Teman kencan (Tak Terlupakan) Namikaze Ex-black

Naruto Masashi Kishimoto

Genre Romance

Warning : Out of Character, Another Universal

Naruto and Sakura Fanfiction

Cinta pertama Sakura adalah Sasuke. Tapi jangan salah.. Bayangan yang selalu menghantuinya selama 14 tahun ini malah Namikaze Naruto. Ia yang tak mungkin terlupakan.

Chapter 6

"Hai Pig. Tumben kau menelponku pagi pagi buta begini?" Seorang gadis dengan surai pink sebahu nampak berbicara dengan ponsel pintar yang diloudspeaker disebuah meja rias berwarna putih. Kedua tangannya sibuk mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil.

"Apa tidak boleh teman sendiri menelepon pagi-pagi buta begini," terdengar suara melengking dari ponsel tersebut.

Si gadis pink memicingkan matanya sedikit. "Aku tidak tuli Pig. Kau tidak perlu berbicara sekeras itu padaku." Ia merasakan kupingnya sedikit berdengung mendapat teriakan dari sahabatnya itu.

"Aku sedang hamil Sakura. Dan suaraku tidak keras. Ini nada standart," sekarang suara seseorang yang dipanggil Pig itu turun beberapa oktaf dari jeritannya yang tadi. Yap.. Drama Queen beraksi. Ino merajuk.

Sakura—nama si gadis pink menghela nafasnya pelan. Ia lalu beranjak dari duduknya dan meletakkan handuk ke tempat biasa ia menjemurnya. "Oke-oke. Tuan Putri Yamanaka Ino yang terhormat," Sakura kembali ke tempat duduk meja riasnya dan mengambil hair dryer di lacinya. "Lakukan apapun yang kau mau."

"Yayyy," suara diseberang sana terdengar begitu riang.

Sakura menghela napasnya lagi. Oke. Akhir akhir ini ia sedikit kesulitan menghadapi Ino yang moodnya suka naik turun dengan sendirinya. Ia sedang hamil anak pertamanya. Ia tahu dan sangat tahu sahabat dari kecilnya itu sangat cerewet. Namun tidak tahu bahwa bilamana Yamanaka Ino hamil maka kecerewetannya plus merajuknya akan bertambah 10 kali lipat. Bahkan suami Ino sendiri—Sai kadang frustasi memikirkan cara bagaimana menghadapi istri hamilnya itu.

"Jadi? Ada apa?" Sakura sudah mulai mencolokkan kabel pengering rambutnya ke tembok.

"Aku memiliki satu kabar mengejutkan untukmu," nada suara Ino berubah. Ia terdengar misterius sekarang.

"Apa itu?" kedua alis Sakura bertaut bingung. Ia memilih menyisir pelan rambutnya sembari menunggu Ino selesai berbicara dengannya. Ia tidak ingin bertelpon sambil mengeringkan rambutnya sekaligus. Pasti akan membuat ia bicara dengan berteriak dan kesulitan mendengar suara penelponnya. Cukup Ino saja yang berteriak-teriak sekarang.

"Kemarin aku bertemu dengan Sasuke-kun?" jerit Ino antusias diseberang sana.

Sakura menaikkan satu alisnya. "Lantas?" suaranya terdengar cuek. Ia terus melanjutkan kegiatan menyisir rambutnya.

"Lantasss?" Ino tidak hanya berteriak normal sekarang. Kali ini ia histeris. Begitu histeris hingga terdengar ditelinga Sakura seakan-akan bagi Ino tidak ada hari esok.

"Hanya begitukah tanggapanmu?" bahkan walau telepon kali ini diloudspeaker oleh Sakura dan Ino ada jauh di sana, ia merasa seperti Ino sedang berteriak-teriak tepat disebelah telinganya.

"Lalu kau berharap aku akan bereaksi seperti apa, Ino.." Sakura memutar bola matanya bosan.

"Bukankah dulu kau sangat menyukainya. Hingga bertahun-tahun mencari informasi tentangnya."

Ia terdiam sejenak dan dapat melihat pantulan dirinya di kaca sedang meringis pedih. Sakura mulai mengingat masa lalu. Sasuke adalah cinta pertamanya. Semua orang di sekolahnya tahu itu. Namun itu hanyalah masa lalu.

"Benar Pig. Tapi sebenarnya aku sudah pernah betemu dengannya belum lama ini," Sakura memelankan suaranya saat mengatakan hal ini.

"Benarkah? Bagaimana bisa?"

"Bagaimana bisa?" Sakura menaikkan dua alisnya. "Kalau memang bisa, lantas mengapa harus tidak tidak bisa, Pig."

"Lalu lalu? Apa yang terjadi diantara kalian?"

Ck, Ino dan bakat mode detektif gosipnya telah aktif.

"Tentu tidak ada yang terjadi Pig. Kami hanya mengobrol tentang beberapa hal kecil saja," Sakura kembali meringis setelah mengingat ia menyebut 'hal kecil' barusan. Ya.. Hal kecil yang belum bisa ia lupakan. "Lagi pula ia sudah bertunangan sekarang dan sebentar lagi akan menikah?" tambahnya.

"Serius kau?" teriak Ino. Entah ini sudah keberapa kalinya si pirang itu berteriak padanya pagi ini. "Dengan siapa?"

Sakura terdiam. Sampai beberapa saat ia ragu harus mengatakannya atau tidak.

"Hyuuga.. Hyuuga Hinata." Ia sedikit merendahkan suaranya saat mengatakan nama itu. Nama yang selalu mengusik pikirannya beberapa tahun ini di benaknya.

"Apa? Hinata? Hinata yang suka Naruto? Naruto yang menyukaimu dulu?" Ino makin penasaran.

Dan ugh.. telak. Ino menyebut nama itu. Nama yang telah bertahun tahun tidak ia dengar. Tidak ia jumpai orangnya. Tidak ia ketahui kabarnya. Namun selalu berputar dalam benaknya.

"Begitulah Pig.. aku.." belum selesai sakura menyelesaikan biacaranya Ino menyelanya lebih dulu dengan suara orang ingin muntah.

"Gomen Sakura. Aku akan menelponmu dulu lagi. Hoekk. Kau berhutang penjelasan padaku..." kata Ino langsung memutus sambungan teleponnya. Sakura merasa sedikit bersyukur Ino mengalami morning sickness pada saat-saat seperti ini. Pembicaraannya dengan Ino adalah salah satu jenis pembicaraan yang sangat ingin ia hindari.

Dilirkinya pasrah teleponnya yang telah mati itu. Ia lalu terdiam menatap bayangan dirinya di cermin. Usia berapa ia sekarang? Dua puluh delapan tahun. Ini adalah tahun keempat belasnya tidak pernah bertemu lagi dengan Naruto. Seseorang yang telah mencuri ciuman pertamanya. Sekaligus hatinya saat itu juga. Ia mersakan nyeri di dadanya.

Di usianya yang sudah menginjak dua puluh delapan, ia masih tidak bisa melupakan lelaki itu. Namikaze Naruto. Seseorang yang menghilang begitu saja dari hidupnya setelah mencuri ciuman pertamanya.

Ditempat lain seorang pria dewasa dengan surai kuning pendek duduk di sebuah balkon apartemen sambil menikmati secangkir kopi paginya ditemani oleh hembusan angin. Lamat-lamat terdengar sebuah lagu dari ponsel yang ia letakkan disamping cangkir kopinya. Lagu favoritnya.

Nothing's gonna change my love for you..

You oughta know by now how much I love you..

One thing you can be sure of..

I'll never ask for more than your love..

Pria itu menyesap kopinya perlahan. Lagu ini selalu membuatnya bernostalgia dengan masa lalu.

Sejurus kemudian sebuah nama meluncur dari bibirnya.

"Sakura-chan.." suaranya nyaris tak terdengar saat mengucapkan nama itu. Ia menutup matanya saat menggumamkan sebuah nama yang bertahun-tahun masih menghantuinya. Cinta pertamanya.

Tak lama kemudian ponselnya berdering. Menginterupsi lagu favoritnya yang kini berganti dengan nada panggilan masuk.

"Ck," ia mendecak kesal. Ia selalu kesal apabila kegiatan favoritnya diganggu. Namun melihat nama pemanggil di ponselnya ia luruhkan perasaan tersebut.

Teme is Calling. Begitulah tulisan yang tertera di layar ponselnya sekarang. Seringai muncul dari bibirnya.

"Hai teme. Aku sudah sampai. Apa kabarmu?" suara pria kuning itu nampak antusias berbicara dengan penelponnya di seberang sana.

"Hn baik," hanya itu yang terdengar dari sang penelpon diseberang sana.

"Aku tinggal di apartemen dekat kantor sekarang," lanjut si kuning sambil menyesap kopinya kembali. Ia melirik isi didalam cangkirnya. Tinggal separuh. Ia mengatakan dalam hati mungkin ia akan kembali membuatnya lagi setelah ini.

"Sewa?" tanya suara itu terdengar dingin. Namun pria kuning itu tahu bahwa ada rasa penasaran terselip pada nada bicara itu.

"Kau mengejekku?" si pria kuning menaikkan sedikit sudut bibirnya.

Terdengar suara tawa sinis diseberang sana. "Oke oke. Aku tahu? Mana mungkin pewaris Namikaze Grup menyewa."

"Dan bagaimana bisa seorang Uchiha bercanda," tanyanya dengan nada mengejek.

Si penelpon tidak menjawab. Lalu terdengar suara decihan kecil dari seberang sana.

"Bagaimana rasanya pulang ke Jepang setelah sekian lama Naruto? Dobe.."

Ya.. pria kuning itu adalah Namikaze Naruto.

"Biasa saja," jawab Naruto datar.

"Bagaimana bisa bicaramu sekarang bahkan lebih sedikit dariku?" ejek suara diseberang.

"Dan bagaimana bisa Uchiha Sasuke sekarang bicara panjang lebar seperti itu," tak ingin kalah, Naruto membalas kembali ejekan itu. Seperti biasa. Perasaan tak ingin kalah satu sama lain yang selalu terjadi diantara keduanya. Bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun.

Mereka lalu tertawa bersamaan.

"Aku tahu kau merindukanku teme," Naruto berbicara dengan suara manja yang dibuat-buat.

"Jaga bicaramu atau kubakar dirimu dengan api abadi sekarang," ancam Sasuke.

"Kau masih sinis seperti dulu teme, dattebayo.."

"Tidak bisakah kau menghilangkan dattebayomu itu bodoh."

Naruto hanya tertawa kecil. Tidak menjawab ejekan Sasuke kali ini. "Bagaimana persiapan pernikahamu?" ia membuka topik lain.

"Hampir selesai."

"Apa kabar.. Hinata?" suara Naruto mengecil saat ia menyebutkan nama Hinata. Ada perasaan berkecamuk yang menghinggapi hatinya setiap mengingat gadis itu. Perasaan bersalah tepatnya.

"Sangat baik sekarang."

Naruto menghela napasnya lega mendengar jawaban Sasuke. "Sampaikan salam permintaan maafku padanya."

"Tentu." Naruto tak dapat menebak bagaimana wajah Sasuke saat mengucapkan kata ini. Namun telinganya dapat menangkap sebuah keraguan dari nada bicara sahabat lamanya itu.

Hening setelah itu. Tak ada yang memulai pembicaraan hingga Sasuke bersuara lagi.

"Ayo main billiard nanti siang," ajak Sasuke.

"Aku ada meeting dengan direksi nanti, teme."

"Ck, bagaimana malam nanti?"

"Oke. Kirimi aku lokasimu bila kau sudah tiba disana."

"Hn."

Naruto menghela napasnya pelan. Sahabat sedari kecilnya itu memang selalu irit bicara. Ia sempat mengira bahwa selain irit bicara mungkin keluarga Uchiha juga sangat kaya karena mereka irit uang. Namun suatu kali ia tepis jauh-jauh pertanyaan konyol itu karena ia tahu semua Uchiha memang sangat kompeten dalam bekerja.

"Oke. Aku tutup dulu teme," Naruto mengakhiri pembicaraan. Namun ponselnya tidak kunjung ia tutup. Ia menunggu sampai sahabatnya itu menggumamkan kembali kata 'hn' ciri khasnya.

Hening kembali beberapa saat. Naruto sedikit merasa aneh dengan Sasuke kali ini. Dan ternyata Sasuke malah membuka pembicaraan lain.

"Aku bertemu sakura beberapa waktu yang lalu,"

Kata-kata Sasuke sukses membuat mata Naruto membulat sempurna. "Ia mencarimu," Sasuke menambahkan.

Mencariku? Benarkah?

Hatinya sedikit menghangat mendengar Sakura mencarinya. Namun sejenak ia kembali berpikir. Ini tidak masuk akal. Untuk apa Sakura mencarinya. Setahu Naruto yang Sakura cari selama ini adalah Sasuke. Bukan dirinya. Naruto tahu dan sangat tahu bagaimana perasaan gadis pink itu pada teman masa kecilnya. Ia sempat berpikir bahwa pasti Sasuke salah. Namun seorang Uchiha tidak mungkin mengatakan hal-hal yang tidak berdasar.

"Bukankah ia mencarimu selama ini?" suara Naruto terdengan mengambang. Suaranya baru bisa keluar setelah keterkejutannya tadi.

"Tidak," jawab Sasuke cepat.

"Ada apa ia mencariku?" rasa terkejut sekaligus senang kembali membuncah di dada Naruto.

Sasuke tidak kunjung menjawab. Naruto dapat mendengar Sasuke menghela napasnya pelan. "Kita bicarakan itu nanti." Sasuke menutup teleponnya begitu saja. Narutopun tidak menghubunginya kembali untuk bertanya kejelasannya. Ia takut berharap dan harapannya itu akan pupus.

"Sakura.." ia gumamkan nama itu dengan pelan. Ingin sekali Naruto bertemu gadis itu sekarang.

TBC

A/N:

Halo semuanya. Namikaze Ex-Black kembali dengan cerita Narusaku. Ini adalah sekuel dari Teman Kencan (Pertama) yang saya skip ke beberapa tahun kedepan. Pada seri pertama, setting yang saya buat adalah saat Narusaku masih SMP. Sedang versi kali ini adalah versi saat mereka telah dewasa. Lompat 14 tahun kedepan. Haha.

Saya harap tidak mengecewakan. Kritik dan sarannya sangat saya nantikan...

Jaaa~

Namikaze Ex-Black

Sidoarjo, 16 September 2018