugup Yoongi menegakkan tubuhnya, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mata itu. Mata cokelat pucat yang begitu kelam, menyebabkan pupil matanya tampak begitu hitam dan tajam.

"Cepat kesana. Dia menginginkanmu," sang bartender yang berdiri di belakangnya berbisik kepadanya, seolah takut kalau Yoongi tidak cepat-cepat menuruti keinginan Jimin, akan berakibat fatal.

Yoongi mengernyit pada Jimin, mencoba menantang mata laki-laki itu, yang masih menatapnya dengan begitu tajam tanpa ekspresi.

"Apakah… apakah.." Yoongi berdehem karena suaranya begitu serak, "Apakah Anda ingin dibawakan minuman?"

Jimin hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukkan kepalanya.

"Bawakan satu, minumanku yang biasa"

Secepat kilat sang bartender meracik minuman kesukaan Jimin, minuman yang biasa. Tangan Yoongi gemetar ketika menerima nampan minuman itu.

'Sedikit lagi Yoongi..,' gumamnya mencoba menyemangati dirinya sendiri.

'Sedikit lagi semua dendammu akan terbalaskan… sedikit lagi….' Yoongi mengucapkan kata-kata itu bagaikan doa, dengan langkah gemetar dia mendekati Jimin yang duduk bagaikan sang raja, menunggunya.

Diletakkannya gelas itu di meja depan Jimin,

Semoga kau lekas meminumnya dan lekas mati. Doa Yoongi dalam hati.

Tetapi sepertinya Tuhan masih menginginkan Jimin hidup, karena lelaki itu terlihat tidak tertarik untuk menyentuh minumannya. Matanya malahan tertuju pada Yoongi dan memandangnya tajam.

"Duduk." Jimin menjentikkan jarinya. Melirik tempat di sebelahnya.

Sekujur tubuh Yoongi mengejang menerima perintah yang begitu arogan. Tanpa sadar matanya memancarkan kebencian, siapa lelaki ini berani-beraninya memerintahnya seperti ini?

Ketika Yoongi termenung, seorang waitress lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk, menuruti permintaan Jimin. Sehingga dengan terpaksa Yoongi duduk di sebelah Jimin.

"Siapa namamu?" Jimin menatap tajam ke arah Yoongi, sama sekali tidak melirik gelas minuman di mejanya.

Yoongi sudah siap dengan pertanyaan ini, nama samarannya,

"Syubie." Jawabnya kaku

Jimin mengernyit menatapnya dengan seksama, lalu jemari panjang itu tiba-tiba terulur dan menarik dagu Yoongi mendekat, supaya dia bisa mengamati wajah Yoongi dengan cermat,

"Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya di sini"

"Eh… dia… dia pegawai baru kami, tuan Jimin, maafkan ketidaksopanannya, saya belum pernah mengajarinya bagaimana membawakan minuman untuk tamu sepenting Anda," sang pemilik klub menyela dengan gugup. Wajahnya tampak cemas melihat Yoongi melayani tamu pentingnya

dengan setengah hati.

Dengan pandangan memarahi dia memperingatkan Yoongi, "Ayo Syubie perkenalkan dirimu kepada tuan Jimin, tuan Jimin telah memilihmu untuk menjadi pelayan minumannya. Itu merupakan suatu kehormatan untukmu, harusnya kau berterima kasih"

Perintah itu membuat Yoongi menegakkan dagunya dengan angkuh,

"Saya sudah memperkenalkan diri saya, dan saya sudah membawakan minuman untuk tuan Jimin yang terhormat, karena itu saya akan pergi," jawab Yoongi ketus, sambil beranjak dari tempat duduknya, toh misinya sudah tercapai.

Gelas minuman beracun itu sudah ada di meja Jimin, dan sebentar lagi Jimin akan mati karena sesak napas.

Tetapi sebelum Yoongi sempat berdiri, Jimin meraih jemarinya dan menariknya kencang, supaya terduduk lagi. Kali ini di pangkuan Jimin.

"Apa… apaan…," Suaranya terhenti ketika bibir yang keras dan dingin itu tiba-tiba melumat bibirnya. Yoongi memberontak ketika menyadari bahwa Jimin sedang memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas.

Ciuman itu sungguh tak sopan karena bibir dingin Jimin tanpa permisi langsung memagut bibirnya, melumatnya tanpa ditahan-tahan. Lidahnya langsung menyeruak masuk merasakan keseluruhan diri Yoongi, menghisapnya, menikmatinya dan menggilasnya tanpa ampun.

Sekujur tubuh Yoongi terasa terbakar, panas karena amarah dan demam kerena gairah. Lelaki ini sudah jelas-jelas sangat ahli ketika mencumbu perempuan, sehingga Yoongi yang belum berpengalamanpun terbawa oleh gairahnya, mengalahkan kebenciannya. Tetapi pikiran bahwa lelaki ini telah memanfaatkan begitu banyak wanita demi memuaskan rasa arogan dan kekuasaannya membuat Yoongi merasa muak. Dan tiba-tiba muncul kekuatan dari dalam dirinya untuk mendorong laki-laki itu menjauh dan menamparnya sekuat tenaga.

'Plakk!'

Suasana di klub itu menjadi sangat hening. Luar biasa hening. Bahkan musik yang hiruk pikuk itupun terhenti karena semua orang berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap ke arah Yoongi, yang berdiri dengan terengah-engah berhadapan dengan Jimin yang membatu duduk di sofa VIPnya.

Sedetik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkeram lengan Yoongi. Begitu menyakitkan hingga membuat Yoongi menjerit,

"Kurang ajar kau! berani-beraninya memukul Tuan Jimin," teriak sebuah suara berat dan kasar. Yoongi menoleh dan mendapati dirinya ditelikung oleh lelaki berbadan besar yang sepertinya salah satu bodyguard Jimin.

Lengan lelaki itu yang besar dan kuat menahannya sampai tangannya terasa kaku dan sakit. Tapi Yoongi tidak menyerah, dia meronta sekuat tenaga, mencakar, dan menggigit lengan yang tetap terasa sekeras batu itu. Napasnya terengah-engah dan wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa malu karena sebagai perempuan kekuatannya begitu tak berdaya menahan dominasi kekuatan laki-laki.

"Lepaskan dia," suara dingin Jimin terdengar di keheningan.

Orang-orang masih diam menunggu, memusatkan perhatian kepada apa yang akan dilakukan lelaki yang terkenal luar biasa kejam itu pada perempuan yang berani menamparnya. Seketika itu juga, bodyguard Jimin yang berbadan kekar melepaskan Yoongi, membuatnya hampir terjatuh karena kelelahan meronta-ronta.

Mereka berdiri berhadap-hadapan di bawah tatapan mata banyak orang yang menanti. Jimin masih berdiri dengan wajah dingin tak berekspresi sambil mengusap pipinya, bekas tamparan Yoongi.

"Berapa hargamu?" suara Jimin terdengar tenang dan dingin,

Mata Yoongi membelalak, harga? Apa yang dibicarakan lelaki ini? Matanya melirik ke gelas minuman Jimin yang sudah diracuninya di meja. Semuanya berantakan, serunya menahan kekesalan pada dirinya sendiri. Semua gara-gara dia tidak bisa menahan kebenciannya. Seharusnya ketika Jimin melecehkannya dia bisa menahan diri dan berpura-pura menjadi perempuan gampangan, seharusnya dia mau berkorban menahan perasaannya. Setidaknya ketika dia menurut, Jimin mungkin akan merasa senang dan lengah, lalu meminum minumannya itu dan mati. Tetapi sekarang semua sudah terlambat, Jimin tampak tidak tertarik lagi pada minumannya dan tertarik sepenuhnya kepada Yoongi. Lagipula Yoongi tidak bisa berpura-pura menyukai Jimin, kebenciannyaterlalu dalam pada lelaki itu.

Irene, primadona di bar ini mendekati Jimin dengan tatapan merayu. Dialah yang biasanya dipilih Jimin untuk menemani lelaki itu minum ketika Jimin berkunjung, dan sekarang hatinya dipenuhi kecemburuan karena Jimin tampak begitu tertarik kepada anak baru itu. Padahal kalau dilihat dari kecantikannya, anak baru itu jauh lebih jelek daripada dirinya,

"Sudahlah Jimin," Irene menyentuhkan tangannya di kerah baju Jimin,

"Perempuan jelek itu tidak akan bisa memuaskanmu, lebih baik biarkan aku yang menemani… Aduhhh!"

Irene mengaduh karena Jimin merenggut tangannya yang meraba kerah baju Jimin. Jemari Jimin mencengkeramnya dengan kekuatan tak ditahan-tahan lagi, menyakitinya hingga terasa menusuk ke tulang,

"Menyingkir," gumam Jimin dengan tatapan membunuh pada Irene, lalu menghempaskan tangan Irene dengan kasar sehingga tubuh Irene terdorong menjauh. Sambil meringis menahan nyeri dan kesakitan Irene lekas-lekas menjauh.

"Nah,"

Jimin memusatkan mata dinginnya kembali ke Yoongi,

"Katakan berapa hargamu, dan aku akan membayarnya"

.

.

.

Aku harus memiliki perempuan ini.

Jimin memutuskan dalam hati. Aku harus memilikinya segera.

Tuhan tahu dia sudah berusaha menyelamatkan perempuan ini. Tetapi entah kenapa perempuan satu ini memiliki tekad yang kuat untuk mencelakainya, hingga lupa bahwa dia sudah menantang lelaki paling berbahaya.

Mata Jimin melirik gelas yang diletakkan Yoongi di mejanya, dia tahu kalau dia diracuni. Yoongi terlalu tidak berpengalaman dalam usaha pertamanya membunuh orang. Tangannya gemetaran dan matanya gugup, berkali-kali melirik ke gelas minuman itu. Dan juga nama palsu yang menggelikan itu.

Yoongi bahkan tidak menyadari bahwa penyamarannya sudah terbongkar dari awal. Sebenarnya tadi Jimin memutuskan untuk menertawakan Yoongi diam-diam, dengan pura-pura akan meminum-minuman beracun itu. Tapi bibir ranum itu, dan penampilan Yoongi yang luar biasa seksi memunculkan sisi iblis dalam dirinya, sisi Iblis yang kehausan.

Mungkin sudah waktunya perempuan yang satu ini menerima pelajaran atas kenekatannya.

.

.

.

Yoongi tertegun marah mendengar pelecehan Jimin atas dirinya. Berapa harganya? Hah! Dia pikir dia raja yang bisa membeli apa saja yang dia mau? Lelaki iblis ini harus diajari, bahwa meskipun banyak perempuan yang bertekuk lutut di kakinya dan memohon-mohon untuk dimilikinya, ada perempuan yang tidak sudi disentuh olehnya.

Dengan marah Yoongi mendongakkan dagunya menantang Jimin,

"Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Anda," gumamnya kasar

Suara di seluruh klub itu langsung dipenuhi dengungan gelisah menanti rekasi Jimin.

Tidak disangka-sangka Jimin tersenyum. Lalu melirik kearah bodyguardnya,

"Tidak ada sesuatupun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," gumamnya datar dan memberikan isyarat tangannya kepada para bodyguardnya.

Semuanya berlangsung cepat; Yoongi tidak sempat lari ataupun panik, karena tiba-tiba bodyguard Jimin yang berbadan paling besar, merenggutnya kasar, mengangkatnya, lalu membantingnya di pundaknya seperti sekarung beras.

Sekejap dipenuhi rasa pusing karena posisi kepalanya dibalik mendadak, Yoongi tersadar bahwa dia sudah diangkat keluar dari klub itu. Sekuat tenaga Yoongi mencoba memberontak. Tangannya memukul-mukul punggung bodyguard itu dan kakinya menendang-nendang keras sambil berteriak-teriak menahan marah dan frustasi.

Tetapi tubuh bodyguard itu sekeras batu, tidak bereaksi atas pemberontakan Yoongi. Percuma meminta tolong, karena Yoongi yakin tidak akan ada yang berani menolongnya. Semua pengunjung klub yang pengecut itu hanya menatap kejadian di depan mereka dengan muka bodohnya. Sang pemilik klub masih memandang takjub Jimin yang melenggang dengan santai meninggalkan ruangan dengan Yoongi yang meronta-ronta dan menjerit-jerit dalam gendongan bodyguardnya.

.

.

.

Sesampainya di tempat parkir Yoongi diturunkan. Sedetik setelah dia diturunkan, Yoongi berlari sekuat tenaga berusaha menjauh. Tetapi baru beberapa langkah, tangan sekeras batu itu menangkapnya lagi.

Yoongi meronta tapi tak bisa berontak, dengan frustasi dia menggigit sekuat tenaga tangan yang mendekapnya itu. Sang bodyguard mengaduh sambil mengumpat-umpat,

sedangkan Jiminhanya menatap kegaduhan di depannya

sambil terkekeh geli.

Yoongi mencoba berontak, menggigit, dan menendang sampai kelelahan. Dia menatap Jimin terengah-engah dengan pandangan penuh kebencian, masih dalam cengkeraman kuat tangan bodyguard Jimin. Jimin membalas tatapannya dengan senyum manis yang jahat,

"Kalau kau berjanji mau bersikap baik, mungkin aku akan menawarimu tempat yang nyaman, di sebelahku di dalam mobil"

"Mati saja kau!" sembur Yoongi penuh kemarahan.

Jimin terkekeh lagi,

"Oke, kau yang minta," dengan isyarat anggukan kepala,

Jimin memberi perintah pada para bodyguardnya,

"Masukkan dia ke bagasi"

.

.

.

Tbc.

Heihooo~ Jims balik lagi bawa remake novel karya Santhy Agatha. Gatel ih mau bikin minyoon version. Seperti perkataan Jims di atas, ada perubahan-perubahan seperti misalnya nama lokasi atau Negara karena disesuaikan juga sama MinYoon sendiri, selebihnya murni dari karya tante Santhy Agatha. Tapi mungkin nanti ada ditambah bumbu bumbu manis lagi dari Jims. xD akhir kata,

Review, please?

Jimsnoona