"Lihatlah ini Topi jerami, semua yang terjadi disini adalah salahmu. Karena kau orang yang memiliki darah terkutuk. Darah yang tak seharusnya ada. Mereka semua memiliki ambisi yng sama besarnya denganmu bukan? Dan karena kau lah mereka tidak bisa mencapainya. Ingat dengan baik kata – kataku. Ini semua salahmu!"

Xxx

Luffy terbangun dari tempat tidurnya dengan tubuh penuh keringat dan nafas yang terputus – putus. Ia merasa seluruh tubuhnya sakit dan merasakan perban – perban yg membalutinya membuatnya sedikit sulit bergerak. Setelah beberapa saat mengumpulkan tenaga dan menetralisir sakit di kepalanya, ia segera mengambil topi jerami miliknya yang terletak di atas meja disamping tempat tidur, tempat yang dengan mudah terlihat melalui sudut matanya, lalu tanpa sadar memeluk topi itu dengan erat .

'hanya mimpi' pikirnya dalam hati 'itu hanya mimpi, mereka tidak mungkin..'

Pikiran Luffy terputus saat ia memikirkan teman – temannya. Ini bukan kamar laki – laki di Thousand Sunny, juga bukan ruang pengobatan milik Chopper. Di sini terlalu gelap karena gorden kamar dibiarkan tertutup dan lampunya dimatikan. Juga terlalu luas untuk kamar yang hanya berisi satu tempat tidur, kursi, dan meja.

"Zoro?" Luffy memanggil orang pertama yang terlntas di pikirannya dengan suara yang sedikit serak, dia tidak terlalu ingat kenapa suaranya bisa habis, itu tidak terlalu penting

"Nami? Sanji? Ussop? Chopper? Robin? Franky? Brook?" Ia memperkeras suaranya. Seharusnya mereka ada disini. Biasanya hal pertama yang dilihatnya saat membuka mata adalah Nami yang sibuk membuat peta atau Robin membaca di pojok kamar. Zoro akan datang beberapa detik setelah dia terbangun. Disusul oleh Ussop yang dengan bersemangat menyambutnya dan Chopper yang sibuk mengecek suhu tubuhnya. Brook dan Franky akan meramaikan suasana dengan suara tawa khas dan teriakan 'superrr'nya. Lalu saat pintu terbuka lagi semua akan memberikan jalan untuk Sanji yang membawakan daging dengan jumlah yang sangat banyak. Kemana teman-temannya?

"Teman – teman?" Luffy segera berdiri dari tempat tidurnya dan terjatuh kurang dari sedetik setelah dia berdiri. Sial. Dimana teman – temannya?

Saat ia berusaha berdiri lagi dengan semua tenaga yang dimilikinya, tiba – tiba pintu kamarnya terbuka dan menampakkan sosok orang yang sudah lama tidak dijumpainya. Sosok yang pernah menyelamatkan hidupnya, sosok yang selama ini ia kagumi dan ia kejar.

"Shanks?"

Xxx

"Maaf Luffy, andai aku datang tepat waktu. Mereka pasti…" Shanks menatap anak kecil – baginya sebesar apapun Luffy, ia akan selalu menjadi anak kecil di matanya – yang sudah dianggap adiknya sendiri dengan tatapan sedih dan bersalah.

Luffy bersandar di bantal yang ada dibelakangnya dan menggenggam erat selimut diatasnya. Ia tidak percaya ini, itu hanya mimpi. Sebentar lagi kru nya akan datang dan membawanya kembali ke Sunny. Membawanya pulang. Ia yakin itu, tapi kenapa…

"Luffy apapun yang kau ingat atau kau lihat di mimpi mu itu nyata. Jangan kabur dari kenyataan." Shanks memeluk Luffy perlahan – lahan, seolah – olah Luffy adalah barang yang akan pecah jika ia memeluknya telalu erat . "Kami semua disini. Kau tidak sendirian."

"Mereka sudah mati? Teman – temanku? " suara Luffy sangat tenang, berbeda dengan saat ia kehilangan kakaknya. Tidak ada isakan tertahan, air mata, atau teriakan.

"Mereka melindungimu saat perang itu dan.." Shanks tetap memeluk Luffy menetralisir rasa takut akan kehilangan bocah dihadapannya ini jika ia melanjutkan kata - katanya "Akainu membunuh mereka, di hadapanmu yang sekarat, saat aku tiba disana ia membunuh Roronoa, anggota terakhir yang berdiri di hadapanmu. Setelah mengucapkan beberapa patah kata padamu dan menyadari keberadaanku, dia pergi. Aku tidak bisa menyelamatkan satu pun dari mereka" Awalnya Shanks ragu harus menceritakan ini atau tidak, tapi dia melanjutkan kalimatnya sambil perlahan – lahan melepaskan pelukannya "Kami menguburkan teman – temanmu di pulau yang sama dengan Shirohige dan Ace, jika kau mau-"

"Shanks, maaf tinggalkan aku sendiri"

Xxx

Shanks keluar menuju dek tempat kru nya mengobrol dengan suara rendah. Mereka semua langsung terdiam saat melihat kaptennya keluar dengan wajah tanpa ekspresi. Ben menepuk pundaknya perlahan dan memberikan sebotol sake, sesuatu yang benar – benar dibutuhkannya saat ini "Semua orang butuh proses Kapten, tapi Luffy mengalami 2 kali kehilangan yang terlalu menyakitkan, Luffy memiliki batasnya sendiri."

Apa yang dikatakan Ben memang benar, dia tidak ingin mempercayainya tapi kehilangan ini memang terlalu seluruh kru merupakan kegagalan terbesar seorang kapten dan Shanks tidak tahu hal gila apa yang akan dia lakukan jika itu terjadi padanya. Ia menatap seluruh krunya yang tidak bisa menyembunyikan rasa sedih mereka untuk Luffy, dan sekilas menatap Yassop yang hanya memandang langit dengan pandangan yang sama yang ia lihat dari Luffy. Pandangan tidak percaya, yang menganggap ini semua hanyalah mimpi buruk yang panjang.

"Aku tahu Ben" Seribu kalimat lain yang terlintas di benaknya, bahwa ia ingin Luffy kuat, bahwa ia ingin Luffy melaluinya, bahwa ia ingin semua ini hanya mimpi, ingin ia sampaikan pada Ben. Tapi ia menganggap itu tidak perlu, karena Ben pasti mengerti "Aku tahu"

.

.

Entah sudah berapa hari lewat sejak Luffy terbangun. Ia menolak membukakan pintu untuk siapapun. Ia menolak makan dan pengobatan. Suasana di kapal menjadi tidak mengenakkan, semua orang disana menyayangi Luffy dan merasakan kesedihan yang ia rasakan.

Shanks sendiri sudah sangat putus asa, kalau saja bukan Ben yang tetap memperingatinya, ia pasti sudah mendobrak masuk ke kamar Luffy. Meski usaha Ben untuk menghalanginya tidak pernah dilalui dengan damai.

"Sialan, sudah berapa hari dia tidak makan Ben, dia bisa mati!"

"Aku tahu, tapi dia tidak akan mau makan, mentalnya pasti sudah hancur dan ia tidak mau ada siapapun di sekelilingnya, kau tahu itu"

"Tapi bukan berarti kita membiarkannya kelaparan. Dia itu Luffy!"

"De-" Ucapan Ben terputus saat ia melihat seseorang kluar dari kamar tempat Luffy beristirahat. Shanks yang merasa aneh dengan tingkah temannya langsung menoleh kebelakang dan memandang dengan kaget sosok tersebut

"Luffy, kau-"

"Shanks boleh aku pinjam den-den mushi mu?"

"Te.. tentu saja. Siapa yang ingin kau hubungi?" Shanks berjalan menuntun Luffy ke tempat den den mushi kapal, meninggalkan dan melupakan perdebatannya dengan Ben

"Seorang teman lama" Luffy menjawab dengan tenang, sesaat Shanks merasa sosok di depannya ini bukanlah Luffy, dengan suara yang terlalu tenang dan pandangan mata yang terlalu dingin. "Hanya dia yang bisa membantuku"