DISCLAMER: Masashi Kishimoto
A/N: Fic lama -,- awal2 Nami kenal Fic. Niatnya, pengen save aja disni, ketimbang ilang di grup. Moga suka ya'-')
Warning: AU, OOC, Typo, GaJe, Abal2, Setting Semi Canon
DLDR!
.
.
.
Aura ungu,
Lencana bulan,
Kuil suci,
Ialah tiga hal yang saling berhubungan satu sama lain. Apabila ketiga hal tersebut menjadi satu, maka terciptalah suatu keajaiban. Dimana keabadian, kebahagiaan, kebijaksanaan akan melingkari sang pemilik.
Aku menutup kitab kuno itu, lantas menatap Sang Ratu, "Sebenarnya... lencana bulan itu ada atau tidak, Ibu? Mengapa aku tak pernah melihatnya di kerajaan ini!" tanyaku dilema.
Lencana bulan ialah kunci untuk menyegel ataupun membuka segel kuil suci. Lencana itu dimiliki oleh keturunan suku kaze, penjaga kuil suci.
Di dalam kuil suci itu sendiri terdapat sebongkah kristal istimewa. Kristal itu diberi nama Kristal bulan.
Kristal itu merupakan sumber kekuatan sihir Ryūmyaku, sihir istimewa yang hanya dimiliki oleh bangsawan Rōran.
Tapi selama aku hidup di Kerajaan ini, aku tak pernah melihatnya secara langsung. Hanya lukisan dwi dimensi yang menceritakan tentang keajaiban lencana bulan, yang menghiasi singgasana kerajaan. Aku mulai ragu, apakah lencana bulan itu benar-benar ada atau hanya dongeng pengantar tidur semata.
"Sara, lencana bulan itu ada! Tapi tidak di tangan kerajaan kita!" sanggah ibuku, Ratu Sēramu.
"Ya, aku tau! Lencana itu hanya dipegang oleh keturunan suku kaze saja, bukan? Tapi mengapa aku tidak pernah melihatnya secara langsung! Apa lencana bulan itu sudah tiada lagi, Ibu?" tanyaku meminta penjelasan.
"Kemungkinan masih ada! Tetapi bukan disini lagi, melainkan di suatu tempat yang tak dapat di jangkau sihir Ryūmyaku terkuat sekalipun," jelas Ratu Sēramu.
"Mengapa tidak disini lagi? Apakah keturunan suku kaze telah lenyap dari Kerajaan Rōran, Ibu?"
Kulihat ibuku mengangguk takzim, "Minato Namikaze, keturunan terakhir suku kaze telah menghilang dibawa cahaya misterius. Sebelum ia dapat menyegel kuil suci itu kembali."
"Bukankah itu berbahaya, apabila kuil suci itu tidak di segel kembali. Maka kristal bulan itu akan mudah untuk di curi, bukan?"
"Ya, Itu benar sekali, Sara! Semenjak kejadian itu Ibu memberikan pasukan khusus untuk menjaga kuil itu. Agar Kristal bulan tidak dapat dicuri! Namun tetap saja, tak sedikit orang yang menginginkan kekuatan dari Kristal bulan itu dan juga semenjak kejadian itu kerajaan Rōran di selimuti awan kelam abadi. Karena aura Ryūmyaku mulai meredup, jika aura Ryūmyaku itu menghilang. Kegelapan akan menguasai Kerajaan Roran," jelasnya murung. Aku menganguk pelan.
Sihir Ryūmyaku akan tetap stabil apabila kristal bulan tetap memantulkan aura ungu. Namun semenjak Kuil suci itu kehilangan kuncinya. Aura itu mulai meredup, dan sihir Ryūmyaku terancam menghilang. Itu yang kutahu.
"Apakah Ibu tidak berusaha mencari sang penjaga kuil suci itu?"
"Hingga detik ini Ibu masih mencarinya! Namun Ibu masih belum menemukan tanda-tanda dari keberadaannya. Ibu takut jika hal yang Ibu khawatirkan selama ini muncul."
"Hal yang di khawatirkan?" tanyaku mengulangi, sebelah alisku menanjak naik, "Apa itu?" lanjutku.
Hampir saja Ibuku hendak menjawab. Namun, suara keras mengagetkan kami.
DUAARR
Suara ledakan menggelegar, puing-puing reruntuhan menghujam kami. Dengan sigap Ibuku membangun benteng pertahan dari sihir Ryūmyaku.
"Hahaha...," suara tawa aneh menggelegar. Seorang lelaki berperawakan gemuk menampilkan diri.
"Anrokuzan...," pekik Ibuku seraya mendorongku kebelakang punggungnya. Mencoba melindungiku. Aku terpaku menatap ibuku yang mengkhawatirkan keselamatanku.
'Anrokuzan, siapa dia? Apa hubungannya dengan, Ibu?' pikirku bingung.
"Apa maumu?" tanya Ibuku tegas.
"Hahaha... tentunya aku ingin mengambil kristal bulan itu," jawabnya enteng.
"Tak akan kubiarkan itu terjadi!" teriakku seraya menghancurkan benteng penghalang yang telah dibuat ibuku untuk menghalangi serangan dari lelaki ikan buntal itu.
"Sara...," pekik Ibuku. Namun, aku mengabaikannya. Tetap berlari mencoba menyerang ikan buntal itu dengan sihir Ryūmyaku.
Aku melontarkan beberapa bola sihir ke arah lelaki badut itu. Alih-alih terkena serangan, sihir ryūmyaku milikku lenyap tersedot baju aneh yang ia kenakan.
'Mengapa sihirku dapat di serap baju aneh itu?' pikirku, seraya mengedarkan pandangan ke arah baju yang dikenakannya.
Lelaki badut itu mengembalikan seranganku, beruntung aku sempat diselamatkan Ibuku. Merasa keadaan kian mendesak Ibuku membuat sebuah portal berbentuk pusaran tenang berwarna selaras dengan aura Ryūmyaku.
"Sara cepat masuk ke dalam dimensi itu!" perintahnya.
"Tidak! Sara tidak mau meninggalkan Ibu sendirian melawan laki-laki aneh itu," bantahku menepis perintah ibuku.
"Ini demi kerajaan kita, Sara! Cepat laksanakan perintah, Ibu!" pintanya dengan nada meninggi yang jarang ia gunakan.
"Tapi Ibu...," ucapku terpotong. Sebelum aku berhasil melanjutkan kata-katku. Sesuatu terjadi padaku.
.
Tsuzuku...
_ Nami-Aika71 _
Senin, 17 Oktober 2016
