Selendang Merah Ibu
oleh: Rarachiii
disclaimer: Naruto, Masashi Kishimoto
Poetry.
Naruto U. / Kushina U.
.
.
.
.
.
Karena ibu, apiku padam.
Remuk dalam redam.
.
.
.
Pada pertapaan yang suci, kau kalungkan jalinan bebungaan dari kaki gunung.
Menjalinnya erat-erat pada nadi, alirkan cinta kasih tak berkesudahan.
Aku mengerjap, menatap tepian surai sehalus serat emas murni yang rapuh.
Ibu, mengapa tak kau hentikan saja air yang bermuara ke dagu?
Padaku, yang kau tatap nanar.
Anakmu yang masih merah.
.
.
.
Terbit bingkai alam di bola mata keunguanmu. Dimana ada puncak gunung salju abadi,
pun, padang pasir kuning yang menenggelamkan para musafir beserta kudanya.
Kau tunjukkan dunia walau hanya sekilas.
Berharap anakmu, aku, yang masih merah ini, tahu bentang semesta.
Berharap aku segera tahu, bahwa alam itu indah sekaligus jadi rintang yang memberi luka tak terperi.
Sebelum pedang menghunus, dan napasmu tersusut satu-satu, aku mengerling manja.
Aku tak tahu apa-apa.
.
.
.
Bahwa mata itu, berserta biasnya...
Bahwa surai nil-mu yang semerah burat senja di telan cakrawala..
Bahwa apimu padam..
Aku tak tahu. Aku yang masih merah.
.
.
.
Dan serangkum bebungaan, menyertai dekapanmu
Melingkari cinta kasih tak berkesudahan.
Selendang merahmu
Akan ku peluk sampai...
Kutemu dirimu.
.
.
.
Karena ibu, apiku padam.
Meracau pada kehidupan.
Menyumpah pada ketidak-adilan.
Kedinginan tanpa atap dan dekap.
Sendiri, mengadu pada alam yang tak benar-benar mendengar.
Apiku padam.
Menghimpit remuk dalam redam.
20.05.17
11.53
