Aku bukanlah seseorang yang gampang kau hafal saat pertama kali kau lihat. Aku bukanlah seorang yang ceria, yang bisa membuat semua orang tertawa karena leluconnya. Bukan juga seorang yang memiliki wajah sempurna, bukan pula seseorang dengan harta dan tahta.
Walau begitu tak bolehkah aku mengharapkan hidup yang sempurna?
BaekhyunSamaa Present
Can I?
.
.
.
Angin berhembus kencang menuju wajahku, terpantul kasar oleh kacamata tebalku. Aku terus membolik-balik buku yang kubaca, mencoba menikmati kesendirianku. Kesendirianku? Kenapa aku sendirian?
Karena aku bukan siapa-siapa
Hanya seorang kutu buku yang tak disadari keberadaannya
Anak pendiam yang tak ada yang mau menjadikannya lawan bicara
Seorang pria kesepian yang tak punya teman
Apalagi sahabat
Beberapa orang melangkah menuju kearahku, kemudian duduk didepanku, membuat aku sedikit tergugup dan mengangkat buku yang kubaca hingga menutupi wajah. Entah apa yang motifku melakukan hal itu, yang jelas itulah kebiasaan yang selalu kulakukan.
"Hei, Kai⦠Kau tahu tidak?" seorang pria tinggi menjulang mulai membuka percakapan.
Lawan bicaranya bergeming, masih terfokus pada lagu yang didengarnya.
"Kai, kau mendengarku, kan?" pria itu mencabut headset yang menempel ditelinga lawan bicaranya, yang otomatis membuat pria berkulit tan itu menoleh. "Apa?!" balasnya kelihatan kesal.
Pria tinggi itu tersenyum lebar, lalu menyodorkan sebuah kertas berwarna kuning muda pada Kai. "Dia menyuruhku memberikan ini padamu".
Pria tan tadi mendengus, lalu meletakkan kembali kertas itu diatas meja. 'Birthday Party'. Kira-kira begitulah tulisan yang kubaca dari balik bukuku.
"Kau mau menjodohkannya denganku? Ayolah Hyung, bukankah sudah kukatakan aku tidak tertarik pada wanita?" Terdengar sedikit nada kesal disuaranya.
Pria yang dipanggil Chanyeol itu tertawa renyah, lalu membalas perkataannya. "Kau tahu Kai, sikapmu yang menolak gadis-gadis itu malah membuat mereka semakin penasaran, kau tahu? Lebih baik kau memacari mereka sebentar lalu memutuskannya sepertiku, agar mereka tak mengejarmu lagi!"
Sang lawan bicara mendecih pelan, membuat Chanyeol mengucapkan sebuah kalimat yang entah berarti apa.
Mendengar percakapan itu dapat kusimpulkan, merekalah yang disebut orang-orang popular.
.
.
.
Kumasukkan buku diktatku, setelah guru kami berjalan keluar meninggalkan kelas. Seluruh siswa berhamburan, menuju tempat duduk teman, sahabat, bahkan pacar mereka, untuk sekedar berbincang-bincang, atau mengajak keluar mencari makan. Dan kau tahu?
Tak ada satupun yang datang ketempatku
Aku mengambil buku tebal yang sempat kupinjam diperpustakaan tadi, berpura-pura membacanya bahkan untuk kedua kali, tak mau terlihat menyedihkan dimata mereka.
Tak mau terlihat?
Memang siapa yang akan melihatku?
Aku merasa begitu bodoh memikirkan statmentku itu
"Hei Xiumin, kau tahu, Chen tadi menitipkan salam untukmu" ucap teman sekolahku yang kuketahui bernama Luhan pada teman dekatnya yang bernama Xiumin. Mereka berdua begitu manis, berbeda dengan diriku yang begitu buruk jika dilihat.
"Benarkah? Kau tak berbohong kan Luhannie?" Xiumin bertanya dengan menggembungkan pipinya kecil. Dia benar-benar manis, pantas saja si Chen, ketua grup vocal begitu tergila-gila padanya.
Luhan mengangguk kecil, lalu hendak membuka mulut untuk bercerita. Namun kegiatannya terhenti saat merasakan seseorang meniup belakang lehernya, membuatnya merasa geli dan menoleh kebelakang.
Dan ternyata itu adalah kekasihnya, Oh Sehun
"Sehun-ah, kenapa kau mengagetkanku dengan cara seperti itu lagi, eoh? Geli tahu!" Luhan menampilkan ekspresi merajuknya. Bibir kecilnya dilengkungkan kebawah, dengan mata kecilnya yang disipitkan sempurna. Tuhan, tak bolehkah aku berharap agar terlihat seindah itu?
"Mianhae Luhannie-hyung. Habisnya, kau terlalu sibuk dengan Xiumin-hyung hingga tak menyadari aku datang" Sehun memberi alasannya, membuat Luhan berhenti merajuk. Sehun kemudian menggandeng tangan Luhan, sambil menggoyang-goyangkan kotak bekal ditangannya.
"Luhannie, bisa kau menemaniku makan diatap?" ucap Sehun sambil tersenyum manis, membuat pipi Luhan memerah karenanya.
Tuhan, tak bolehkah aku berharap memiliki kekasih seperti dia?
.
.
.
"Oke, sekarang hitung secara urut 1 sampai 5, untuk menentukan dengan siapa kalian akan berkelompok!"
Guru kami memberikan perintah. Kini terdengar bilangan-bilangan satu sampai lima disebutkan secara berurutan, diikuti dengan teriakan 'Yes' atau gerutuan 'aku tak sekelompok' dari beberapa siswa. Aku berada ditempat paling pojok dibelakang kelas, dan kini tibalah giliranku.
"Lima"
Tidak seperti biasanya, kini semua siswa menoleh kearahku. Tumben sekali? Memang ada apa?
"Bukankah kelompok lima tadi berisikan siswa-siswa popular?"
"Siculun itu akan berada disana?"
"Mau jadi apa dia?"
"Jadi Babu mungkin. Bukankah Raja harus ada pelayannya?"
"Kasihan tahu, apa nantinya hanya dia yang mengerjakan tugasnya sendirian?"
"Mungkin. Sendirian juga bisa. Kacamatanya saja setebal itu. Pelayan kan tugasnya melayani"
"Kasihan sekali. Untung aku tak sejelek itu"
Berbagai komentar terlontar dari teman-teman sekelasku. Sekarang aku tahu, kenapa mendadak semua orang memperhatikanku. Apa se-tak cocok itukah aku bersanding dengan mereka?
Aku menghela nafasku panjang, menahan tangisku agar tak keluar sekarang.
Bukan,
Aku tak marah hanya karena mereka berbicara buruk tentangku
Aku tak menangis sebab hal itu
Karena, bukankah itu benar?
Satu-satunya alasan yang membuatku ingin menangis kali ini adalah-
Mereka bahkan mengataiku tanpa tahu nama asliku
Bukankah itu menyedihkan?
Aku menggeser kacamata yang kupakai, menghapus genangan air mata disana. Namun, sebuah suara menghentikan kegiatanku, membuatku menoleh menatapnya.
"Do Kyungsoo, bisa kau bergabung kemari? Aku sudah tak sabar bekerja sekelompok denganmu"
Seorang pria berwajah malaikat tersenyum tulus padaku, yang entah mengapa menghapus semua kesedihanku hari ini.
Dialah yang pertama kali memanggil namaku.
.
.
.
PART 1 END
