At 2 a.m.

Pair : Kim Mingyu x Wen Junhui

Genre : Romance, fluff

Rate : T

Enjoy~

.

.

Jalanan Kota Seoul masih dipenuhi dengan kerlap-kerlip lampu, meskipun waktu telah menunjukkan pukul dua pagi. Masih padat dengan aktivitas di kedai soju, di kafe dua puluh empat jam, hingga jalan raya yang masih menderukan bunyi mesin kendaraan. Warga Seoul memang tidak pernah mengenal kata tidur.

Tapi, bukan itu masalahnya. Masalahnya sekarang adalah Mingyu sedang kehilangan kekasihnya ketika ditinggal untuk mandi tadi. Semenjak kekasihnya itu menolak untuk diajak mandi bersama, Mingyu telah menduga bahwa ada sesuatu yang aneh. Kekasihnya itu pasti telah berencana untuk melarikan diri dari dorm. Lebih memilih untuk berada di studio latihan.

Teknisnya, mereka baru saja menyelesaikan latihan mereka bersama member lain, beberapa saat yang lalu. Dan setelah mandi, seharusnya mereka akan langsung beristirahat karena pagi-pagi sekali, sudah ada jadwal padat yang menunggu. Namun, sekarang kekasihnya menghilang. Jadi, alih-alih beristirahat, Mingyu harus menyeret kekasihnya itu terlebih dahulu untuk kembali ke dorm.

Suara pintu yang dibuka secara brutal mengagetkan seorang laki-laki berambut blonde yang sedang menari di dalam ruangan itu. Ia hanya menyempatkan diri untuk menoleh sekilas pada si pelaku. Musik masih mengalun, dan tubuhnya harus terus bergerak mengikuti setiap ritme yang dihasilkan.

"Sudah selesai mandi?" Tanya laki-laki berambut blonde itu, masih belum menghentikan gerakannya.

Mingyu mendengus, lantas mendekati laki-laki itu. Mendekati kekasihnya, Wen Junhui.

"Ayo, pulang!" Ajak Mingyu sedikit berteriak. Jun masih menari, sehingga Mingyu harus bersusah-payah mengikuti kemana gerakan itu membawa tubuh kekasihnya.

"Aku masih harus berlatih! Kalau tidak, bisa-bisa aku melakukan kesalahan lagi di atas panggung."

Kesalahan itu lagi. Mingyu tidak habis pikir, bagaimana Jun masih menghiraukan kesalahan kecil yang pernah dilakukannya pada penampilan live mereka di salah satu acara musik. Tidak ada yang menyalahkannya, bahkan fans juga telah mengatakan tidak apa-apa. Satu-satunya yang mempermasalahkan hal tersebut hanyalah diri Jun sendiri.

Meski begitu, Mingyu mencoba untuk mengerti. Kekasihnya itu tentu merasa kecewa karena tidak dapat memberikan penampilan terbaik ketika dirinya berada di posisi center. Jadi, Mingyu mulai membuat penawaran, "Baik, kutunggu sampai satu lagu ini selesai, ya?"

Jun hanya mengangguk sekenanya.

Mingyu kemudian mengambil posisi duduk di pinggir ruang latihan, mengamati kekasihnya yang masih bergerak dengan lincah meski tubuhnya telah bermandikan peluh. Kekasihnya itu selalu dapat menari dengan sangat baik, dan Mingyu selalu dibuat kagum oleh segala bentuk gerakan dari tubuh indah itu. Mingyu selalu berpikir, bahwa Jun mungkin memiliki ilmu menghipnotis lewat gerakan tubuh, karena sekarang dirinya sudah benar-benar hanyut dalam tarian Jun seakan hanya itulah tujuannya untuk hidup.

Saking terbuainya, Mingyu sampai tidak sadar bahwa lagu yang sama telah mengalun di ruangan itu sebanyak tiga kali. Bahwa Jun telah mengulangi tarian yang sama sebanyak tiga kali, namun dalam power yang berbeda. Kali ini adalah power yang paling lemah, hingga membuat detail gerakannya menjadi berantakan. Saat itulah Mingyu mulai sadar bahwa kekasihnya ini sudah kelelahan.

Tanpa babibu lagi, Mingyu segera menghampiri tape yang berada di sudut ruangan dan mematikannya. Ditunggu sampai besok pun lagunya tidak akan selesai, karena tape itu telah diatur untuk hanya mengulang satu lagu yang sama.

Bukannya berhenti menari, Mingyu mendapati Jun masih melanjutkan gerakannya meskipun yang terdengar di ruangan kini hanyalah derit sepatunya yang beradu dengan lantai. Sepertinya, Mingyu harus benar-benar menyeret Jun pulang ke dorm dalam artian harfiah.

Mingyu mengambil langkah lebar dan cepat mendekati Jun, menarik lengannya, hingga Jun jatuh terhempas ke dalam pelukannya. Tubuh Jun bertumpu sepenuhnya kepada Mingyu, karena sesungguhnya kaki-kaki yang ia gunakan untuk menari tadi sudah terlalu lelah bahkan hanya untuk menopang bobot badannya. Napas Jun terengah-engah, dan Mingyu dapat merasakan itu di telinganya. Dada mereka yang saling menyatu juga mempermudah Mingyu untuk mengetahui seberapa cepat jantung Jun berdetak.

"Kita pulang sekarang." Kata Mingyu, lebih kepada perintah ketimbang sebuah ajakan. Kesal juga melihat Jun yang terlalu memaksakan diri seperti ini.

Jun menggeleng pelan, lantas mendorong dada Mingyu, bermaksud untuk melepaskan diri dari Mingyu. "Tidak! Aku masih harus berlatih…" Alih-alih terlepas dari pelukan Mingyu, Jun justru hampir saja merosot ke lantai jika Mingyu tidak menahan tubuhnya.

"Lihat! Kau bahkan sudah tidak sanggup untuk berdiri!"

Segera saja Mingyu berbalik, melingkarkan lengan Jun di lehernya, serta membawa tubuh Jun yang mulai lemas ke atas punggungnya. Jun tidak dapat berbuat apa-apa selain mengeratkan lengannya di leher Mingyu. Mau meronta juga percuma, karena seluruh tenaganya telah terkuras habis.

Mingyu menggendong Jun sepanjang perjalanan menuju dorm dalam diam. Jun tahu, saat ini Mingyu pasti sedang marah padanya. Jika sedang marah Mingyu biasanya hanya akan diam saja, sampai Jun meminta maaf dan mulai mengajaknya berbicara. Tapi, saat ini Jun juga sedang marah pada Mingyu yang mengajaknya pulang secara paksa, jadi Jun memilih untuk membiarkannya saja.

"Lain kali jangan seperti ini lagi! Kau sudah melakukan yang terbaik, jadi tidak perlu khawatir." Tutur Mingyu, akhirnya memecah keheningan. "Kalau sampai ada tubuhmu yang kenapa-kenapa, aku tidak akan memaafkanmu."

Jun mendengus. "Seharusnya tadi kau tinggalkan saja aku sendirian di ruang latihan!" Ia tidak berteriak, tenaganya hanya cukup untuk mencicit di telinga Mingyu.

Meski begitu, Mingyu cukup paham bahwa Jun sedang menentangnya. "Aku ini mengkhawatirkanmu, Jun." Ujar Mingyu kemudian dengan nada yang lebih lembut.

"Aku tidak perlu itu!" Balas Jun, masih belum cukup kuat untuk sekedar meninggikan suaranya.

Mingyu menghela napas. Sifat keras kepalanya belum hilang ternyata. Beruntung Mingyu menyayanginya, jika tidak, mungkin detik ini juga Mingyu telah melemparkan tubuh Jun yang tidak berdaya ini ke sungai terdekat.

Jika sudah seperti ini, sebaiknya Mingyu diam saja dan membiarkan keheningan kembali menyelimuti langkah-langkahnya yang semakin dekat dengan dorm. Mingyu berjalan dnegan mengamati ujung sepatunya yang bergerak bergantian, sampai sebuah bunyi aneh membuatnya menghentikan langkah.

Kruyuukk~…

"Eh? Bunyi apa itu?" Tanya Mingyu. Lebih kepada dirinya sendiri, karena biasanya Jun tidak akan menghiraukannya ketika sedang berada dalam perang dingin seperti ini.

"B-bunyi… katak?"

Mingyu mengangkat alisnya, sedikit terkejut Jun bersedia menjawab. Ia kemudian sedikit menolehkan kepalanya ke belakang agar dapat melihat wajah Jun.

Dan, bunyi itu muncul lagi. Kali ini lebih jelas, hingga membuat Jun tidak dapat menahan dirinya untuk tidak menyembunyikan wajahnya yang memerah di perpotongan leher Mingyu. Mingyu terkikik setelah menyadari apa yang terjadi.

Tentu saja, itu adalah bunyi dari perut Jun yang meronta minta diisi.

"Seingatku ada yang mengeluh kekenyangan setelah makan malam tadi." Goda Mingyu.

Jun mendengus. "Makanannya pasti sudah diubah menjadi energi saat aku berlatih." Gumam Jun tidak terlalu jelas, karena masih menyembunyikan wajahnya.

"Kalau begitu, mau kubuatkan makanan?" Jun mengangguk, sementara Mingyu mulai mengambil langkah, melanjutkan perjalanannya untuk segera sampai di dorm. Dirinya tidak bisa berlama-lama membiarkan kekasihnya kelaparan. "Mau makan apa?" Tanya Mingyu lagi.

"Ramyeon!" Seru Jun. Sudah punya tenaga untuk berteriak sepertinya.

Tapi, Mingyu menentang keinginan Jun itu. "Eyy… ramyeon itu tidak sehat!"

Jun cemberut, segera mengaktifkan sifat keras kepalanya kembali. "Aku maunya ramyeon!" Kekeuh Jun.

Mingyu menghela napas. "Baik, baik. Akan kubuatkan ramyeon, tapi berjanjilah untuk tidak memaksakan dirimu lagi."

"Janji!"

Mingyu tahu itu hanyalah jawaban agar dirinya dapat menikmati ramyeon, jadi Mingyu mengulurkan jari kelingkingnya yang dilingkari cincin kepada Jun. "Janji?"

Dalam hitungan sepersekian detik, Jun menyambut jari kelingling itu. "Janji!" Katanya penuh semangat.

Mingyu tahu, itupun juga hanya agar dirinya bisa mendapatkan ramyeon. Namun, Mingyu tidak terlalu mempermasalahkannya. Setidaknya, kini perang dingin antara Jun dan dirinya mulai membaik.

Terlebih, kini Jun merangkul lehernya dengan sangat erat, ketika dirinya sedang merogoh kunci dorm di saku celana.

"Aku menyayangimu, Mingyu." Gumam Jun, yang telah kembali mengistirahatkan kepalanya di bahu lebar milik Mingyu.

Mingyu tersenyum. Kali ini, tentu tidak hanya sekedar untuk mendapatkan ramyeon saja.

"Aku juga menyayangimu, Jun." Balas Mingyu, lalu mendaratkan sebuah kecupan di pucuk kepala kekasihnya, sebelum memutar kenop pintu dan membawanya masuk.

-End-

Berhubung banyak yang suka Jun uke (ga terlalu banyak sih, tapi lumayan banyaklah karena setidaknya aku ga sendiri :3), aku jadi termotivasi untuk membuat kumpulan fanfiction khusus untuk Jun uke disini. Yeeaayy!

Awalnya ini mau dijadiin kumpulan GyuJun atau JunGyu aja, tapi setelah kupikir-pikir kayaknya lebih seru kalau Jun dipasangin sama seme-seme yang lain juga. Biar makin banyak rare couple bertebaran di ffn huehehehe

Jadi, selain sama Mingyu, kalian mau baca cerita Jun disemein sama siapa? Kalau dapet ide dan moodku lagi bagus, akan aku usaha buatin untuk cerita selanjutnya~

Kasitau di review yaaa..

So, review juseyooooo :3