My Monkey Boy

Sasuke and Naruto

Naruto © Masashi Kishimoto

Tidak ada keuntungan yang diambil dalam membuat cerita ini. Semua yang ditulis hanyalah imajinasi belaka dari penulis yang dituangkan dalam bentuk tulisan ini.

-Pertemuan Pertama-


Teriakan seorang wanita terdengar keras di pagi hari yang tenang ini. Suara wanita yang berusaha membangunkan anaknya yang belum bangun, padahal waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit dan sekolah akan dimulai kurang dari tiga puluh menit. Bermodalkan panci dan sendok sayur, wanita itu menuju lantai dua yang merupakan kamar anaknya.

Satu ketukan dia lancarkan di pintu anaknya tetapi tidak ada jawaban. Hanya terdengar dengkuran halus, hingga wanita yang diketahui bernama Kushina mendobraknya dan mulai memukul panci di dekat telinga anaknya—Uzumaki Naruto.

"Banguuuun, anak nakal." Dengan tidak berperasaan, Kushina mengadu panci dan sendok sayur, membuat Naruto langsung berdiri layaknya tentara.

Kushina tersenyum melihatnya, ia segera pundak anaknya. "Bagus, sekarang kau mandi. Kalau kau telat lagi dan guru memanggilmu, ibu tidak akan mau datang ke sekolah. Biar nenekmu saja mengurusi."

"Siap!" buru-buru Naruto ke kamar mandi, walaupun dirinya masih setengah mengantuk tetapi kalau Kushina sudah mengatakan bahwa nenek yang mengurusinya maka itu akan menjadi bencana dan Naruto tidak ingin terlibat dengan bencana itu.

Kushina hanya menggelengkan kepala tak percaya kalau Naruto masih saja bersikap seperti itu. Padahal sebentar lagi ia akan menghadapi ujian universitas. Segera Kushina keluar dan menunggu Naruto di meja makan.

Tidak membutuhkan waktu lama, hingga Naruto sudah berada di meja makan. Naruto berlari saat menuruni tangga. Kushina yang melihatnya segera meneriakinya. Minato menghiraukan teriakan istrinya yang setiap hari harus ia dengar.

"Jangan lari di tangga! Kau akan terjatuh." Kushina berusaha untuk mengingatkannya.

Naruto tidak mengubrisnya. Naruto segera mengambil roti yang telah disediakan dan meminum susu dengan terburu-buru. Keadaan seperti ini sudah menjadi hal biasa sehingga Kushina dan Minato memakluminya, tetapi tetap saja Kushina merasa khawatir melihat cara makan Naruto seperti.

"Pelan-pelan saja." Kata Kushina.

"Aku akan makan sambil lari saja." Naruto mencium pipi Kushina dan Minato. Setelah itu melesat keluar dari rumah.

"Ternyata anak itu sudah besar ya." Kata Minato tiba-tiba saat Naruto sudah menghilang dari balik pintu, membuat Kushina tertegun, kemudian tersenyum.

"Iya, sudah enam belas tahun. Rasanya baru kemarin aku melahirkannya. Ia terlihat sepertimu." Ucap Kushina terharu.

"Tapi sifatnya mirip sekali denganmu." Minato tersenyum.

"Karena Naruto anak kita berdua." Minato mengangguk menanggapi ucapan Kushina.

.

.

Naruto berlari kencang, sesekali mengigit rotinya. Untung saja bis yang menuju ke arah sekolahnya datang disaat yang tepat. Naruto mengatur napasnya yang hampir habis karena berlari dari rumahnya ke halte bis.

"Untung tidak ketinggalan." Naruto mengelus dadanya, sedetik kemudian ia melahap rotinya yang tinggal sedikit.

Naruto segera mengambil ipod di tasnya dan memasangkan headset di telinganya. Sebuah lagu dari Betty Who—Somebody loves you mengalun indah di telinganya. Sesekali ia mendendangkan nyanyian itu dengan merdu, membuat siswi di sebelahnya menoleh pada Naruto.

Naruto segera berdiri ketika sekolahnya sudah terlewat, ia segera menghentika bisnya dan berlari kencang menuju sekolahnya. Sesampai di sana, ia melihat gerbang sudah tertutup. Ia berteriak memelas pada penjaga pintu gerbang agar pintu gerbang dibuka untuknya.

"Ayolah, pak. Hari ini aku ada ulangan." Naruto mengeluarkan jurus memelasnya. Tetapi Kabuto—penjaga pintu gerbang tidak peduli.

"Tidak! Kau pulang saja! kau terlambat lebih dari sepuluh menit." Kabuto mengusir Naruto dari hadapannya.

"Ayolah pak. Sekali ini saja aku masuk. Aku bisa mati kalau aku tidak ulangan hari ini." Naruto berusaha membujuknya.

"Sekali tidak ya tidak. Ini sudah peraturan dari sekolah!" dengan mata melotot dan pentungan, Kabuto seakan-akan siap menghajar Naruto.

Nyali Naruto berkurang sepuluh persen saat melihat Kabuto seperti itu. "Jangan begitu pak. Pasti waktu sekolah bapak juga pernah terlambat." Naruto memanyunkan bibirnya.

Kabuto merasa tidak terima ketika dirinya dibandingkan dengan Naruto. "Sudah sana pergi!" usir Kabuto.

Merasa tidak menang, Naruto segera menyudahi perdebatan yang terasa membosankan ini. lama-lama ia akan seperti pengemis saja.

"Dasar satpam gila!" Naruto segera menendang pintu gerbang dan mengumpat.

Kabuto yang merasa kesal, membuka pintu gerbang dan berusaha memberikan pelajaran pada Naruto.

"Kau!" geram Kabuto

Naruto yang merasakan ada kesempatan segera mendorong Kabuto dan menerobos masuk ke dalam sekolah. Kabuto segera bangkit dan mengejar Naruto. Dengan cerdik Naruto berhasil mengakali Kabuto dengan bersembunyi di kamar mandi. Terdengar nada kekesalan dari Kabuto yang Naruto dengar dari kamar mandi. Setelah aman, Naruto segera keluar dan menuju kelasnya.

Naruto mengetuk kelas, dan mendapati Kakashi sedang mengawasi ujian.

"Naruto, kau datang juga." Kakashi tidak menatapnya, tetapi suara yang menusuk itu membuat Naruto ketar-ketir.

"I-iya," Naruto berusaha untuk tidak terlihat gugup.

"Sekarang kau ke lapangan dan bersihkan semuanya, setelah itu kau bersihkan juga gudang sekolah. Semuanya selesai, kau baru boleh ikut ujian."

"Tapi sensei—" perkataan Naruto segera terpotong.

"Kalau mau saya bisa menambahkan gedung olahraga." Kini Kakashi menatap Naruto dengan tatapan mengintimidasi.

"Baik sensei." Naruto segera pergi dari sana. Tidak perlu ia membersikan gedung olahraga. Cukup lapangan dan gudang sekolah.

Bergegas Naruto ke lapangan dan terlihat Kabuto yang tersenyum penuh kebahagian dengan hukuman yang sedang Naruto jalani.

"Siaaal! Kenapa hari ini aku begitu sial!" naruto mengucapnya dengan nada frustasi dan menendang pohon di depannya, sedetik kemudian dia mengaduh, memegangi kakinya. "Dasar pohon sialan!." Naruto mengutuki pohon yang ia tendang.

Dengan kakinya yang sakit, ia segera menyapu lapangan yang lumayan luas, meratapi kemalangan yang menimpanya pada hari ini. ai sudah sangat tidak semangat untuk melanjutkan aktivitas di sekolah ini. Setelah di lapangan sudah ia selesaikan, Naruto segera menuju gudang sekolah.

Saat Naruto ingin masuk ke dalam gudang sekolah, ternyata pintu gudang terkunci. Naruto mendengar suara sepatu yang berjalan ke arahnya. Buru-buru Naruto segera mencari tempat persembunyian. Naruto segera memanjat pohon, ia tidak ingin keberadaanya diketahui.

Dari atas pohon ia bisa melihat dengan jelas ada dua orang yang sedang berbicara. Tampak lelaki itu mengikuti perempuan yang berada di depannya. Ketika perempuan itu berhenti, lelaki itu juga berhenti. Naruto dapat melihat dua orang itu adalah Sasuke dan Sakura—sepasang kekasih yang dikabarkan akan bertunangan setelah mereka lulus dari sekolah. Naruto melihat Sakura akan mengatakan sesuatu pada Sasuke, terlihat dari wajahnya. Naruto berusaha menajamkan telinganya. Mungkin saja, ia akan menjadi orang pertama yang mengetahui tentang hubungan Sasuke dan Sakura selanjutnya.

Naruto tidak mempedulikan dirinya yang seperti monyet yang sedang mengintai makanan kesukaannya. Ia meninggalkan tugasnya untuk membersihkan gudang sekolah.

"Maafkan Sasuke." Sakura mengucapnya dengan menunduk.

"Untuk?" tanya Sasuke dengan wajah yang datar, bahkan terlihat ia melipat tangannya. Seolah-olah tidak mempedulikan Sakura yang merupakan kekasihnya.

"Aku ingin berpisah denganmu." Awalnya Sakura ragu mengucapkannya, tetapi ia berhasil.

"Kenapa?" tanya Sasuke.

"Sepertinya Sasuke tidak peduli dengan Sakura. Kasihan sekali perempuan itu." Ucap Naruto di atas pohon sambil mengintai pasangan itu.

"Aku merasa kau tidak peduli padaku, dan aku sudah mempunyai seseorang yang benar-benar mencintaiku."

"Hn, baguslah."

"Sasuke, kau—" Sakura memandang tak percaya.

"Ya, sejak pertama aku sudah tidak menginginkanmu. Semua ini hanya untuk kedua orang kita." Perkataan Sasuke membuat Sakura menangis.

"Tega sekali kau!" Sakura menampar Sasuke, tetapi Sasuke berhasil menahannya.

"Kau sudah selesai?"

Sakura menghentakkan kakinya, pergi dari sana. Ia sudah tidak ingin melihat Sasuke. Banyak orang yang mengatakan bahwa mereka adalah pasangan yang serasi, tetapi bagi Sakura semua ini adalah sandiwara dan Sasuke sudah membuktikannya. Tidak akan ada cinta untuk Sakura. Itu yang Sakura lihat pada diri Sasuke. Lebih baik ia menyudahi semuanya, daripada ia yang terluka.

"Menyusahkan saja." Sasuke mengangkat kedua bahunya. Ia segera pergi dari sana.

Brukk!

Terdengar bunyi yang cukup keras ketika Sasuke akan pergi dari sana. Buru-buru Sasuke melihatnya. Sasuke mengerutkan keningnya, ia melihat seorang laki-laki sedang mengaduh, mencoba bangkit dari tanah, terdengar suara rintihan kesakitannya yang berusaha ditahan.

Wajah Naruto memerah, menahan malu. Saat Sasuke menatapnya, ia hanya tersenyum paksa.

"Kau mendengar semuanya?" tanya Sasuke pada Naruto yang merintih kesakitan.

Naruto hanya mengangguk. "Maaf ya, aku tidak bermaksud." Naruto menggaruk kepalanya.

"Hn, dasar monyet!"

"Eh? apa maksudmu?" tanya Naruto, tidak dirinya disamakan seperti monyet. Ia kan tidak sengaja bersembunyi di atas pohon.

"Bukan kelakuan saja yang seperti monyet tapi otaknya sama seperti monyet." Setelah itu Sasuke segera pergi, membiarkan Naruto kesakitan.

"Siaaaaal sekali aku! Dia belum tau kalau monyet itu cerdas!" Geram Naruto saat melihat Sasuke pergi begitu saja, tanpa menolong dirinya. "Dasar tak punya hati." Naruto memajukan bibirnya, sambil mengelus pantatnya. "Awas saja kalau ketemu lagi dengannya."

TBC

[Jakarta, 24/04.2015, 23:28]