Persona V: dunia di balik cermin

Eiji Alfi, seorang anak laki-laki berdarah campuran Jepang-Indonesia yang tinggal di sebuah kota bernama kota Amenogawa yang damai dan tentram. Terletak di antara Iwatodai dan Inaba.

Hidupnya sebagai Siswa SMA Amenogawa normal-normal saja dan sampai pada akhirnya ketika malaikat Jibril memberinya pesan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala di mimpinya, setiap malam bulan Purnama di Kota Amenogawa, para perempuan yang masih perawan menghilang secara misterius dan saat bulan baru tiba, perempuan yang tadinya di culik di temukan tergeletak tak bernyawa di atas tempat tidur mereka bersama kaca ruangan mereka yang pecah.

Bisakah Eiji Alfi menuntaskan misteri ini?

Discalimer: Persona Series Milik Atlus dan cerita ini milik Sp-Cs

Warning: jangan mikir macem-macem.


ஜ۩ஜ
¸¤°ஜ۩۞۩ஜ°¤¸
●▬▬▬●ஜ۩ ۩ஜ●▬▬▬●

Tahun 2013.

Kota Amenogawa, kediaman Eiji.

Kamar Eiji Alfi.

"ZZZZzzzz..." di atas ranjang, terdapat seorang remaja laki-laki mudah yang di perkirakan berumur 16 tahun sedang tertidur lelap sekali. "ZZZzzz..." laki-laki tersebut memiliki rambut hitam berantakan yang sepertinya belum di sisir rapi. "ZZZZzzz..." masih tertidur lelap sambil membalikan badan sesekali. "hmm... ZZZzzz..."

"Onii-san! Sarapan sudah siap! Cepat bangun! Jika tidak bangun, kau bisa terlambat!" teriak suara gadis di lantai satu yang berusaha membangunkan laki-laki pemalas yang ternyata kakaknya.

"ZZZZZzzzz..." yang menyahut adalah suara dengkuran tersebut.

"Hah~..." adik perempuannya tersebut langsung menuju kekamar kakaknya. Diapun sampai di depan kamar kakaknya lalu mengentuk pintu.

Tok Tok!

"Hey bangun! Sarapan sudah siap!" lanjutnya. Dia kemudian membuka pintu kamar sang kakak lalu mendekati kakaknya.

"ZZZzzz..." terlihat kakaknya masih tertidur dengan posisi kaki kanan di atas guling, kaki kiri di bawah guling dan sebagian selimut jatuh ke lantai.

"Hmph!" adik perempuannya mengembungkan pipinya karena kesal melihat kakak laki-lakinya, namun terlihat imut jika dia melakukan hal seperti itu. "Onii-san ini, selalu saja..." gumamnya, lalu menampar pelan pipi kakaknya, berusaha membangunkannya. "Onii-san ayo bangun!"

KRIIIIIING!

Terdengar suara alarm jamnya berbunyi.

"Hmm..." tangan laki-laki itupun meraba-raba tempat dimana alarm tersebut berbunyi, berusaha menggapai jam alarm tersebut untuk mematikannya.

"Sudah Nii-san, cepat bangun!" bujuk adiknya dan tiba-tiba saja, sesuatu hal terjadi.

Boing...

"Ah!" erang adiknya yang entah kenapa kaget hingga terlihat rona merah di kedua pipi adiknya.

"Eh? Boing?" merasa laki-laki tersebut memegang dan mendengar sesuatu yang aneh karena bukan alarm yang dia pegang, diapun membuka mata secara perlahan. "Apa yang-HAH?" membuka mata lebar-lebar karena terkejut dengan apa yang di remasnya dengan tangannya.

"Ni-Nii-san?" adiknya masih diam terkaku dan tak lama setelah itu, dia sadar. "KYAAAA!" lalu menghajar kakaknya hingga tewas. Terdengar suara gegaduhan di kamar tersebut.


~Chapter 1: Sang Gamer Pengantuk~


Ruang makan.

"Aduh..." laki-laki itu yang habis di hajar oleh adik manisnya sendiri hingga wajahnya di penuhi benjolan-benjolan biru itu duduk dengan lemasnya di meja makan dengan memakai sebuah kemeja putih dengan jas hitam berlengan panjang yang rapi setelah insiden itu berlalu, seragam sekolah Amenogawa yang hampir mirip dengan seragam sekolah SMU Gekkoukan. "Rikan, bisakah kau membangunkanku tidak dengan cara begini?" tanyanya dengan lemas kepada adiknya yang duduk dengan muka ngambek di meja makan sebelahnya.

"Hmph! Itu karena Nii-san Echi!" jawab adik perempuan manisnya bernama Rikan yang kemudian selesai makan roti bakar lalu meminum segelas jus jeruk. "Makannya jangan main game sampai malem! akhirnya nggak sholat subuh!" lanjutnya.

"Hah~ maaf-maaf, tadi itu aku tidak sengaja." ucap laki-laki tersebut dengan nada malas. "Ayah dan ibu masih kerja?" tanyanya.

"Daripada itu, lihat, sudah jam berapa sekarang?" Rikan lalu menunjuk jam dinding dengan telunjuk kanannya. Jam menunjukan pukul 08.45 pagi.

"GYAAAAA AKU TERLAMBAT!" laki-laki yang bernama Alfi tersebut segera mengambil tasnya lalu mengginggit roti bakar di mulutnya dan berlari keluar rumah untuk menuju ke SMA Ameno.

"Kebiasaan..." gumam Rikan yang juga pergi ke sekolahnya yang sangat dekat 15 meter dari rumahnya.

.

Di perjalanan...

Berlari melewati gang-gang sempit untuk sampai di stasiun terdekat.

"Pagi Eiji!"

"Pagi!" menyapa orang-orang di sekitarnya sambil terus memakan roti bakar di mulutnya dan berlari.

Sesampainya di stasiun, dia langsung menaiki kereta menuju sekolanya yang hampir meninggalkannya.

"Untunglah..." bernapas lega setelah berhasil menaiki kereta. Tak lama kemudian, teringat PR yang belum selesai dikerjakan. "GAWAT AKU LUPA MENGERJAKAN PR!" mencari tempat duduk, lalu mengeluarkan beberapa buku yang dianggapnya PR.

Tak lama kemudian dia teringat sesuatu.

"Tunggu, ini kan hari dimana aku memulai hariku sebagai murid kelas 2? Kenapa aku lupa ya jika hari ini adalah tahun pembukaan sekolah dan tidak ada PR? " Gumamnya yang membuat semua yang mendengar sweatdrop. Setelah itu, kereta berhenti. "Akhirnya..." Alfi turun dari kereta dengan santainya karena melihat beberapa remaja yang memakai seragam yang sama dengannya berjalan menuju tempat dimana dia sekolah, SMA Amenogawa. "Akhirnya, aku tidak terlambat..." gumammnya lalu memasang sebagian Airphone di telinga sampinya untuk mendengar sebuah lagu.

Tapi, saat dirinya mau melewati tikungan.

"MINGGIR!" Seorang gadis berambut merah mudah panjang berlari dengan cepat dan langsung saja tanpa segaja menabrak Alfi setelah dirinya memperingatkan Alfi.

"Hn?" Alfi yang kaget pada akhirnya dia tidak dapat minggir sehingga akhirnya...

BRUAK!

"Aduh..." Alfi terjatuh di timpa badan perempuan tersebut dan tak sengaja kepalanya terpendam sesuatu. "Hm?" matanyapun terbelalak lebar bersama gadis yang ada di atasnya yang menatap Alfi sedang di apit 2 gunung kembar miliknya.

Gadis misterius itupun segera berdiri dan berteriak sambil memeluk 2 dadanya dengan kedua pipi merona merah. "KYAAAA! ORANG MESUM!" dan langsung menghajar Alfi hingga tewas di atas tanah seperti di rumahnya.

"Aduh..." erang Alfi yang kini tepar di atas lantai.

"Mangkannya jangan jadi orang MESUM!" ucap gadis yang menghajar Alfi barusan.

"Enak saja bilang mesum, justru kaulah yang hati-hati! sembarangan tabrak orang saja." bentak Alfi sambil mengambil isi tasnya yang bertebaran di lantai.

Gadis misterius berambut merah mudah panjang, berseragam siswi Amenogawa dan diperkirakan umurnya sama dengan alfipun memandang kebelakang. "Sial, mereka masih mengejar." Gumam gadis tersebut yang masih dapat di dengar oleh Alfi.

"Huh?" Alfipun melihat apa yang gadis itu lihat yaitu, serbuan para Paparazi.

"ITU DIA!" teriak Paparazi yang menunjuk ke arah gadis tersebut.

"LALA, KAMI INGIN MEMOTRETMU! BOLEH YA!" teriak semua para Paparazi di belakang Paparazi tersebut.

"Aduh, harus bagaimana ini?" gadis bernama Lalapun panik.

Tiba-tiba Alfi menarik tangan Lala secara paksa. "Ayo ikut aku!" pintanya.

"Ah?" Lalapun kaget. "Hei, kau mau bawa aku kemana?" tanya Lala.

"Jika kau ingin selamat, ikut aku!" ujar Alfi dan merekapun berlari masuk ke mall Junes yang tidak jauh dari stasiun dan SMA Amenogawa.

"AYO KEJAR!" teriak Paparazi yang memakai Headband wajah gadis tersebut. Namun tak beberapa lama kemudian, mereka kehilangan jejak 2 orang tersebut di bagian sektor penjualan pakaian dan berhenti di depan tempat dimana orang-orang ganti pakaian. "Sial kita kehilangan dia!" ucap Paparazi tersebut.

"Kalau gitu, kita berpencar!" usul salah satu Paparazi dan merekapun berpencar bagai ninja.

Tak lama setelah itu, tirai dari salah satu tempat ganti pakaian di buka oleh Alfi. "Hah~... Syukurlah..." Alfipun bernapas lega, lalu menatap Lala. "Kau tak apa?" tanya Alfi.

"Ti-tidak..." jawab Lala sambil menggeleng.

"Ya sudah, sampai jumpa." Alfipun pergi setelah melambaikan tangannya pada Lala yang sebenarnya adalah Artis namun dia tidak tahu.

"Tunggu!" teriak Lala yang menghentikan langka Alfi.

"Hm, ada apa?" tanya Alfi yang memandang Lala dengan pandangan datar.

"Apa kau juga bersekolah di SMA Amenogawa?" tanya Lala.

"Ya, memang kenapa?" Alfi kemudian melihat seragam yang Lala kenakan. "Apa jangan-jangan kau juga bersekolah di sana?" tanyanya.

"Ya," jawab Lala. "Jadi, bisakah kau mengantarku kesana? Kumohon..." Lalapun memohon pada Alfi.

"Hah~... baiklah." jawab Alfi setelah menghelah napas kembali.

"Hihi... Arigatou Gozaimasu" ucap Lala dan merekapun berjalan menuju sekolah Amenogawa bersama.

.

Di tengah jalan...

Orang-orang melihat Lala dan membicarakannya karena Lala adalah seorang artis. Tapi hal tersebut tidak di ketahui oleh Alfi karena dirinya sedang mendengarkan musik di MP3 miliknya.

"Hei, bukankah itu Lala sang penyanyi terkenal itu ya?" tanya siswi murid Amenogawa pada siswi yang satunya.

"Ya ampun, sudah dimulai... Hah~..." Lalapun menghelah napas, mengetahui kalau beginilah jadinya jika menjadi seorang artis terkenal.

"Benar dan bukankah orang yang di sampingnya itu Eiji? Kenapa Lala bisa berjalan bersama dengan 'binatang' itu ya?" tanya yang lain.

"Eh 'binatang'? apa maksudnya?" Lalapun kaget mendengarnya dan menatap Eiji.

"Kau mendengar ucapan mereka?" tanya Alfi yang kini hanya memakai sebagian headseat di kedua telinganya.

"Y-ya... apa maksudnya kau 'binatang'?" tanya Lala.

"Entahlah, aku sendiri tidak tahu kenapa aku di sebut binatang..." Alfipun tak tahu kenapa dia di sebut binatang.

"Jadi, kalau bolehku tahu, siapa namamu?" tanya Lala penasaran sambil berjalan di samping Alfi.

Eiji sedikit menoleh ke arah Lala. "Eiji Alfi, siswa angkatan 2 SMA Amenogawa." ucapnya dingin dan langsung memandang kedepan.

"Begitu, kalau namaku Shihiko Lala, aku murid pindahan di kota ini." Jelas Lala.

"Jadi kau murid pindahan?" tanya Alfi yang di balas oleh anggukan Lala. "rumahmu dimana?" tanyanya lagi.

"kalau tak salah... setelah naik kereta peluru dan turun dari stasiun kedua, kamu lewat kiri hingga ketemu dengan pertigaan dan setelah itu belok kanan hingga kau menemukan sebuah rumah yang ukurannya besar dengan pagar halaman depan yang di sebelahhnya tercantum nama keluargaku. Di situlah aku tinggal." Ucap Lala. "Kalau Eiji-kun dimana?"

"Eh aku..." tiba-tiba Alfi merasa gugup karena baru pertama kali ada seorang gadis yang mempertanyakan alamat rumahnya. "sehabis turun dari stasiun kedua, belok kanan juga dan ketemu pertigaan juga. Setelah ketemu pertigaan, lurus saja. Setelah itu, kau akan menemukan sebuah sekolah SD Amenogawa. Dan setelah bertemu Sekolah SD Amenogawa, kau berjalan lurus 15 meter kedepan dan kau akan menemukan pagar rumah bertuliskan nama keluargaku. Di situlah aku tinggal" jelas Alfi dan merekapun sampai di depan SMA Amenogawa. "Ini dia, selamat datang di SMA Amenogawa. Aku harap kau betah bersekolah di sini." Ucapnya.

"Wah..." Lala seakan takjub melihat lingkungan halaman depan SMA Amenogawa yang indah dan bersih, juga gedung bangunan Amenogawa yang hampir mirip dengan gedung SMU Gekkoukan. "Indahnya..." lanjutnya, lalu melihat kebanyakan siswi masuk ke bangunan tersebut dari pada prianya. "Eh Eiji-kun, kenapa banyak sekali anak perempuannya yang masuk dari pada anak laki-lakinya?" tanyanya.

"Itu karena dulu SMA ini hanya khusus untuk siswi perempuan saja. Sampai pada tahun 2012 ajaran baru, kepala sekolah SMA ini mengumumkannya untuk menjadi SMA campuran. Jadi lebih banyak siswinya daripada siswanya, apalagi kelas siswi angkatan 3 masih murni dari para pria." jelas Alfi.

"Oh begitu, kalau begitu Eiji-kun kenapa kau bersekolah di sini?" tanya Lala. "Apa jangan-jangan, kau..."

"Jangan mikir-macam-macam!" ucap Alfi dengan nada dan tampang datar sambil menoleh ke arah Lala. "Yang milih sekolah bukan aku, tapi orang tuaku!" lanjutnya. "Sudah, lebih baik kita berjalan masuk, karena kita jadi tontonan di sini"

"Baik!"

dan merekapun masuk ke Entrance SMA Amenogawa tanpa menghiraukan orang-orang yang melempar pandangannya pada mereka.

"Nah sudah sampai di sini ya, kita berpisah" sekali lagi Alfi berusaha meninggalkan Lala.

"Eh, tunggu!" Lala sekali lagi menghentikannya.

"Apa?" tanya Alfi.

"Setelah ini, aku harus pergi kemana?" tanya Lala.

"Kau cukup pergi ke 'Faculty Office', di sana kau akan menemui ruang guru untuk berkenalan dengan guru tersebut karena kau adalah murid baru. Nanti guru tersebut akan memberimu pengarahan." Jelas Alfi. "ruang 'Faculty Office' ada di ujung lorong ini, di atas ruangannya tercantum tulisan 'Faculty Office' mengerti?" tanya Alfi yang mendapat anggukan dari Lala. "Nah, sampai jumpa..."

"Tunggu!" sekali lagi Lala menghentikan.

"Apa lagi?" tanya Alfi yang mulai frusati, namun masih menunjukan tampang malas dan bertanya dengan nada biasa.

"Bisakah kau mengantarku ke 'Faculty office'? aku nanti takut tersesat..." ucap Lala sambil berpose gadis imut hingga membuat hati Alfi berdebar-debar dan raut wajahnya merona merah. "Kumohon..." lanjut Lala sambil tetap memasang pose imut hingga membuat semua orang yang ada di sana termasuk siswi perempuan pingsan setelah melihat ke imutannya.

"Hah~..." Alfi menghelah napas sekali lagi. "Baiklah, tapi kau jangan memasang pose imut itu lagi ya, bisa-bisa satu sekolahan termasuk aku pingsan hanya karena melihatmu memasang pose itu." Ujarnya.

"Oke!"

.

Tak lama kemudian, mereka sampai di Faculty office. Merekapun masuk sambil mengucapkan permisi. Di dalamnya, tampak guru-guru sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang sedang membaca sekumpulan file, ada yang sedang mengutak-atik laptop di depannya, dan juga ada yang sedang asik nge-gossip karena kebanyakan guru yang ngegosip tersebut adalah perempuan. Salah satu dari guru itu menyadari keberadaan Alfi dan Lala, lalu menghampiri mereka.

"Eiji, kenapa kau kesini? Apa kau punya masalah tentang gadis-gadis di sini lagi?" Tanya guru itu.

Alfi menggeleng. "tidak Misei-sensei. Saya hanya mengantar murid baru ini" melirik Lala yang berada di belakangnya.

"Murid baru?" guru yang bernama Misei itupun melihat Lala yang berada di samping belakang Alfi. "Oh kau murid baru ya, siapa namamu? Biar sensei yang carikan kelasmu" tanya Misei sambil membolak-balik sebuah lembar halaman.

"Perkenalkan sensei, nama saya Shihiko Lala, saya murid pindahan kelas 2!" sapa Lala dengan Formal.

"Shihiko Lala, ketemu. Wah, ternyata Kelasmu berada di kelas 2-B tempat dimana sensei menjadi walinya. Perkenalkan, saya Manohana Misei. Guru yang mengajarkan matematika di kelas 2. Jadi panggil saja Misei-sensei, salam kenal" sapa Misei yang tengah mendapat halaman yang di carinya dengan ceria dan tak lama setelah itu, dia sadar akan sesuatu. "Tunggu dulu, tadi namamu Shihiko... Lala, benar?" tanyanya yang memasang muka masam.

"Benar, memang ada apa?" tanya Lala yang bingung

"Saya adalah penggemarmu, wah~ ternyata bisa ketemu idola sepertimu di sini rasanya sangat langkah sekali buat Sensei~" Mata Miseipun berbinar-binar, lalu menyodorkan sebuah kertas kosong dan pena. "Boleh minta tanda tangannya?"

"B-boleh..." Lala langsung menandatangani kertas tersebut.

"ASIK! Dapet tanda tangan idola!" Miseipun tanpa sadar memeluk kertas tersebut. Kejadian itu membuat para guru lain sweatdrop.

"Oh ya Misei-sensei, Shihiko ini memangnya siapa?" tanya Alfi yang polos hingga membuat Misei kaget.

"E-Eiji, jangan bilang kau tidak tahu Lala?" tanya Misei yang membuat Alfi menggeleng tanda tidak mengerti. "Dia itu adalah idola termudah kelima di negara ini!" jelas Alfi.

"Oh..." ucap Alfi yang tidak terkejut sama sekali.

"Kenapa oh?" tanya Misei-sensei. "Seharusnya kamu itu kaget, karena dia itu idola terkenal!"

"jadi saya harus kaget ya?" tanya Alfi polos yang membuat Misei sweatdrop sedangkan Lala hampir tertawa.

"Fufufufu... Eiji-kun, kelakuanmu itu sangat lucu... Fufufufu..." Lala kali ini tertawa pelan.

"Terserah..." Eiji lalu bertanya kembali pada Misei-sensei. "Oh ya Misei-sensei, kalau boleh tahu, kelasku dimana?"

"Kelasmu? Bukankah namamu sudah tercantum di room assignment, apa kau sudah melihatnya?" tanya Misei-sensei.

"saya tidak sempat melihatnya Sensei, karena Shihiko menyuruh saya untuk mengantarnya ke sini." Jelas Alfi.

"Hah~..." Misei-senseipun melihat halaman yang tadi. "Kau sekelas dengan Lala, kelas 2-B"

"Oh..." sekali lagi Alfi hanya ber-'O'-riah.

"Kenapa 'oh' lagi? Seharusnya kau itu terkejut karena ada idola yang sekelas denganmu!" ujar Misei-sensei.

"Jadi saya harus terkejut ya?" tanya Alfi yang sekali lagi mengulang pertanyaan yang dia lontarkan.

"Sudahlah, kalian lebih baik pergi ke auditorium" ucap Misei-sensei yang hampir frustasi terhadap tingkah laku Alfi.

"Oke, kami permisi sensei..." mereka berduapun keluar dari ruangan tersebut.

.

"Hey Eiji-kun, kau tahu dimana Auditorium berada?" tanya Lala.

"Tentu saja," jawab Alfi dan mengatar Lala bersama segerombolan siswi lain dan siswa yang menuju Auditorium.

Merekapun sampai di auditorium dan memilih tempat duduk yang kosong di kelompok kelas 2. Ruangan auditorium itu mirip dengan auditorium milik SMU Gekkoukan. Lalapun terpesona dengan Auditorium tersebut, sedangkan Alfi.

"ZZZzzz..." Ya, diakan siswa angkatan 2 di sana. Jadi, biasa-biasa saja sambil mendengarkan musik dan tidur lelap karena habis main Game online sampai malam.

Susana di Auditorium tersebut sangatlah ramai, sangking ramainya, mereka tidak menyadari artis yang ada di sekitar mereka.

KRIIING!

Tiba-tiba terdengar suara bel yang nyaring bunyinya untuk di dengar, sehingga membuat semua murid yang tadinya saling mengobrol sampai terdiam.

Di depan mereka, kepala sekolah dengan ciri-ciri kepala botak, berkacamata hitam bundar, berbadan bulat dan sepertinya mempunyai sifat mesum tengah bersiap membuka sambutan pembukaan sekolah.

"Selamat pagi murid-murid yang saya cintai terutama untuk seluruh siswi-siswi dan guru perempuan yang cantik manis, memiliki badan mulus, seksi dan berdada besar" seketika itu juga, kepala sekolah yang mesum tersebut langsung di lempar para siswi dan guru perempuan dengan sepatu tebal dan kaleng-kaleng bekas. "Baiklah, langsung saja, upacara pembukaan sekolah hari ini, selesai. Jadi selamat menikmati hari kalian sebagai seorang pelajar." Kepala sekolah itupun langsung ngibrit dengan cepat untuk menghindari amukan massa para siswi dan guru perempuan.

"Tadi itu penyampaian apa?" tanya Lala yang sweatdrop dengan pesan pembukaan upacara SMA Amenogawa yang di pimpin oleh kepala sekolah yang terlihat mesum tersebut.

Semua para siswa-siswi yang ada di sana dan juga guru berjalan keluar dari Auditorium.

"ZZzzzz..." kecuali Alfi yang masih setia dengan tidurnya.

"Hei Eiji-kun, ayo bangun! upacaranya sudah selesai loh." Lala berusaha membangunkan Alfi, namun sia-sia.

"Hm..." tiba-tiba tangannya tak sengaja menyentuh sesuatu lagi hingga berbunyi.

Boing...

"Kya!" Lalapun sedikit berteriak kaget.

"Eh?" Alfipun membuka matanya karena merasakan tangan kirinya meremas sesuatu yang berada pada Lala. Jadi, diapun menoleh dengan tampang mengantuk ke arah Lala. Semua yang melihatnya mereka berduapun Jawdrop. "Apa yang-HAH?" Alfipun kaget dan juga Jawdrop tingkat tinggi ketika melihat dan menyentuh apa yang dia remas.

"Bi-BINATANG!" Lala kembali menghajar Alfi sampai tewas di tempat sambil memegang kedua dadanya dengan muka merona merah lagi seperti di depan stasiun Amenogawa.

.

Di kelas 2-B.

"Aduh..." telihat wajah Eiji penuh dengan benjolan berwarna biru hingga membuat wajahnya tersebut makin hancur. Mungkin ini hari terburuk dalam hidupnya yang di ulang berkali-kali.

"Mangkannya, jangan mesum!" ujar Lala yang duduk di sebelahnya sambil menenteng kedua tangannya sendiri karena kesal.

Eiji lalu menempelkan wajahnya di atas meja dan memendamkannya. "Maaf, tadi aku tidak sengaja." Ucapnya datar.

"Hmph! Aku ke Wc dulu" Lala langsung pergi ke WC.

"Nggak tanya!" ucap Alfi yang masih memedamkan wajahnya di atas meja.

"Hei Alfi!" tiba-tiba seseorang laki-laki berambut merah berantakan dan berjenggot merah tipis mendekati Alfi dengan tampang senang. "Bagaimana kabarmu selama liburan ini? Baikan?"

Alfi menggeleng di atas meja, tanda bahwa harinya tidak baik. "Tidak untuk saat ini... Kentaro." jawabnya lemas.

"Hey dude, bersemangatlah!" bujuk laki-laki berambut merah berantakan berjenggot merah tipis itu bernama Kentaro. "Oh ya, tadiku dengar, kau meremas 'itu'nya Lala-chan di depan umum ya?" tanya Kentaro yang kini bermuka mesum. "Dude, aku benar-benar iri denganmu!" teriaknya.

Alfi kemudian menoleh ke arah Kentaro dengan muka masam, lalu memedamkan wajahnya kembali ke atas meja. "Kau salah paham, aku tidak sengaja menyentuhnya..." gumamnya dengan lemas.

"Hey dude, sepertinya para murid laki-laki menaruh dendam padamu setelah kejadian tadi." Bisik Kentaro.

"Apa?" Alfipun kaget dan menatap sekitarnya dengan bulu kuduk merinding karena di sekitarnya terdapat murid laki-laki yang sedang mendeathglarenya.

"Binatang itu..."

"Tidak bisa kita ampuni..."

"Benar...!"

"Dia sudah memegang dada Lala..."

Alfipun berkeringat dingin dengan badan yang kini gemetaran setelah mendengar sebagian ucapan murid laki-laki yang melemparkan Deathglare padanya sambil mengeluarkan aura kematian.

"Aku tidak ikut campur ya dude, dah!" Kentaropun meninggalkannya.

"Tu-tunggu!" Alfi mencoba mencegah Kentaro meninggalkannya tapi Kentaro secepat kilat meninggalkannya. "Hah~... ya ampun" lalu melihat lingkungan sekitarnya yang masih terasa hawa pembunuh yang begitu luar biasa di lontarkan padanya. "Ek, mungkin ini adalah hari terberat yang pernah kurasakan." Lalu kembali memendam wajahnya di atas meja.

.

Pulang sekolah...

"Akhirnya..." Alfi berjalan keluar dari sekolah dengan leganya. "Untung karena hari ini Cuma pembukaan, aku bisa pulang cepat dan main Game online." Gumamnya.

"Eiji-kun!" Teriak Lala yangTiba-tiba berlari ke arah Alfi dari belakang.

Alfipun berhenti dan menoleh ka arah Lala. "Shihiko, ada ap-HAH?" Alfipun kaget ketika melihat banyaknya murid laki-laki yang mengejar Lala.

"Lala-chan! Minta tanda tangannya!"

"Lala-chan! Minta fotonya!"

"Lala-chan! jadilah pacarku!"

"LALA-CHAN!"

Teriak seluruh fans Lala.

"Eiji-kun tolong!" Lala langsung menarik tangan Alfi hingga laki-laki berambut hitam berantakan yang terlihat pengantuk atau pemalas itupun melayang-layang saat di tarik bagai layangan.

"Shihiko, berhenti menarikku seperti ini!" teriak Alfi yang panik namun tidak di hiraukan oleh Lala.

"Cih, binatang itu!"

"Ayo kita selamatkan Lala-chan dari binatang itu!"

"YA!"

Para Fans Lalapun melempari Alfi dengan botol pecah, pisau, tong sampah, sepatu, batu hingga pemukul Baseball.

"Oi! Kalian salah paham! Aku tidak ada kaitannya dengan ini!" teriak Alfi yang berusaha menjelaskan namun tidak di hiraukan oleh Fans Lala dan nyaris terkena lemparan pisau tersebut.

.

Tidak lama kemudian...

Alfi dan Lala akhirnya dapat bersembuyi dari fansnya di bawah jembatan kereta Amenogawa.

Lalapun memeriksa keadaan di sekitar. "Sudah aman." Ucapnya.

"Hey," Alfipun memanggil Lala dalam ke adaan tertusuk benda-benda tajam di bagian pundak, perut, kepala bahkan kaki hingga sebagian pakaiannya terkoyak-koyak. "Gara-gara kau aku jadi begini, tahu!" ucapnya lemas.

"M-Maaf..." ucap Lala sambil tersenyum kecil.

Alfi mengambil tasnya lalu pergi. "Sampai jumpa...!"

"Tunggu!" Lala menghentikan Alfi.

"Apa?" Alfipun berhenti dan menoleh ke arah Lala.

"Bisakah kau mengantarku pulang? Soalnya aku tidak tahu daerah ini..." ucap Lala dengan pose imut.

Alfi menampar kepalanya sendiri."Ya ampun...! Hah~... baiklah, aku akan mengantarkanmu pulang..." ucapnya.

"Arigato Gozaimasu" ucap Lala. Akhirnya Eiji Alfi mengantar Shihiko Lala pulang kerumahnya.

.

Sesampainya di depan rumah Lala.

"Memang aku tadi bilang akan mengantarkanmu pulang. Tapi hanya sampai di pertigaan saja!" teriak Alfi yang tiba-tiba sadar bahwa dirinya benar-benar mengantarkan Lala pulang sampai di rumahnya.

"Sudah-sudah, tapi terima kasih ya telah mengantarkanku pulang sampai ke rumah." Ucap Lala yang tersenyum pada Alfi.

"Ya sudah, aku pulang!" Alfipun membalikan badan dan melambaikan tangannya.

"Tunggu!" Sekali-lagi dan lagi, Lala menghentikan Alfi.

"Apa lagi?" tanya Alfi yang berusaha menahan emosinya.

"Apakah kau mau jadi temanku?" tanya Lala dengan pose imut sekali lagi.

"Hm, teman?" Alfi berpikir sejenak. "Kenapa tidak? Lebih banyak temankan lebih bagus." Ujarnya.

"Jadi, apa boleh kupanggil namamu secara langsung?" tanya Lala.

"Aku tidak memaksamu, tapi..." Alfi menundukan kepalanya. "Bukankah nama 'Alfi' terlalu aneh untuk kau panggil?" tanyanya.

"Tidak, justru menurutku namamu sangat imut." Ujar Lala.

"I-Imut?" Alfi langsung nge-blush, membuat wajahnya hampir seimut wajah Naoto ketika nge-blush.

"Jadi, apa boleh?" tanya Lala sekali lagi.

"Jika itu yang kau mau, baiklah. Kan, kita sudah jadi teman" ucap Alfi ragu-ragu.

"Terimakasih Alfi-kun," ucap Lala dengan nada yang dibuatnya imut. "dan kau boleh memanggilku Lala, mengerti?" tanynya.

"La-La-Lala?" Alfipun ragu-ragu memanggil namanya.

"Oh ya, bisakah kita bertukar nomor telepon?" Lalapun mengeluarkan ponsel berwarna pinknya.

"Bi-bisa." Alfi dan Lala akhirnya bertukar nomor telepon.

"Terima kasih. Jadi, sampai jumpa besok, Alfi-kun!" Lalapun membuka pagar dan masuk ke rumahnya setelah menutup pintu pagar dan menyapa Alfi.

"Sampai jumpa besok..." Alfi lalu pergi dari sana.

.

Di dalam kamar...

Malam hari, Alfi duduk di depan meja belajarnya sambil memainkan laptop bermerek ASUS dengan memakai Headphone di kepalanya. Sebagian tangannya mengetik keyboard dan tangannya yang lain menggerakan Mouse. Di temani dengan sinar lampu kamar yang menyinarinya.

Tiba-tiba, cahaya di depan Laptopnya semakin menyilaukan matanya hingga dirinya kehilangan kesadaran.

.

Alam Mimpi, Masjid.

Sebuah cahaya putih menyeret kesadaran Alfi kesebuah masjid yang putih nan megah. Perlahan-lahan dirinya membuka mata hingga dia menyadari bahwa dia bukan lagi berada di kamarnya, tapi melainkan duduk di alas masjid. di dalam Masjid itu berisi keindahan dan kemegahan juga tertulis lafad Allah di tempat Imam melaksanakan sholat.

"Ini dimana?" Alfipun menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu matanya tertuju pada pak ustadz yang baru saja selesai Sholat di hadapannya. Setelah selesai berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Pak Ustadz tersebut membalikan badannya menghadap Alfi.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" sapa ustadz yang ada di sana dengan wajah yang bersinar cerah, menandakan bahwa dirinya penuh dengan kewibawaan.

Alfipun menjawab sapaan tesebut. "Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh" dengan nada gugup. "Pak ustadz, Pak ustadz ini siapa ya? Dan ini dimana? Kok saya ada di sini?" tanyanya.

"Perkenalkan, saya adalah Malaikat Jibril, makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang di beri tugas olehnya untuk menyampaikan pesan pada hambanya. Juga anda kini berada di alam mimpi, dimana kesadaran anda berada di dunia mimpi." Jelas Malaikat Jibril yang ternyata menjelma menjadi seorang ustadz. "Nak Alfi berada di sini karena Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi tugas pada saya untuk memberitahukan kepada nak Alfi... bahwa akan ada kekuatan jahat yang mengaku dirinya sebagai dewa yang akan menyerang kota dimana nak Alfi tinggal. Itu saja." Ucap Malaikat Jibril.

"Begitu..." Alfipun berpikir. "Maaf, apa boleh saya bertanya?" tanya Alfi yang kini formal karena mengetahui bahwa yang ada dihadapannya adalah Malaikat.

"Jika Allah Subhanahu wa Ta'ala berkehendak mengijinkan saya untuk menjawab pertanyaan nak Alfi, maka akan saya jawab atas izin Allah Subhanahu wa Ta'ala." Ucap Malaikat Jibril.

"Itu, bagaimanakah cara menghadapi kekuatan jahat yang mengira dirinya adalah dewa?" tanya Alfi.

"Nak Alfi akan mengetahui caranya sendiri. Jadi, tetaplah memohon bantuan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala maha besar. Juga menerima dirimu apa adanya." Jawab Malaikat Jibril.

"Lalu, kapan kekuatan jahat itu terjadi?" tanya Alfi.

"Maaf, saya tidak tahu kapan terjadinya. Karena," Malaikat Jibril lalu menunjuk ke atas. "Hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala yang maha mengetahuinya. Jadi, bersiaplah mulai dari sekarang memperkuat iman nak Alfi untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala." Lanjutnya.

"Begitu..." Alfi kembali berpikir. Tiba-tiba terdengar suara Adzan subuh.

"Allhamdulilah, suara adzan subuh terdengar. Menandakan waktunya untuk nak Alfi kembali ke dunia nyata dan menjalankan Sholat Subuh." Jelas Malaikat Jirbil. "Jadi sampai jumpa Nak Alfi, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh"

"Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh" setelah itu, pandangan Alfi di halagni sinar yang sangat menyilaukan, hingga pada akhirnya dia berada di atas ranjangnya.

.

Kamar Eiji Alfi.

Alfipun terbangun dan melihat jam dindingnya yang menujukan pukul 04.30 pagi. "Allahu akbar, apakah mimpi tadi benar-benar nyata?" tanya Alfi. Dia kemudian turun dari ranjangnya dan segera wudhu untuk menunaikan ibadahnya.

~To Be Continue~

●▬▬▬●ஜ۩ ۩ஜ●▬▬▬●
°¤¸ஜ۩۞۩ஜ¸¤°
ஜ۩ஜ


Maaf jika cerita ini aneh, ini Cuma awalnya saja. Jadi saya minta bantuannya.

Sebaiknya, cerita ini di lanjutkan atau di hapus saja?

Jawab di...

~Review~