Sebuah senyum tipis Uchiha Sasuke tersemat di kedua belah bibirnya. Rupanya semakin rupawan, salah satu contoh mahakarya Tuhan yang indah tanpa cela. Posisinya tak ubahnya sebuah penguntit, mengintip di celah pintu dapur yang sengaja ia buka sedikit. Tercetak jelas di netra oniksnya sebuah atensi merah muda yang tampak sibuk berkutat dengan peralatan dapur dengan jemari yang sesekali membolak-balikkan halaman sebuah buku.
. . .
OKAERI!
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Cast: SasuSakuSara
Enjoy!~
. . .
"Setelah adonan mengembang, panggang di dalam oven," gumam Haruno—Uchiha Sakura.
Sasuke menderap tanpa suara dan gegas yang berarti untuk menghampiri Sakura. Hingga kini tubuhnya berada di belakang perempuan yang sudah ia sahkan itu. Tanpa aba sebelumnya ia membuat suatu pergerakan, melingkarkan tangannya di sekitaran pinggang sampai perut rata sang istri.
Sakura sedikit tersentak. Ia mencoba melihat ke belakang tubuhnya. "Sasu...ke?" panggilnya dengan nada ragu. Suaranya pun jadi tercekat di tenggorokan.
"Hn," gumam Sasuke. Ia kembali membuat gerakan menduduk hingga dagunya bertumpu pada pundak sang istri. Harum buah cherry dan juga bunga sakura yang bersatu memenuhi indera penciumannya. Seperti terkena candu, Sasuke memejamkan matanya untuk menikmati harum yang menguar dari Sakura.
Sebenarnya Sakura ingin menangis, tapi ia tahan mati-matian. Ia tidak ingin menyambut kedatangan suaminya yang pulang dari misi penebusan dosa dengan lelehan air mata. Sakura berdehem kecil untuk mengembalikan suaranya. "Aku belum memasak apa pun, dan beberapa menit lagi Sarada pulang dari akademi," kata Sakura sembari mengusap punggung tangan Sasuke yang berada di perutnya.
Sasuke kembali melonggarkan pelukannya. "Kau bisa memasak?" tanyanya dengan sedikit meremehkan.
Sakura mengerucutkan bibirnya. Ia memukul pelan dada Sasuke yang kini sudah berada di hadapannya. "Kau meragukanku, huh?" tanyanya sedikit bersungut.
Sasuke terkekeh gemas. Kemudian, ia daratkan kecupan panjang di kening Sakura. "Aku tidak pernah meragukanmu," katanya dengan menempelkan kedua dahi mereka.
Sakura tersenyum manis, ia merangsek maju untuk mendekap tubuh atletis Sasuke. "Okaeri, Sasuke-kun!" katanya dengan mata terpejam.
Sasuke balas memeluk tak kalah erat dengan seulas senyum masih terpatri di bibirnya. Ia kembali mengecup lama kening istrinya.
Tak lama, sebuah suara mengetuk gendang telinga sepasang suami-istri yang tengah melepas rindu itu membuat mereka menoleh ke asal suara.
"Tadaima, Okaa-san!"
Sebuah suara menderap terburu dibarengi dengan seruan yang lain kembali terdengar, "Okaa-san, aku—," kalimatnya terpotong, langkahnya pun terhenti sampai di depan pintu dapur ketika sepasang oniksnya menangkap seorang lagi selain ibunya. Bibir mungilnya menarik kurva tipis. Perempuan kecil ini mirip sekali dengan Sasuke, tenang dan santai.
Sasuke berlutut dan membuka kedua tangannya lebar-lebar. "Tadaima, Sarada!" serunya kemudian.
Uchiha Sarada, buah hati mereka membenarkan letak kacamatanya terlebih dahulu sebelum berlari menerjang tubuh tegap Sasuke. Sarada mengeratkan pelukannya pada pundak Sasuke, menyembunyikan sebagian wajahnya pada pundak sang ayah. "Okaeri, Otou-san!" sambutnya tak kalah semangat.
Ting!
Sebuah suara dari oven menginterupsi momen mereka. Sakura dan Sarada perpandangan sejenak, kemudian dua perempuan itu menarik kurva di bibirnya tinggi-tinggi.
"Selamat ulang tahun Sasuke-kun / Otou-san!"
. . .
End!
. . .
Aku merasa semakin kesini kualitas tulisanku semakin buruk. RnR, please? :3
