N A U G H T Y

By Hanluxx1220

Main cast: Xi Luhan-Oh Sehun

Pairing: HunHan

DLDR! Siders? Bengkak~

Disclaimer: All cast milik TYME dan orangtua masing-masing. Semua ide cerita milik author dan author hanya meminjam namanya saja.

.

.

Summary: Wajah si manis ini menipu sekali. Berbanding terbalik dengan sifat nakal yang dimilikinya. "Astaga, bocah ini. Bisakah kau berhenti?"-Sehun. "Seh-, maksudku sunbae tampan! Tunggu aku!"-Luhan.

.

Menyebalkan sekali. Itulah kalimat yang terus digumamkan oleh pria yang memiliki rambut berwarna tosca pucat dengan model hair up yang dibuat sengaja berantakan. Seragamnya pun sudah tidak beraturan. Kemejanya di luar dengan dua kancing atas yang tidak terkancing. Lengannya digulung sampai siku. Jas sekolahnya hanya ia sampirkan di bahu. Dasi pun tidak terlilit rapi di leher jenjangnya. Suara krasak-krusuk yang dibuat olehnya pun membuat si pria jakung dengan alis yang menukik seperti angry bird itu berdecak kesal.

"Yya! Bisakah kau pelan-pelan? Kau membuatku pusing!"

"Diam kau. Bisakah kau tidak menggangguku? Jika aku sampai terlambat, tamat riwayatku! Appa akan menyita semua fasilitasku selama dua bulan!"

"Kau ini tidak sopan sekali. Aku hyung mu. Dan kau seolah-olah sedang bicara dengan teman-temanmu."

"Sudah kubilang diam, Kris."

Oh, ingatkan Kris untuk menyumpal mulut kurang ajar adiknya dengan tongkat baseball kesayangannya nanti.

"Dimana ponselku?"

"Tadi kau menyuruhku untuk diam 'kan?"

"Sialan!"

Si rambut tosca itu pun berlari cepat ke kamarnya yang berada di lantai dua.

"Kenapa rumah ini besar sekali, sih?!" Lagi-lagi gerutuan tak bermutu dikeluarkan olehnya.

Ia tersenyum puas saat menemukan ponsel hitam yang tertutup case bergambar tengkorak berada di atas ranjangnya king size miliknya.

"Yya! LUHAN! CEPATLAH!"

"YA! dasar tiang listrik itu." Pria bertubuh minimalis yang dipanggil Luhan itu segera menghampiri Kris dan merampas kunci mobil yang ada di tangan hyungnya itu.

"Aku yang bawa mobil." Ujar Luhan yang mengedipkan sebelah matanya.

"Aku tidak yakin dia benar-benar adikku. Miris sekali." Gumam Kris sambil menggelengkan kepalanya dramatis.

.

.

.

.

.

Mobil Benz berwarna putih berpadu hitam itu memasuki halaman yang sangat luas dengan pemandangan yang sangat menyegarkan. Bagaimana tidak? Para siswa dan siswi yang berlalu lalang memiliki wajah yang bisa dikatakan sempurna. Para gadis dengan wajah dan kulit mulus putih bersihnya lewat satu persatu dihadapan dua pria yang baru turun dari mobilnya.

Oke. Setidaknya itu pemandangan indah menurut Kris. Tidak untuk Luhan. Ia lebih menyukai seseorang yang memiliki tubuh tegap dengan ABS permanen pada dada dan perutnya. Wajah tampan yang mampu membuat Luhan lemas dalam satu kedipan mata. Benar-benar tipe seme idaman Luhan.

"Hai Lu." Sapa seorang pria yang memiliki senyum malaikat tanpa dosa. Tentu saja Luhan terpesona. Bahkan ia juga menyukai sosok dihadapannya ini. Bisa dibilang dia seorang visual sekolah karena tingkat kecerdasannya yang diatas rata-rata. Tentu saja karna ketampanannya juga.

Perlu diketahui, Luhan baru 3 hari pindah ke Seoul International SHS ini lantaran kenakalannya di sekolah yang lama sudah melewati batas. Membolos, berkelahi, sangat jarang mengikuti pelajaran sekolah. Yah, Luhan berpikir kalau ia sudah pintar. Jadi tidak perlu mengijuti pembelajaran lagi. Terbukti dari nilai ulangannya yang selalu tinggi. Padahal saat ujian ia hanya menjawab asal-asalan. Keberuntungan memang selalu berpihak pada anak ini.

Jujur saja. Luhan sempat merajuk dan meraung-meraung agar tidak pindah sekolah. Ia sangat mencintai teman-teman balapnya disana. Namun setelah pemuda berdarah China itu mengetahui banyak pria tampan disini, akhirnya Luhan mulai sedikit menyukai sekolah barunya.

"Hai, Junmyeon. Kau belum ke kelas?"

"Sudah berapa kali kubilang ucapkan "hyung" pada yang lebih tua!" Sambar Kris yang memberi jitakan lumayan keras di pucuk kepala Luhan.

"Tidak apa Kris. Dan Lu, panggil aku Suho saja. Aku juga tidak terlalu suka dipanggil hyung. Terlihat tua sekali." Kekeh Suho.

"Ah ya, Suho. Aku harus ke kelas dulu. Kalau Choi ssaem sudah di kelas bisa gawat nanti. Bye!" Ujar Luhan.

"Eh? Bye." Balas Suho. Sedangkan Kris hanya mendengus malas dengan sifat adiknya yang sok manis di depan Suho.

"Bukankah kita juga ada kelas? Ayo cepatlah." Ajak Kris. Suho hanya mengangguk dan berjalan di samping Kris.

.

.

"LUHAN..." Luhan hampir terjungkal ke belakang saat semua orang di kelas menyerukan namanya saat ia baru masuk ke dalam ke kelas. Luhan memang sangat cepat terkenal. Entah karena parasnya yang mempesona atau karena sifatnya yang sangat nakal dan genit. Luhan hanya ternyum pada teman-teman kelasnya dan mendudukkan dirinya di bangku yang berada di pinggir tembok agar ia bisa menyandar.

"Lu, PR fisikamu sudah selesai?" Tanya pria berdimple manis yang duduk di sebelah Luhan.

"Hoh? Lay? Memangnya ada PR ya?"

"Ya. Kurasa kau belum mengerjakannya." Tebak Lay malas. Luhan hanya memberikan cengiran manisnya membenarkan tebakan Lay.

"Memang belum. Biarkan saja. Paling-paling aku hanya disuruh keluar oleh Choi ssaem."

"Tapi kan ini pengambilan nilai juga, Lu."

"Santai saja. Tidak masalah untukku."

"Aku tidak akan membantu jika kau benar-benar dihukum."

"Ya, ya. Terserahmu saja."

Srash!

Bunyi pukulan penggaris besi yang menabrak meja guru membuat para siswa langsung diam dan duduk di tempat masing-masing. Tatapan tajam Choi ssaem menyapu seluruh kelas. Tatapannya berhenti pada pria bermata rusa yang hanya memejamkan matanya acuh dengan bersandari pada kursi nyamannya.

"Xi Luhan!"

"Ne?"

"Maju ke depan!"

Luhan agak bingung kenapa tiba-tiba ia dipanggil ke depan. Namun ia menurut dan berjalan ke depan kelas.

"Kau!" Luhan sedikit memundurkan kepalanya saat Choi ssaem menunjuk wajahnya dengan penggaris besi.

"Kau tau apa peraturan sekolah ini?" Luhan menggeleng karena memang ia tidak tau. Hey, ia baru tiga hari sekolah disini. Walaupun saat pendaftaran harusnya Luhan mendengarkan semua yang dikatakan oleh Kim seonsaengnim, kepala sekolah. Namun itu bukan salahnya. Salahkan telinganya yang hanya mendengar lagu lewat headsetnya saat itu.

"Pertama! Pakai dasimu dengan benar!" Luhan menelan ludahnya kasar dan langsung merapikan dasinya.

"Kedua! Masukkan kemejamu ke dalam celana!" Dengan cekatan Luhan memasukkan kemejanya.

"Kau tau apa selanjutnya kan?" Luhan mengumpati guru di depannya. Ia selalu kesal jika disuruh mengenakan atribut yang menggerahkan bukan main. Jas hitam agak kebiruan itu dipakai Luhan dengan wajah yang jelas sekali tidak rela.

"Sebelum aku menyuruhmu duduk, aku ingin melihat PR fisikamu terlebih dahulu. Apakah sudah dikerjakan Xi Luhan?" Tanya Choi ssaem dengan senyum manisnya. Luhan menyengir lucu sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Kalau begitu, kau bisa keluar dari kelas dan berdiri di depan tiang bendera sampai bel istirahat berbunyi. SE-KA-RANG!" Lay meringis ngeri melihatnya. Bahkan Luhan yang dihukum hanya mengendikkan bahunya acuh dan berjalan keluar kelas dengan senang hati.

Saat sudah keluar dari kelas, Luhan menghela nafas lega sambil mengelus dadanya dengan jantung yang berdegup kencang. Tadi itu sangat mengerikan. Namun Luhan tidak ingin menunjukkan ketakutannya.

"Kira-kira Kris ada di kelasnya atau tidak, ya? Aku bisa minta bantuan padanya agar aku tidak jadi dihukum. Yang benar saja, matahari sangat terik saat ini. Dan aku harus berjemur di depan tiang bendera? What the hell?"

Luhan berjalan lumayan cepat ke kelas Kris sambil bersenandung tak jelas.

Buk!

"Aw!" Luhan mengusap bahu kirinya yang lumayan nyeri karena seseorang menabraknya.

"Oh! Maafkan aku. Aku sedang terburu-bu... Kau? Xi Luhan, kan? Murid baru itu?"

"Ah? N-ne." Luhan menatap lama wajah pria yang baru saja bertanya padanya. Ia sedikit memicingkan mata rusanya dengan senyum tipis. Tampan sih, ani! Dia cantik. Luhan tidak menyukai yang cantik-cantik.

"Aku Byun Baekhyun. Kau bisa memanggilku Baekhyun. Astaga, aku lupa! Aku sedang buru-buru! Aku duluan, Luhan!" Sembur Baekhyun yang langsung berlari meninggalkan Luhan yang sudah bisa menyimpulkan sifat Baekhyun. Dia sangat cerewet.

Luhan kembali melangkahkan kaki-lumayan- panjangnya ke kelas Kris yang berada di lantai 2. Koridor sepi sekali jika jam pelajaran sedang berlangsung.

Luhan tersenyum saat mendapati Kris sedang merapikan seragamnya di kelas. Untung sedang tidak ada guru disini. Jadi Luhan bisa bicara bebas.

"Oy! Kris!" Kris menoleh saat mendengar suara cempreng-walaupun merdu-adiknya yang sedang tersenyum lebar sambil melambaikan tangan padanya.

"Kenapa kau kemari?"

"Kris-ah, tolong aku." Pinta Luhan yang memeluk lengan Kris lengkap dengan puppy eyesnya. Mengabaikan tatapan gemas dari teman-teman Kris di ruangan itu.

"Wae?"

"Aku dihukum oleh Choi ssaem. Aku disuruh berdiri di depan tiang bendera sampai bel istirahat berbunyi. Bagaimana bisa kau membiarkan adik kesayanganmu berdiri di bawah teriknya matahari begitu?" Kris memutar bola matanya malas. Adiknya ini sangat manis jika ada maunya.

"Tidak boleh. Kau pasti membuat kesalahan. Aku tidak mau membantumu!"

"Aish! Jahat sekali. Ayolah, kau kan wakil ketua organisasi siswa. Kau juga mengurus yang seperti ini kan?"

"Bukan aku yang menghukum. Aku hanya menggantikan ketua organisasi siswa jika dia tidak ada."

"Kris... Jebal..." Luhan sudah mencebikkan bibirnya lucu dengan mata yang mengerjap cepat sehingga mata rusanya berair. Kris mendengus dan memalingkan wajahnya agar tidak terpengaruh pada jurus andalan Luhan.

"Oh Sehun, urus anak ini. Kau yang bertanggung jawab." Yang dipanggil Oh Sehun menoleh dan menghela nafasnya. Sudah berapa siswa yang ia urus pagi ini?

"Ada lagi?" Sehun menghela nafasnya pasrah. Kemudian ia melihat ke arah Luhan yang masih memohon-mohon pada Kris.

"Dia murid baru? Aku belum pernah melihatnya." Tanya Sehun.

"Ya. Baru tiga hari."

"Kekasihmu?"

"Mwo?! Mana mungkin aku punya kekasih serupa anak ini? Dan sialnya dia adalah adikku." Jawab Kris sakartik.

"Astaga mulutmu... Aku akan melaporkannya pada eomma!" Ujar Luhan kesal.

"A-ah! Aku tarik ucapanku!"

"Good."

"Hei kau, murid baru! Ikut denganku sekarang juga."

Luhan menyernyitkan keningnya dan melihat ke arah orang yang memanggilnya. Rahang Luhan jatuh seketika saat melihat pria dengan mata tajam berdiri tepat 50 cm di depannya.

"Oh my god." Gumam Luhan tanpa sadar. Senyum perlahan mengembang di wajah manisnya. Sehun hanya menatap aneh pada Luhan yang memasang ekspresi bodohnya.

"Yya! Kau melihat apa? Cepat ikut aku." Ujar Sehun datar.

"Omo! Kris, dia tampan sekali." Bisik Luhan.

"Astaga anak ini! Cepat pergi atau aku tidak jadi membelikanmu jam tangan keluaran terbaru yan kau lihat kemarin."

"Kau ini selalu mengancam seenaknya. Lihat pembalasanku nanti!"

Luhan berjalan ke arah Sehun dengan senyum manis miliknya.

"Namamu siapa?" Tanya Luhan.

"Jangan banyak bicara. Hanya ikuti aku agar semua cepat selesai." Ujar Sehun yang sudah berjalan mendahului Luhan. Sedangkan yang lebih kecil menyusul diirigi gerutuan lucu yang keluar dari bibir mungilnya.

"Menyebalkan sekali. Untung kau tampan. Jika tidak, sudah ku lempari wajahmu dengan kaos kaki angry bird milik Kris." Gumam Luhan.

.

.

.

Gila? Bisa dibilang iya. Luhan gila. Bagaimana tidak? Jika orang akan pingsan saat dijemur di bawah panasnya matahari selama ini, maka Luhan hanya tersenyum menikmati semuanya. Padahal dua jam yang lalu ia masih merengek agar tidak dihukum seperti ini.

Alasannya hanya satu. Si ketua organisasi siswa yang memiliki wajah terlalu tampan sedang mengawasi dirinya dari pohon pine dan bersandar disana sambil memainkan ponselnya. Sesekali ia melihat ke arah Luhan, jaga-jaga kalau bocah itu sampai kabur.

"Dia sangat tampan..." Lagi-lagi Luhan mengagumi betapa sempurnanya wajah kakak kelasnya itu.

Mata tajamnya, alis tebalnya, rahang tegasnya, hidung mancungnya, semua itu Luhan menyukainya. Sangat. Terlebih bibir tipis berwarna pink segar yang entah sudah berapa kali dijilat oleh pemiliknya. Sungguh, demi kaki panjang Kris, demi boneka bambinya, demi apapun itu Luhan sangat ingin mencium bibir itu. Ya tuhan... Pikirannya kotor sekali.

Penampilan Sehun pun sangat rapi. Wajar, dia ketua organisasi siswa. Jadi, harus mencontohkan hal-hal yang baik kan? Rambutnya pun hitam namun masih dengan gaya modern sehingga wajahnya terlihat seperti pangeran.

Luhan menegakkan tubuhnya saat Sehun berjalan ke arahnya dengan sedikit menunduk karena silau.

"Hukumanmu sudah selesai. Lain kali jangan membuat kesalahan lagi. Minumlah, aku tau kau haus" Ujar Sehun yang menatap Luhan datar dan memberikan air mineral dingin yang entah darimana ia dapatkan. Kemudian ia berbalik meninggalkan Luhan yang memekik tertahan.

"Kyaa... Dia manis sekali. Aku akan menemui Lay!"

.

.

"Bagaimana bisa?"

"Tentu saja bisa."

"Tapi jika fans Sehun sunbae sampai tau kau menyukainya, kau bisa babak belur."

"Oh... Namanya Sehun, ya?"

"Yya! Aku serius!"

"Bahkan hampir seluruh siswa di sekolah ini adalah penggemarku, Lay." Luhan memang benar. Walaupun ia murid baru, ia sudah memiliki beratus-ratus penggemar.

"Tapi..."

"Sudahlah. Intinya, aku menyukainya. Sangat menyukainya!" Ujar Luhan kembali mengacak rambutnya. Lay hanya menghela nafas dan kembali memakan rotinya.

.

.

.

.

.

TBC

Hohoho... Bawa ff receh nan gaje baru gue. Muehehehh. Silahkan review, apa ff ini pantes lanjut atau kagak. Jangan cuma review Next atau Lanjut doangan ay... Butuh saran yaw,

OFM bakal gue update habis bulan puasa, kkk. Rate M soalnya XD.

Siyu~

.

13.13 WIB

14 Juni 2017