Dilla: Nyehehe! Hai, minna-tachi! Saia kembali lagi dengan fic aneh nan gaje di fandom ini!^^

Ichirouta: Nee, Dilla-chan. Kok aku pake baju cewek nan compang-camping begene?

Dilla: Yowes lah! Kan kamu bakal jadi FemIchi! Dan sesuai judulnya, 'Penderitaan Ichirouta'! Kamu bakal menderita di sini..! *evil laugh*

Ichirouta: HEEE! *manyun-manyun*

Hiroto: Tenang, Ichi. Kamu masih tetap cantik, kok! *coolness*

Ichirouta: *deathglare ke Hiroto*

Shirou: Kamu mendua, ya? *deathglare ke Hiroto*

Hiroto: *mengurung diri di sangkarnya Hibird (Lha?)*

Dilla: Huuh, daripada para readers menunggu lama. Kita mulai ceritanya..! Tok tok tok... *mukul laptop pake pentungan*

~ Penderitaan Ichirouta ~

Disclaimer : Saia masih bingung Inazuma Eleven itu punya Level-5, Yabuno Tenya atau Yasunori Matsuda? Kalo cerita ini 100% punya saia. Ada kok, surat kepemilikannya! *gaje*

Genres : Hurt/Comfort & Friendship -Romance akan menyusul belakangan (?)-

Rated : T -semi M-

Charas : Female Ichirouta Kazemaru, Shuuya Goenji, Kiyama Hiroto, Mamoru Endou, dll.

Summary : Kemiskinan, membuat Ichirouta harus mencari nafkah sendiri dengan menjadi pembantu keluarga Goenji. Dan dikeluarga itu juga, ia harus berusaha tahan terhadap siksaan dari anak keluarga Goenji, Shuuya Goenji.

Warning : AU, OOC, gaje, alay, abal, typo masih berserakan, dll. Bagi yang tidak suka, silakan menekan tombol Back.

-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-

-x-x-x-x-x-x-

-x-

Chapter 1 : My Life

-x-

Ichirouta's P.O.V

"Ichirouta-chan!" kudengar seseorang memanggil namaku dari kejauhan. Kuarahkan pandanganku ke belakang, dan kulihat seorang cowok manis yang kuketahui bernama Mamoru Endou tengah melambaikan tangannya ke arahku. Sembari berlari kecil, ia terus mengembangkan senyumnya ke arahku. Aku pun membalas senyumnya seraya berseru, "Hai, Mamoru-kun."

"Hosh... hosh..." cowok bernama Mamoru itu menghampiriku sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Dia adalah teman sekelasku. Aku dan dia duduk sebangku.

"Kita pulang sama-sama, yuk!" ajaknya dengan memasang wajah ceria. Kemudian kualihkan pandanganku ke pundakku. Tangan besarnya menepuk pundakku berkali-kali.

"Terserah kau lah. Tapi, apa hari kau tak latihan sepakbola bersama teman-temanmu?" tanyaku sambil menatap mata coklatnya lekat-lekat. Ia pun tersenyum lebar, matanya membesar sewaktu tersenyum. Imut juga cowok ini.

"Tidak. Hari ini aku benar-benar sedang sibuk. Ibuku memintaku untuk mengantarkan kue mochi ke tempat bibiku. Lagipula, Yuuto katanya sedang pergi meeting bersama ayahnya. Jadi, kami memutuskan untuk tidak latihan hari ini," jawabnya cukup panjang. Aku menganggukkan kepalaku tanda mengerti. Kami pun berjalan beriringan, meninggalkan SMU kami ini dan pulang ke rumah kami masing-masing yang kebetulan searah.

Oh ya, aku belum memperkenalkan diriku, kan? Namaku Ichirouta Kazemaru. Aku bersekolah di SMU Raimundo. Salah satu SMU di kotaku yang terkenal akan klub sepakbolanya yang hebat. Banyak yang beranggapan kalau aku ini gadis yang cantik, pintar, dan berderajat tinggi. Tapi mereka sesungguhnya tak mengetahui bahwa aku ini sebenarnya bukanlah anak orang kaya. Aku miskin. Ayahku sudah meninggal, sedangkan ibuku sering sakit-sakitan. Yah, bagaimanapun juga aku harus menikmati hidup ini. Sebetapapun kerasnya lika-liku kehidupanku.

Dan teman di sampingku ini bernama Mamoru Endou. Sang kapten sepakbola SMU Raimundo. Aku sudah berteman dengannya sejak SMP. Dibalik parasnya yang imut dan tingkahnya yang selalu blak-blakan sendiri itu, dia banyak disukai oleh para pria fujo dan juga mempunyai sifat yang pantang menyerah dan ia selalu membantuku jika aku kesulitan.

Sepanjang perjalanan, kami terus terdiam. Entah ada angin apa, tumben-tumbennya Mamoru tak bercuap-cuap sepanjang perjalanan ini. Biasanya ia akan menceritakan semua yang ia alami selama sekolah tadi kepadaku. Namun hari ini ia tampak berbeda. Wajahnya yang tadi menyiratkan keceriaan, berubah menjadi wajah yang kusut. Karena tak tahan dengan situasi ini, aku pun memulai percakapan.

"Mamoru-kun, kau kenapa?" tanyaku sambil membungkukkan badanku sedikit dan memandang wajah Mamoru dari bawah.

"A-ah, Ichi-chan. Aku... aku gak kenapa-napa, kok!" jawabnya gelagapan. Semburat merah muncul di pipinya. Aku tertawa menanggapinya. Yang kutahu dari tingkahnya yang seperti itu, ia pasti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Hahaha... Nee, Mamoru-kun, kau menyembunyikan sesuatu dariku, kan?" kembali aku bertanya padanya. Namun sambil bertatap muka dengan Mamoru. Tanpa sepengetahuanku, ada yang menabrakku dari belakang.

"Ichi-chan, awas!" terlambat sudah Mamoru memperingatiku. Aku sudah ditabrak duluan oleh seorang lelaki berambut merah yang berjalan berlawanan denganku tadi. Mata hijaunya memperhatikanku tajam, sedangkan tangannya sibuk menopang tubuhku yang hampir terjatuh ke aspal. Rambut merahnya melambai-lambai karena diterpa angin. Dalam sekejap, darahku mengalir deras dan berhenti tepat di wajahku. Rasa panas dapat kurasakan pada wajahku. Gawat! Aku blushing!

"Daijoubu ka?" tanya lelaki itu dengan lembut. Tangannya sendiri masih menopangku. Kami terdiam beberapa lama, Mamoru sendiri masih sibuk memproses kejadian yang telah terjadi tadi.

"A-um.. D, da-daijobu desu," jawabku terbata-bata. Wajahku kini senada dengan rambut lelaki itu, merah. Ya, wajahku merah padam. Aku pun berkata lagi, "bi-bisakah kau lepaskan aku?"

"O-oh, maaf," cowok itupun melepaskan tangannya dari lenganku yang ditopangnya. Uh, tadi itu posisinya sungguh seperti seorang putri yang hampir terjatuh, lalu diselamatkan oleh sang pangeran. Benar-benar membuatku malu.

"Maaf, aku harus pergi sekarang. Jaa~" pamit cowok itu cepat tanpa membiarkanku mengucapkan sepatah dua patah kata. Aku dan Mamoru terus memandangi cowok itu hingga punggungnya benar-benar menghilang dari tatapanku. Tak lupa kuserukan keras-keras ucapan "Arigatou" pada cowok itu.

Kami melanjutkan perjalanan lagi. Tapi kali ini hatiku serasa ingin meledak. Bagaimana tidak? Semenjak kejadian itu, Mamoru terus-terusan meledekku. Huah, benar-benar ingin kuhantam wajah pemuda bishie itu dengan sepatuku!

"Nee, Ichi-chan. Cowok tadi cakep, ya?" tanyanya sambil merangkul pundakku dan berjalan riang. Terdengar menggoda.

"Uuh, kenapa memangnya? Kau cemburu?" tanyaku berusaha untuk membuatnya merasa jealous. Tapi sepertinya tak mempan karena ia malah terus-menerus nyengir.

"Nggak, kok! Menurutku aku lebih cakep dari dia," jawabnya sambil memalingkan wajah ke arah lain. Mulai lagi deh, penyakit narsisnya.

"Lalu, kenapa kamu bilang dia cakep? Jangan-jangan, kamu... naksir ama dia, yah?" tanyaku lagi sambil menyunggingkan senyum licik (Bayangkan Ichirouta tersenyum licik!). Kini sepertinya ia merasa illfeel. Huh, rasakan itu!

"Ah! Enggak, kok! Aku masih punya dia!" sanggahnya seraya menggelengkan kepalanya dengan wajah yang juga merah, "kau kali, yang naksir dengannya...?" lanjutnya masih dengan nada menggoda.

"Tidak! Mana mungkin aku naksir dengan orang yang belum kukenal?" balasku sambil bermanyun-manyun ria.

"Eh, sudah dulu, yah? Sudah sampai depan rumah, nih. Sampai jumpa besok!" pamit Mamoru ketika kami sudah sampai di depan sebuah rumah bertingkat dua bercat dinding putih, yang kuketahui adalah rumah keluarga Endou.

Aku pun melanjutkan perjalananku menuju rumahku yang letaknya kurang lebih 300 meter dari rumah Mamoru. Huh, rasanya cukup melelahkan. Namun aku harus sampai ke rumah sebelum jam dua siang. Karena setelah pulang dan mengganti baju, jam tiga nanti aku harus pergi ke rumah keluarga Goenji. Di sana aku bekerja sebagai pembantu. Kondou Goenji (Berhubung saia gak tau nama ayahnya Shuuya, saia ngarang-ngarang aja, yah?), kepala keluarga di rumah itu adalah majikanku. Ia memiliki istri yang sangat cantik bernama Megami Goenji (Saia gak tau namanya juga) dan dua orang anak. Anak pertamanya bernama Shuuya Goenji, dia adalah salah satu siswa dan anggota klub sepakbola di SMU Raimundo. Dan anak keduanya bernama Yana Goenji (Asal nebak -,-"), fisiknya lemah dan pernah kecelakaan mobil. Hingga membuatnya cacat dan tak bisa berjalan normal. Tugasku selain menjadi pembantu juga menjadi babysitter Yana.

End of Ichirouta's P.O.V

-x-

Normal P.O.V

Terlihat jam menunjukkan pukul 14.55 waktu setempat. Di teras sebuah rumah mewah ala Eropa, berdirilah tiga orang manusia yang sebenarnya adalah pemilik rumah mewah itu. Salah seorang dari ketiga orang itu berjalan menuju garasi sambil menenteng dua buah koper besar dan menaruhnya di dalam jok sebuah mobil sport. Dan seorang perempuan tampak memeluk seorang remaja lelaki yang diketahui adalah ibu yang memeluk anaknya sambil membisikkan kata-kata nasihat, perintah, dan sampai jumpa.

"Jaga adikmu baik-baik, ya. Jangan lupa belajar yang rajin. Sebentar lagi kan ulangan kenaikan kelasmu," pesan wanita itu kepada anaknya yang berdiri mematung. Membiarkan sentuhan dan belaian lembut dari sang ibu memanjakan kulitnya.

"Megami, ayo cepat sedikit! Kita harus segera berangkat!" sahut pria yang diketahui bernama Kondou Goenji itu yang sudah berada di dalam mobil. Siap mengemudi.

"Iya iya! Nah, Shuuya. Ingat, jaga adikmu baik-baik! Ibu dan ayah hanya pergi selama 2 minggu. Awas kalau rumah sampai berantakan begitu ibu pulang!" ancam ibunya yang bernama Megami itu dan mengecup dahi anak sulungnya yang Shuuya itu.

"Iya ibu, iya," sahut Shuuya yang nampaknya sudah bosan dengan kata-kata ibunya yang sejak tadi pagi selalu terngiang di telinganya.

Setelah itu, Megami masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang di sebelah kursi supir. Sejanak ia memandang wajah tampan anaknya dari balik kaca dan melambaikan tangannya. Shuuya pun membalas lambaian tangan ibunya sembari tersenyum simpul.

"Haah, enak sekali mereka bisa pulang pergi Amrik-Jepang seenaknya? Sedangkan anak mereka ini harus menjaga rumah. Benar-benar merepotkan," keluh Shuuya sambil membalikkan badannya dan memasuki rumah mewah itu. Tepat sebelum ia menutup pintu, datanglah seorang wanita berambut biru, bermata coklat yang menggunakan sepeda berwarna hijau tua. Terlihat dari tingkahnya, ia seperti sangat kecapekan dan nafasnya begitu memburu. Peluh terus mengalir di sekujur tubuhnya.

"Maaf aku terlambat, Shuuya-sama. Tadi ban sepedaku bocor di jalan," ujar gadis yang ternyata adalah Ichirouta itu sambil memarkirkan sepedanya di samping teras secara sembarang. Kemudian ia menghampiri Shuuya yang menatapnya dengan tatapan jengkel.

"Haah, sudah berapa kali kau terlambat, hah? Benar-benar membuat jengkel," gerutu Shuuya sambil melipat kedua tangannya.

'Bahaya! Kalo Shuuya marah bisa berabe, nih!' Ichirouta sudah berpikiran yang macam-macam. Memang benar apa yang dipikirkannya, kalau anak majikannya ini marah bisa gawat.

"Sekarang, kau siapkan aku air hangat! Aku mau mandi," karena malas berdebat, Shuuya pun menyuruh Ichirouta untuk melakukan salah satu tugasnya. Ichirouta langsung masuk dan menuju kamar mandi dan menyiapkan air hangat.

"Huh... Aku heran, mau-maunya Mamoru menerima Shuuya sebagai semenya? Shuuya itu kan monster!" gumam Ichirouta disela-sela pekerjaannya.

"Siapa yang kau bilang monster, Ichi?" tiba-tiba saja Shuuya sudah berdiri di balik punggung Ichirouta yang hanya menggunakan sehelai handuk untuk menutupi 'anu'nya. Dengan kecepatan kilat Ichirouta menoleh dan terlonjak kaget ketika melihat sang majikan sudah berdiri di belakangnya dengan tatapan horor.

'Mati aku! Mati aku! Mati aku!' runtuk Ichirouta dalam hati sambil menggigit bibir bawahnya ketika seme temannya itu mendekatkan diri ke arah Ichirouta.

"Heh!" seringai licik pun terkembang di wajah tampannya.

-x-x-x-x-x-x-

-x-

TBC

-x-

-x-x-x-x-x-x-

At the backstage:

Dilla: Hah? Gaje! Gaje banget! *jedotin kepala ke dinding*

Ichirouta: Ih, pokoknya habis ini aku gak mau jadi cewek lagi! *nendang-nendang Dilla*

Shuuya: Kok di sini aku kelihatan sombong dan mesum? *deathglare* Lalu, bagian penderitaannya belum ada, tuh!

Dilla: Duh, Ichi-chan, Shuuya-kun. Ampuun~ *puppy eyes* Kalo itu mulai chapter depan. Tuh, kamu udah mulai nyiksa Ichi!

Shuuya+Ichirouta: *mangut-mangut*

Hiroto: Aku cuman muncul sedikit? *pundung*

Dilla: Tenang, Hiroto-kun. Chapter depan kamu bakal banyak muncul, kok!

Mamoru: What the fool in the hell? Shuuya jadi semeku? *deathglare*

Shuuya: Doushite, Mamoru-chan? *hentai grin*

Mamoru: *pingsan*

Dilla: Mendoukusei... Nah, daripada ngegaje terus, saia minta deh untuk meREVIEW fic ini. Arigatou semua~~!

All chara: Sampai jumpa di chapter berikutnya!