Haloo minna…

This is my first Fairytail fanfiction.
My name is Amelia, but you all can call me Amel. Or Imel.

Okelah, tanpa banyak basa-basi lagi, buruan baca!

Happy Reading yahh…

Titania & Platina

FairyTail by Mashima Hiro

This story is Mine.

DLDR, If you don't like, please get out!

.

.

.

.

Chapter 1 : When Titania Meets Platina

.

.

.

"Mira!"

"Ya?"

"Aku mengambil misi ini." Erza menunjukkan kertas lusuh bertuliskan misi S-Class. Mirajane melihat kertas itu sekilas, lalu mengangguk.

"Hati-hati ya, Erza!" Mirajane melambaikan tangan kepada Erza yang tersenyum tipis, lalu berjalan pelan keluar guild. Dia tidak mengajak teman-teman setimnya karena misi yang diambilnya hanya bisa dikerjakan olehnya saja. Atau bisa dibilang, khusus untuknya. Upahnya lumayan, 1 juta jewel apabila dia bisa menyelesaikan misi itu dengan baik.

Sambil menggeret gerobaknya yang penuh dengan koper-koper yang besar dan berat, dia pun sampai di tempat tujuan. Sebuah rumah mewah di kota Hargeon. Namun dia tidak heran, mengingat upahnya cukup besar.

Erza mengetuk pintu perlahan. Tak lama pintu terbuka, dan Maid berambut hitam panjang menyambutnya dengan senyum.

"Aku ke sini untuk menemui Torayou-san," kata penyihir berambut scarlet itu sambil memperlihatkan kertas misi.

"Torayou-sama sudah menunggu anda, silahkan masuk." Maid itu tersenyum manis, lalu mengantar Erza ke sebuah ruang kerja besar yang dikelilingi rak-rak buku. Di tengah-tengah ruangan tersebut terdapat meja kayu besar. Di belakangnya ada seorang lelaki muda yang duduk sambil membaca sebuah buku tebal. Pemuda yang tampan, dengan rambut berwarna hitam yang mirip seperti Rogue, sang Shadow Dragon Slayer, hanya saja lebih pendek, dengan mata Sapphire yang begitu menawan.

Sedangkan di belakangnya berdiri seorang perempuan, sepertinya sebaya dengan pemuda itu, yang memakai tudung berwarna putih, serta gaun putih yang menutupi seluruh tubuhnya. Di pinggangnya terselip pedang tipis berwarna putih. Tudung putih itu tampaknya hampir menutupi seluruh kepalanya, kecuali wajah tirus yang dihiasi mata berwarna Ruby. Tudung itu terikat dan membentuk simpul yang membentuk kepangan yang menggantung indah di punggung gadis itu.

Benar-benar gadis yang cantik.

"Torayou-sama, penyihir yang anda tunggu sudah datang." ujar sang Maid setelah mereka sudah ada di hadapan Torayou. Maid itu lalu membungkuk dan meninggalkan ruangan itu.

"Erza Scarlet?" pemuda itu menutup bukunya, "Atau bisa dibilang.. Titania?"

"Ya." Erza tersenyum tipis. "Saya dari Fairytail."

"Aku mempunyai misi untukmu." Torayou menangkupkan kedua tangannya di atas meja. "Kau tahu Lacrima Es?"

"Lacrima Es?"

"Sebuah Lacrima yang meyimpan sebuah kekuatan sihir elemen es yang sangat kuat. Dan aku sangat membutuhkannya."

"Lacrima… Lacrima…" Erza berfikir.

"Bisakah kau mencarikannya untukku?" tanyanya dengan senyuman yang membuat hati setiap wanita yang melihatnya meleleh. Erza mengangguk mantap.

"Kalau begitu, Platina akan menemanimu." ujarnya kepada gadis yang ada di belakangnya.

"Ha'i." kata gadis yang bernama Platina itu datar. Erza menatapnya dengan heran. Platina? Bukannya itu nama yang aneh? Platina lalu berjalan ke sisi Erza, seakan siap untuk pergi.

"Baiklah, kalian bisa pergi sekarang."

Erza dan Platina lalu pergi keluar dari ruangan itu.

-Titania Platina-

"Kau tahu sesuatu tentang Lacrima Es itu?" tanya Erza saat mereka sudah ada di perbatasan Hargeon. Platina mengangguk.

"Lacrima Es itu kabarnya ada di puncak gunung Hakobe. Namun Lacrima itu dijaga oleh sekumpulan Vulcan yang kuat. Kabarnya Vulcan-Vulcan itu memiliki kekuatan 10 kali lipat dari Vulcan biasa."

Erza tertegun. Pantas saja Torayou menyuruh Platina untuk mendampinginya untuk mencari Lacrima itu.

"Tenang saja, Scarlet-san." Erza menoleh ke arah Platina yang tersenyum kepadanya. "Kelemahan Vulcan itu adalah pedang. Dan kebetulan aku bisa memainkan pedang." ujarnya sambil menunjuk pedang yang terselip di pinggangnya.

"Kau bisa requip magic?" tanya Erza. Platina menggeleng pelan. "Aku tidak bisa menggunakan sihir tingkat tinggi seperti itu."

"Kau bukan penyihir?"

"Dibilang penyihir sih, aku juga tidak tahu. Namun dibilang manusia biasa pun juga bukan."

Jawaban yang aneh, tapi yang bisa dilakukan Erza saat ini hanya diam. Erza memperhatikan Platina yang berjalan dengan begitu anggun. Gaun yang dipakainya ternyata memiliki rok yang terbelah-belah, mirip seperti kostum milik Yuzuriha Inori yang ada di Guilty Crown, sehingga memperlihatkan kaki jenjang yang ditutupi celana legging panjang berwarna putih serta sepatu boot hak tinggi yang juga berwarna membuat Erza penasaran adalah tudung yang menutupi kepala gadis itu. Namun Erza tidak ingin membahasnya karena tidak ingin menyinggung gadis itu.

Tak lama kemudian mereka sampai di kaki gunung Hakobe.

"Sudah sampai…" kata Erza. Platina mengikuti arah pandang Erza ke puncak gunung Es tersebut. Gadis bermata Ruby itu menggerutu kesal.

"Kalau saja aku ingat untuk membawa jaket!" gerutunya pelan. Erza yang mendengar itu hanya bisa menahan tawanya. Gadis itu mengingatkannya pada Lucy. Hanya saja Platina lebih kalem dan agak pendiam jika dibandingkan dengan Lucy yang cerewet dan hiperaktif. Gaya berpakaian mereka pun jauh berbeda. Platina yang memakai pakaian serba tertutup, sedangkan Lucy yang memakai pakaian yang selalu terbuka.

"Ayo kita naik, Scarlet-san!" Platina pun berjalan lebih dulu, sedangkan Erza mengikutinya di belakang. Tak lama kemudian seekor Vulcan muncul di hadapan mereka, dan tanpa basa-basi Platina pun menarik pedangnya dan menebas Vulcan itu. Sangat cepat sampai Erza pun tidak menangkap gerakannya. Tahu-tahu Vulcan itu telah terbelah dua.

'Luar biasa! Benar-benar cepat!' batinnya. 'Untung saja aku ada di pihaknya.' Erza menelan ludahnya. Tak bisa dibayangkan kalau misalnya Erza menjadi musuh Platina, maka tak sampai 1 menit, seluruh guild bisa dibantai olehnya. Dan sudah bisa dipastikan tidak ada yang selamat. Bahkan mungkin saja Gildarts adalah lawan yang tidak sulit baginya.

"Lewat sini!" suara lembut Platina menyadarkan Erza, dan gadis berambut scarlet itu mengikuti gadis yang ada di hadapannya, melewati jalan pintas. Jalan pintas itu berupa gua yang melewati bagian dalam gunung, berbentuk labirin dengan banyak anak tangga. Platina menatap Lacrima yang ada di tangannya. Lacrima itu menunjukkan lokasi Lacrima Es itu.

"Kita sudah dekat." ujarnya. "Bersiap-siaplah, Scarlet-san. Kita akan menghadapi pertarungan yang berat."

Erza mengangguk. Tak lama mereka sampai di sebuah ruangan yang ditengahnya terdapat altar yang terbuat dari Es. Di atasnya mengambang sebuah Lacrima yang bercahaya biru. Erza hendak akan mengambilnya kalau saja tidak ditahan oleh Platina.

"Tunggu. Ini mungkin jebakan." ujarnya sambil mengeluarkan pedangnya. Pedang itu sangat tipis, dan terlihat sangat ringan. Sekilas, Erza mengira pedang itu adalah mainan, kalau dia tidak melihat bagaimana Platina menebas seekor Vulcan tadi. Di gagangnya terdapat ukiran bertuliskan Platina, dan terdapat lambang bunga hydrangea berwarna merah.

Platina menutup matanya, memfokuskan energinya pada pedang yang sedang dipegangnya. Bibir tipisnya tampak bergerak, mengucapkan sebuah mantra. Lingkaran sihir berwarna merah pun muncul dari pergelangan tangannya, dan bergerak melewati pedang itu hingga keujungnya. Perlahan sebuah Kristal tampak melapisi pedang tersebut sehingga menjadi sebuah pedang Kristal.

"Requip!" Erza tidak memakai baju zirahnya sama sekali. Dia memakai Normal Fight Robes. Dia memegang pedang di tangan kanan dan kirinya. Mereka telah siap.

Perlahan para Vulcan—yang berbeda dari Vulcan yang biasa—muncul, semakin lama semakin banyak, sehingga mereka terkepung.

"Scarlet-san!"

"Platina!"

"Iku zo!"

To Be Continue

Fanfic Fairytail pertama Amel nih.

Gimana, what do you think?

Langsung ketikkan aja di review di bawah yaa… ^^