"HEI, Hyuuga."
"Y-ya?"
Aku menghentikan kegiatan bersih-bersihku. Kulihat seorang kakak kelas berdiri di ambang pintu kelas sambil melambai-lambaikan tangan, isyarat agar aku mendekat. Aku melirik ke kanan dan ke kiri lalu menoleh ke arahnya lagi sambil menunjuk diri sendiri. "S-saya?"
"Tentu saja!" jawab senior itu.
Seketika firasatku tak enak. Apa aku telah berbuat salah? Apa aku lupa membagikan kertas hasil ulangan seseorang? Sebelumnya Iruka-sensei memang menyuruhku untuk menyerahkan kertas hasil ulangan anak-anak di kelasku. Tapi semuanya sudah didistribusi dengan lancar kok. Ah, jangan-jangan karena aku lupa mengunci pintu ruangan klub seni? Tapi sepertinya bukan, karena aku bukan anak klub seni. Lalu karena apa? Kenapa ada senior yang memanggilku? Aku bukan termasuk siswa yang mencolok di sekolah sampai-sampai semua orang tahu namaku. Aku saja ragu teman sekelasku mengetahui namaku atau tidak.
"Hei, ke sini cepat!" Sepertinya si senior itu mulai keki.
Saat itu hanya beberapa teman sekelas yang ada di sana. Yah, setidaknya jika senior itu melakukan sesuatu yang berbahaya, teriakanku masih bisa terdengar oleh mereka.
Dengan ragu aku pun mendekatinya. Kedua tanganku menggenggam kuat gagang sapu yang sedari tadi kupegang.
"A-ada apa, Senpai?" tanyaku terbata.
"Kau Hyuuga Hinata?" tanyanya tanpa mengindahkan pertanyaanku.
Aku mengernyit heran. Bukankah dia yang memanggil namaku tadi? Kenapa malah bertanya lagi?
Aku mengangguk pelan. "S-saya Hyuuga Hinata."
"Bagus!" Kedua tangannya memegang pundakku. Sedetik kemudian tanpa permisi ia berbisik pelan di telingaku. Sensasi geli kuterima saat hembusan nafasnya terasa di telinga.
"Oke! Sudah kusampaikan. Jangan lupa, ya!" Dan ia pun berlalu sambil melambai-lambaikan tangan.
Sapu yang kupegang terlepas dan jatuh ke lantai, menghasilkan suara gaduh.
"Hei, ada apa?" tanya salah satu temanku yang sedang berdiri di dekat papan tulis.
A-astaga! Jantungku berdegub kencang.
Dag. Dig. Dug.
Dear Hinata
Author: lullabby
Naruto © Kishimoto Masashi
Cover image not by me
Rated: T
Genre: Slice of life
Warning: Geje. Pendek! DLDR
AU, AT, OOC, and more.
"Aku menyukaimu."
Seorang kakak kelas yang setingkat di atasku berdiri di depanku dengan malu-malu.
Aku hanya bisa melongo mendapat pernyataan cinta barusan. Mimpi enak apa yang kulewatkan tadi malam? Mimpi dihajar habis-habisan oleh adikmu sendiri dan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga bukan sebuah mimpi yang menyenangkan, bukan?
Hening.
Langit sore yang berwarna jingga begitu indah. Daun-daun pohon di sekitar kami bergemerisik oleh hembusan angin sepoi-sepoi. Ditambah suara serangga, lengkap sudah nyanyian alam ini.
"Hyuuga."
Mataku yang hampir tertutup karena kantuk tiba-tiba terbuka oleh panggilan itu. Ya ampun, aku melupakannya.
"Kau tak apa?" tanyanya.
"A-aku tak apa."
Kakak kelas itu mulai mendekat. Namun setiap langkah maju yang dibuatnya, sebanyak itu pula aku melangkah mundur. Seperti kutub magnet yang sama. Tak akan pernah menyatu.
"M-maaf!" seruku refleks sambil berojigi. "S-saat ini aku h-hanya ingin b-belajar." Bohong. Mana ada aku belajar. Mendengarkan penjelasan Neji-nii tentang logaritma saja sudah membuatku mengantuk.
Lagi-lagi hening.
"Begitukah?" tanyanya yang kubalas dengan anggukan berkali-kali, masih dalam posisi ojigi. "Baiklah. Maaf sudah mengganggu waktumu."
Dalam posisi yang masih membungkuk, kudengar langkah kaki yang perlahan menjauh. Segera setelah tak kudengar lagi langkah kakinya, refleks akupun menjatuhkan diri ke tanah. Kakiku lemas.
"A-apa yang telah kaulakukan, Hinata?" gumamku, menengadah menatap langit yang perlahan berubah menjadi abu-abu. "Kau telah menyia-nyiakan kesempatanmu…"
Setitik. Dua titik. Ti―
Ah, hujan.
Dengan segera kurasakan seragamku mulai lembab.
Sepertinya aku akan dimarahi di rumah.
.
.
.
.
tbc
.
.
February 17th, 2017
Author's corner:
Maaf yaa, buat judul baru lagi. Judul lain masih hiatus. Tapi aku ngga berhenti kok. Cuma lagi menepi aja... -_- *krikrikrik*
Fic ini ngga akan kubuat panjang2 tiap chapternya. Ini bukan sinetron. Jadi gomen buat reader yang bakal kecewa nantinya u.u
Btw, Hinata agak lebay ya. Ahahahah.
