Chapter 1: The First Meeting

Someone POV

Aku terdiam merenung. Menatap burung yang berkicau dan terbang kesana kemari karena bisa bebas dari jendela kamarku.

Aku mencoba mengingat apa yang terjadi 10 tahun lalu...

Hanya beberapa yang kuingat. Aku ingat senyum ibuku sambil menggendong adik kecilku. Tapi, tiba-tiba gambar itu berubah.

Flashback

Ibuku terbaring di lantai rumah kami. Dari lubang di kepalanya mengalir darah dengan deras. Tapi, tidak ada suara ibu... apa ibu... sudah mati?

Jangan-jangan mayat yang sudah hangus di sana itu adikku? Tidak mungkin! Apa ini mimpi? Pasti!

Dan siapa orang yang berdiri di sana? Penglihatanku kurang jelas karena asap dari api yang membakar rumahku masuk ke mataku sehingga mataku menjadi perih. Aku melihat ia memakai sebuah topeng rubah berwarna putih dengan garis-garis merah. Kesadaranku mulai menghilang dan penglihatanku semakin kabur. Sesak! Sepertinya asap api terlalu banyak kuhirup. Ayahku yang tau bahwa nafasku semakin sesak mendekapku.

"Bertahanlah, kita akan keluar dari sini,"

Aku agak tenang saat mendengar ayahku mengucapkan itu. Tapi, sepertinya ini batasku. Hal terakhir yang aku lihat adalah orang itu melepaskan topengnya. Matanya merah menyala dan ada sebuah lambang yang sangat kukenal di dekat telinga kanannya.

Mataku membulat. Aku tidak percaya. Itu... lambang Orde yang selama ini kukagumi.

Setelah itu, aku pingsan di pelukan ayahku.

.

.

.

.

.

.

Saat sadar, aku telah ada di rumah sakit. Aku melirik ke kanan dan disana ada ayah yang menatap khawatir ke arahku.

"Syukurlah, kamu sudah sadar," ucapnya lega.

"Ayah... ibu... dan Eric dimana...?" Tanyaku pelan.

Ayah terdiam, sepertinya ia berusaha menahan air matanya.

"Maaf..."

"Mereka sudah mati..."

Aku terkejut mendengarnya. Jadi itu bukan mimpi.

Mataku berkaca-kaca. Karena tak sanggup menahannya, aku meneteskan air mataku dengan deras.

.

.

.

.

.

.

Sejak saat itu, setiap kali aku bertanya pada ayahku tentang cara ayah kabur dari orang itu, ia hanya diam dan selalu pergi dengan berbagai macam alasan seperti ia ada penelitian, temannya mengundang ke rumahnya, ada rapat, dan sebagainya. Huh, dasar 1000 alasan.

Karena ayahku tidak mau menjawab. Jadi aku harus bertanya pada orang yang telah membunuh ibu dan Eric.

Aku akan balas dendam pada Orde, karena itu aku bergabung dengan Legiun di umurku yang ke-13.

Ayahku yang mendengar aku akan bergabung dengan Legiun, berusaha menghentikanku dan berusaha menjelaskan sesuatu padaku.

"Heather, kamu salah paham! Orang yang membunuh ibumu..."

Tentunya, aku tidak mendengarkan kata itu sampai selesai dan pergi dari rumah lalu bergabung dengan Legiun.

Flashback end

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu kamarku menyadarkanku dari lamunanku.

"Masuk"

Ternyata itu Osyth, si Grim Reaper yang kubenci karena alasan tertentu.

"Raja memberimu misi," ucapnya.

"Misi apa?"

"Ada 5 orang Orde yang menyelinap ke kota bagian utara,"

"Utara? Baiklah,"

Osyth terdiam menatapku.

"Apa?" Tanyaku yang tidak suka ditatap begitu apalagi oleh dia.

"Kamu... apa tidak berniat masuk ke guild?"

"Aku tidak tertarik," aku menatap lagi ke jendela dan menopang kepalaku dengan tangan kiriku.

"Kamu memang hebat bisa mencapai pangkat Major class 2 sendiri, tapi sekarang kamu akan melawan 5 orang,"

"Aku bahkan pernah melawan yang lebih banyak dari itu,"

"Tapi... pangkatnya tinggi-tinggi, lho,"

"Aku tidak butuh rasa khawatirmu,"

Osyth membuka mulutnya saat ingin mengucapkan sesuatu. Tapi, ia tahu kalau itu tidak ada gunanya. Ia pun mengurungkan niatnya lalu pergi dari kamar itu.

.

.

.

.

.

.

Normal POV

Heather segera memakai perlengkapan Lightning Mage-nya dan mengambil staff-nya. Ia pun pergi ke kota bagian utara.

Sementara itu...

5 orang dari Orde yang menyelinap ke kota bagian utara sedang berjalan pelan-pelan.

"Wah, besar, ya," kata seorang Orde bermantel hoodie hijau yang badannya pendek.

"Jangan terkagum-kagum begitu, nanti ketahuan kalau kita Orde," kata Orde bermantel hoodie hitam.

"Tapi, bukannya kita sudah kelihatan mencurigakan, ya?" Tanya Orde bermantel hoodie merah yang agak risih melihat para rakyat mengamati mereka dari tadi.

"Masa' masuknya terang-terangan gini?" Kata Orde bermantel biru tua facepalm.

"Kayaknya kita sudah ketahuan," kata Orde bermantel hoodie coklat.

Kelimanya pun melihat seorang gadis Lightning Mage berdiri di hadapan mereka.

"Wow, kakak Legiun, ya?" Kata anak bermantel hoodie hijau itu.

"Orde, mau ngapain di sini?" Tanya Heather.

"Hei, cewek. Kalau baru ketemu itu harus kenalan dulu," kata Orde bermantel hitam.

Heather awalnya mau protes tapi akhirnya ia menurutinya.

"Heather Drake," kata Heather.

Kelima Orde itu membuka hoodie mereka.

"Namaku Erina Hunter," kata anak bermantel hoodie hijau yang ternyata seorang Robin Hood perempuan.

"Namaku Laterop Wayne," kata orang bermantel hoodie merah yang merupakan seorang Exorcist laki-laki.

"Namaku Owissa Marlene," kata orang bermantel hoodie biru tua yang merupakan seorang Rock Star laki-laki.

"Namaku Jethro Levina," kata orang bermantel hoodie coklat yang merupakan seorang Graffiti laki-laki.

"Dan namaku Renshaw Kenway," kat orang bermantel hoodie hitam yang merupakan seorang Lightning laki-laki.

Heather menatap kesal karena akhirnya acara kenalannya selesai.

.

.

.

To Be Continued...

Tolong di review!