Disclaimer : Masashi kishimoto
Main Cast : NaruSasu
Author : San Yumaru
.
.
.
.
"Sasuke-kun! Ayo bangun, apa kau ingin terlambat kerja!" Teriak seorang gadis berambut pirang panjang, sambil mengguncang tubuh seorang pria yang tengah tertidur di ranjang sederhananya.
Sang pria yang di panggilpun segera membuka matanya walaupun perlahan, mengerjapkannya beberapa kali untuk sedikit menghilangkan kantuknya. "Cepat mandi! Sudah aku siapkan air hangatnya tuh" Gadis itu kembali memekikan suaranya.
Tanpa menjawab Sasuke segera turun dari ranjang, menatap jam yang menunjukan pukul enam pagi. "Ohayou, Naru" Sapa Sasuke sembari mengecup dahi Naruto lembut. Gadis yang tadi berteriak memaksanya bangun.
"Ohayou Sasu" Balas Naruto lalu memeluk tubuh Sasuke dengan hangat. Disaat tubuh porselen Sasuke ada dihadapannya saat ini, ia selalu tidak bisa menahan agar wajahnya tak semerah tomat. Sasuke... Naruto merasa sangat beruntung bisa memiliki Sasuke.
Setelah memberi kecupan kedua pada dahi Naruto, Sasukepun langsung bergegas pergi kekamar mandi untuk membasuh diri, memunggungi Naruto dengan seulas senyum tulus yang dilontarkan gadis itu untuknya.
Bahagia? Pasti beberapa dari kalian berpikir mereka adalah pasangan yang sangat bahagia, sangat amat bahagia. Namun kenyataannya, mereka hanyalah burung yang keluar dari sangkarnya secara paksa. Mereka hanya sepasang kekasih yang terlarut dalam kata cinta, yang tak pandang derajat miskin atau kaya, tak penting direstui atau tidak, yang terpenting mereka harus tetap bersama. Naruto sangat mengerti, pasti Sasuke merasa sangat berat meninggalkan semua kehidupan megah nan menawannya. Narutopun tidak habis pikir kenapa Sasuke mau memilih hidup susah dengannya, merelakan kehidupan 'wah' nya hilang begitu saja demi gadis gelandangan seperti Naruto, padahal ratusah wanita cantik dan kaya dengan sukarela mendekat dan mau menjadi miliknya. Tapi kenapa? Kenapa Sasuke lebih memilih Naruto. Cinta, kata itulah yang akan menjadi jawabannya.
Andai saja orang tua Naruto tidak pergi begitu cepat, pasti ia akan sangat mudah memiliki Sasuke secara utuh, tanpa membuatnya tersiksa seperti ini. Orang tua Naruto adalah pengusaha sukses dan kaya, yang terjamin kehidupannya seumur hidup. Tapi dunia ini kejam bukan? Karena orang tuanya pintar bermain saham, akhirnya mereka diincar karena membahayakan bisnis pengusaha lain yang tidak mau kalah dalam perebutan lahan. Orang tua Naruto di bantai, sedangkan hartanya? Naruto tidak bisa menikmati hasil jeripayah orang tuanya bahkan seujung jaripun, pamannya Nagato telah menguasai harta orang tuanya dan mendepaknya sehinggal dia menggelandang seperti ini. Tapi Naruto masih sangat bersyukur, karena masih ada pria yang mencintainya dengan tulus, menerima dia apa adanya.
"Jangan melamun.." Suara Sasuke segera saja membuat Naruto tersentak, membuat semua lamunan yang tadi menguasai pikirannya hilang seketika.
Dapat Naruto rasakan tangan kekar Sasuke yang hangat melingkat di perutnya, merasakan nafasnya yang hangat, dan detak jantungnya yang berirama damai. "Apakah kau tidak menyesal?" Naruto bertanya pelan.
Sasuke sedikit menaikan alisnya. "Menyesal?"
"Apa kau tidak menyesal telah memilihku dan meninggalkan h-"
"Ya, ya, ya, aku bosan dengan pertanyaanmu itu Naru. Harus berapa kali aku mengatakannya padamu? Dan sudah kukatakan, jangan pernah menanyakan hal seperti itu lagi." Potong Sasuke cepat, ia sangat benci jika Naruto sudah mengungkit masalah ini.
"Aku hanya ingin memastikan.." Gumam Naruto pelan, sambil mengeratkan tangan Sasuke yang sedang melingkar diperutnya.
Dengan segera Sasuke membalikan tubuh Naruto dan menatap mata shappire-nya lekat-lekat, menatapnya tajam agar Naruto percaya padanya. "Aku tidak menyesal telah memilihmu, meninggalkan hartaku, kepopuleranku, orang tuaku hanya untukmu. Tak perduli seberapa kuat mereka menentangku untuk meninggalkanmu, aku akan tetap memilihmu Naru. Just you!" Tegasnya dengan mantap. Menatap seulas senyum tulus yang mengembang di wajah imut Naruto, senyum yang membuatnya sangat yakin bahwa memang ini jalan yang seharusnya ia pilih.
"Sasuke.. Aku mohon berjanjilah takan meninggalkanku!" Seru Naruto, yang semakin mengeratkan pelukannya. Menumpahkan semua rasa sayangnnya pada pria itu, semua jiwa dan cintanya yang sudah mengakar.
"Hn, aku berjanji. Jika aku berani meninggalkanmu, bahkan melirik gadis lain sedikit saja selain dirimu, kau boleh lakukan apa saja padaku. Lakukan apa saja yang kau mau Naru, kalau bisa bunuh aku sebagai balasan karena aku menyakitimu. Kau mengerti?" Dan anggukan Naruto menjadi jawabannya, sekaligus menyudahi perbincangan mereka karena Sasuke harus segera bersiap untuk pergi kerja.
Sepintar apapun otak Sasuke, sejenius apapun dia, dia tidak akan di terima di instansi manapun tanpa ijazah. Saat itu Sasuke tidak memikirkan apapun, yang dia pikirkan hanyalah terus bersama Naruto. Dan akhirnya sekarang ia hanyalah seorang penjaga toko buku, yang gajinya hanya cukup untuk makan dua minggu, sisanya Sasuke harus bekerja serabutan, entah pekerjaan apapun itu.
"Apa kau akan memilih gadis miskin dan menjijikan ini Sasuke! Dimana otakmu?! Bahkan kau tak sedikitpun mendengarkan kata ayahmu untuk meninggalkannya!"
"Siapa yang kau bilang menjijikan? Naru gadis baik-baik ayah. Tak peduli apa status sosialnya, yang pasti aku sangat mencintainya!"
"Kau boleh pilih gadis manapun, yang lebih segalanya dari 'dia'! Kau ingin hidup sengsara? Karena ayah tidak akan memberimu apapun!"
"Maaf, aku tidak sedikitpun tertarik dengan hartamu tuan. Jadi terserah apa katamu!"
"Kau- Sekarang juga pergi dari sini! Jangan pernah menampakan dirimu di hadapanku lagi. Dasar kau anak tidak tau diri! Percuma aku membesarkanmu Sasuke!"
"Heh, tanpa kau suruhpun aku akan segera pergi. Jangan harap aku akan kembali!"
SASUKE!
Ternyata, itu hanyalah sebuah mimpi.. Mimpi tentang kejadian setahun lalu, dimana Sasuke menentang Fugaku untuk merestui hubungan mereka. Walaupun sudah setahun berlalu tapi Naruto masih merasakan kalau ingatan akan kejadian itu sangat mengganggunya, melekat erat dipikirannya dan membuatnya merasa bersalah. Kami-sama, akankah ini semua bisa berubah?
Mata shappire-nya menatap kearah jam dinding yang ada tepat dihadapannya. Sudah pukul sebelas malam, tapi kelihatannya Sasuke belum juga pulang. Tidak biasanya dia seperti ini. Dan..
Zrraaaaassshhhh...!
Malam ini sedang hujan lebat, udarapun terasa sangat dingin. Mungkin Sasuke sedang berteduh sampai hujan berhenti, Naruto bisa maklumi itu. Tapi bagaimana jika Sasuke kedinginan? Hujan malam ini sangat deras dan mungkin akan membutuhkan waktu lama untuk reda. Segera saja Naruto bangkit dan menyambar mantel lusuh yang ia gantungkan di pintu kamarnya, untuk segera keluar dan mencari Sasuke.
"Sasuke..."
Tok, tok, tok!
Ketukan itu tedengar tepat saat Naruto ingin memutar knop pintu rumahnya. Dan setelah Naruto membuka pintu, bisa ia lihat sesosok pria tegap tengah berdiri dihadapannya dengan keadaan basah kuyup. Rahang pria itu bergetar hebat, begitu juga tubuhnya, menandakan dia sedang kedinginan saat ini. Dengan cepat Naruto melepas mantel yang menghangati tubuhnya tadi, dan memakaikannya pada pria dihadapannya. Pria yang selama ini menemani hidupnya, kini sedang kedinginan..
"Kau tunggu disini, aku akan menyiapkan baju ganti!" Seru Naruto cepat, namun tangan dingin Sasuke segera menghentikannya, menggiringnya untuk segera duduk disamping Sasuke.
"Kenapa? Kau bisa kedinginan Sasuke-kun"
Tak menjawab apa yang Naruto ucapkan tadi Sasuke langsung saja memeluknya, dengan dekapan erat seolah tidak akan ia lepaskan. Naruto sangat bingung, tidak biasanya Sasuke bertindak aneh seperti ini.. Apa yang terjadi sebenarnya?
"Lihat, badanmu menggigil Sasuke. Aku ambilkan handuk ya?" Ucap Naruto sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan Sasuke.
"Tetap disini," Jawab Sasuke cepat, tak membiarkan Naruto menjauh darinya sedikitpun.
"Kau dingin Sasuke.. Kau membuatku kedinginan.." Rengek Naruto yang memang benar sedang merasa kedinginan.
Dengan lenguhan malas akhirnya Sasuke melepaskan dekapannya, lalu ia begitu saja pergi melewati Naruto ke kamar mereka.
"Sasuke~!" Naruto mencoba mengetuk pintu kamarnya. Apa mungkin Sasuke marah, tapi tidak mungkin ia marah karena hal sepele seperti ini.
"Sasuke, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu, jadi tolong buka pintunya!" Seru Naruto sedikit meninggikan suara. Namun Sasuke tak juga menggubris.
Apa yang sebenarnya Sasuke rasakan saat ini. Apakah ini titik jenuh Sasuke hidup bersamanya? Apakah Sasuke mulai merasa bosan dan akan mencari wanita lain? Tapi Sasuke pernah berjanji, ia telah berjanji tidak akan meninggalkan Naruto. Entahlah, semua ini mudah saja berubah, tidak semua yang kita mau menjadi kenyataankan?
Kini Naruto hanya bisa termenung didepan jendela ruang tamu, menatap hujan yang turun dengan mata indahnya. Ada apa ini, kenapa ribuan perasaan aneh tiba-tiba menyergap perasaannya, kenapa pikiran negatif tentang Sasuke kini sedang berputar di otakya? Apa yang akan terjadi wahai Kami-sama, tolonglah jangan buat ini semakin miris..
"Naru" Suara bariton dari belakang segera membuat perhatian Naruto teralih, memandang pria yang memanggilnya dengan antusias.
"Gomen, aku telah membuatmu marah Sasuke" Balasnya sambil mengembangkan senyum kecil.
Sasuke membalas senyuman Naruto, berjalan kearahnya dengan senyuman yang sedikit memudar. "Kau salah, tadi aku hanya marah karena pekerjaanku yang kian hari menumpuk. Jadi gomenne aku jadi membuatmu merasa bersalah Naru"
"Sudahlah lupakan saja, aku juga tidak apa-" Naruto menghentikan ucapannya sejenak ketika melihat beberapa lebam biru di beberapa bagian wajah Sasuke, dan terus memandang wajah Sasuke dengan tatapan terkejut.
"Kenapa?" Tanya Sasuke, sehingga membuat Naruto terkesiap.
"Wajahmu, kenapa, apa yang terjadi dengan wajahmu Sasuke?"
Tersenyum kecut, itulah ekspresi yang Sasuke berikan sebagai jawaban sementara. "Aku... Aku hanya berkelahi dengan beberapa gelandangan. Kau tidak perlu khawatir ya Naru, aku tidak apa-apa. Sekarang juga sudah larut malam sebaiknya kau tidur" Jawab Sasuke yang sengaja mengalihkan pembicaraan mereka tentang wajahnya.
Dan sepertinya Narutopun setuju, ia tidak ingin memperpanjang masalah sepele ini. Segera saja ia mengangguk dan memasuki kamar mereka, sedangkan Sasuke langsung bergegas ke kamar mandi untuk membasuh badannya.
... Tears In The Rain ...
Sepi... Sunyi...
Ini hal biasa yang Naruto rasakan saat menunggu kepulangan Sasuke, yang dia kerjakan hanya duduk di ruang tamu sambil menonton tv. Sudah pasti rasanya sangat bosan, jika saja ada seseorang yang bisa menemaninya pasti Naruto akan merasa sangat senang. Hmmm.. Ahya! Kemarin Sasuke bilang akan memberikan hadiah untuknya, hadiah apa ya kira-kira? Mengingat pekerjaan Sasuke yang sudah sedikit lebih baik sebulan terakhir ini, dengan gaji yang sudah cukup untuk menutupi kehidupan mereka.
Lagi-lagi shappire Naruto melirik pelan kearah jam dinding. Ahhh... Masih pukul 20.00, masih dua jam lagi Sasuke pulang. Ini sangat membosankan jika hanya duduk diam sambil menonton tv seperti ini.
"Hmmm... Bagaimana jika aku buatkan makan malam spesial untuk Sasuke malam ini. Lagipula sisa uang belanja kemarin masih banyak. Baiklah, tunggu kejutan dariku ya Sasu-kun~~" Gumam Naruto dengan penuh semangat. Ia tidak sabar melihat wajah Sasuke saat mengetahui bahwa ia telah memberikan kejutan makan malam untuknya.
Dengan semangat Naruto segera menyambar jaket dan berlari ke mini market yang berada di ujung jalan. Hatinya saat ini terasa sangat bahagia. Akhirnya kehidupannya dengan Sasuke sedikit membaik, mereka tak lagi kekurangan dan Sasuke tak lagi bekerja serabutan. Naruto sangat senang melihat Sasuke yang sekarang tidak terlalu terbebani. Huuhhh... Ini benar-benar sangat membahagiakan.
Setelah memilih beberapa bahan makan yang akan menjadi menu spesial malam ini Naruto kembali menyusuri jalan untuk kembali kerumah. Senyum manisnya terus melekat sepanjang jalan, hatinya sangat berbunga-bunga. Mengingat wajah Sasuke yang tersenyum membuat wajahnya seketika itu saja memerah.
Degh!
Langkah Naruto terhenti.. Entah dari mana asalnya, tiba-tiba saja perasaan tidak enak segera menyergap hatinya, menghilangkan semua rasa bahagia yang sedari tadi ia rasakan. Pertanda apa ini? Perasaan ini, apa yang ingin kami-sama tunjukan padanya?
Setelah beberapa saat terdiam Narutopun akhirnya kembali melangkahkan kakinya setelah beberapa saat terhenti. Ia segera membuang semua perasaan aneh yang tadi menyergap hatinya walaupun masih mengganjal, sungguh ia tidak ingin berfikir yang tidak-tidak.
Degh!
"Sasuke..."
Setetes air mata begitu saja meluncur bebas dari dua bola shappire Naruto. Kami-sama, apa memang ini sebuah kenyataan? Baru saja Naruto merasakan apa itu bahagia, baru saja ia merasa ini semua membaik, baru saja ia memiliki harapan baru dan tinggi, apa kau tega meruntuhkannya? Apa kau tega menghancurkannya begitu saja? Pasti ini semua hanya ilusi, ya hanya ilusi!
Beberapa kali Naruto mengusap matanya, berharap jika semua ini tidak terjadi. Tapi, memang inilah kenyataannya, inilah kenyataan pahit yang harus ia terima dengan getir. Sekarang bisa Naruto lihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Sasuke berdiri di seberang sana dengan seorang gadis, gadis yang di jodohkan dengannya. Sasuke, berdiri dengan gadis itu dengan rangkulan hangat yang dia berikan, dan kecupan lembut yang segera mendarat pada dahi gadis berambut merah jambu itu. Rasanya hancur, benar-benar hancur perasaan Naruto saat ini. Semua janji, harapan, dan kenangannya seakan terbakar hangus menjadi debu yang tak berarti. Matanya terasa sangat amat panas, hatinya terasa teremas-remas melihat Sasuke menggandeng gadis itu dengan mesra. Kami-sama... Apa yang sedang kau rencanakan saat ini...
Tak tahan dengan pemandangan ini Narutopun segera berlari sekuat mungkin, sekencang yang ia bisa. Ia banting pintu dengan keras dan segera menjerit sekeras mungkin di dalam kamarnya. Mungkin ini adalah jawaban untuk perasaan aneh yang tadi menyergap hatinya, mungkin perasaan itu petunjuk. Dan akhirnya hal yang selama ini ia takutkan terjadi juga, kini Sasuke sudah berpaling kepelukan wanita lain dan meninggalkannya, meninggalkannya sendirian.
'Clek!'
"Naru?"
Naruto terdiam, ia meredam semua isakan-isakannya tadi. Ia sama sekali tak bergeming, merasakan suara pria yang memanggilnya itu kian mendekat.
"Apa kau sudah tidur?" Tanyanya lembut.
Ini sakit sekali.. Rasanya sangat amat menyakitkan. Hatinya terasa sesak dan teremas hebat. Benarkah ini kenyataan yang terjadi?
"Naru jawa-"
"Jangan sentuh aku! Jangan sentuh!" Teriak Naruto saat tangan Sasuke hendak merangkul bahunya. Membuat Sasuke tersentak dan menarik tangannya kembali.
"Kenapa? Ada apa denganmu?" Tanya Sasuke bingung, dengan mata yang meyorot tajam kearah Naruto.
Dengan gemetar Naruto beranjak dari posisinya untuk berdiri di hadapan Sasuke, dengan kepalanya yang menunduk Naruto mencoba berbicara sambil menahan isakannya. "Jangan tanya ada apa? Jangan tanya kenapa? Kau yang seharusnya sadar Sasuke.. Padahal aku sangat percaya padamu, aku sangat percaya dengan semua janji dan harapan yang kau berikan selama ini. Tapi kenapa kau biarkan semua itu hancur begitu saja, kenapa kau lakukan itu.." Lirihnya getir. Sungguh ia sangat tidak sanggup menerimanya, ia tidak sanggup jika memang Sasuke sudah berpaling kepelukan gadis lain.
"Apa yang kau bicarakan? Aku sungguh tak mengerti?"
"Cukup! Jangan berbohong Sasuke! Aku melihatnya sendiri, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri saat kau berjalan mesra dengan gadis pilihan ayahmu tadi! Kenapa kau begitu mudah membuang semua keperayaanku Sasuke? Apa kau lupa dengan janjimu selama ini?! Kenapa..." Jerit Naruto dengan histeris, membiarkan semua air mata dan emosinya tumpah di hadapan Sasuke.
Mendengar itu, Sasuke segera membuang mukanya kesamping. "Jadi kau sudah tau ya" Desisnya, dengan nada dingin yang sangat menusuk. Membuat hati Naruto semakin terasa tercabik-cabik.
"Kenapa kau semudah itu melupakan cintaku Sasuke? Kau janji tidak akan pernah berpaling, kau berjanji akan terus bersamaku.. Rasanya sangat menyakitkan, kenapa tidak aku bunuh saja aku!"
"Kejadian sebenarnya bukan seperti itu!" Kilah Sasuke dengan lantang sambil menatap mata Naruto dengan tajam. Menatap wajah gadis itu tanpa peduli air mata yang mengalir untuknya.
"Lalu apa? Apa alasan yang akan kau berikan?!"
"Aku tidak tau jika perusahaan tempat aku bekerja adalah perusahaan ayahku. Aku juga tidak tau jika Sakura juga bekerja disana sebagai atasanku. Awalnya aku tidak tertarik, aku juga berpikir tidak akan tertarik olehnya karena aku mencintaimu. Namun waktu terus berjalan bukan, aku lebih sering menghabiskan waktu di kantor bersama Sakura dari pada bersamamu. Dan tak bisa aku pungkiri bahwa dia itu sangat cantik dan menarik. Aku memang tak tertarik dengan Sakura di awal, namun setelah melihat wajahnya terus menerus aku... aku.. aku jadi-"
"Jatuh cinta!" Cegat Naruto cepat, membuat Sasuke kembali membuang wajahnya kesamping. "Apa itu alasannya Sasuke? Apa karena kau lebih sering melihatnya, kau jadi jatuh cinta padanya dan melupakan cintamu padaku?! Apa itu alasannya?!" Tegas Naruto dengan keras, sedangkan Sasuke hanya menggertakan kedua rahangnya. "Jawab aku Sasuke?"
"..."
"Aku mohon jawab aku..." Isak Naruto seraya jatuh terduduk diantara kedua kaki Sasuke.
"Ya!"
Degh!
"Sekarang kau sudah tau jika aku mencintai Sakura. Maafkan aku Naruto aku tidak bisa hidup bersamamu lagi karena aku sudah tak mencintaimu. Dan jangan salahkan aku juga. Kau tidak menarik! Seharusnya aku lebih memilih tawaran ayahku untuk bersama Sakura, dengan begitu aku tidak perlu merasakan hal payah seperti ini. Saat itu aku hanyalah mahluk bodoh. Mana ada orang yang ingin hidup susah padahal ada banyak kekayaan di depan matanya walaupun itu dengan orang yang dicintainya. Jadi terimalah kenyataan bahwa sekaran aku meniggalkanmu Naruto! Jadi selamat tinggal!" Tukas Sasuke dingin. Lalu ia beranjak pergi dari hadapan Naruto, tak sedikitpun menggubris tangisan Naruto yang semakin keras di belakangnya.
Sedangkan Naruto hanya dapat menatap punggung Sasuke dengan segala rasa sakit yang tengah ia rasakan saat ini. Beberapa detik kemudian bayangan Sasuke sudah menghilang di balik pintu, meninggalkan Naruto untuk selamanya, meninggalkan semua janji dan harapan yang dulu pernah ia berikan. Tapi perasaan Naruto lebih kuat, seberapa keraspun ia berteriak untuk tidak mengejar Sasuke namun kakinya tetap saja beranjak untuk mengejar pria itu. Ya, walaupun Naruto tau Sasuke sudah tidak ada dihadapannya namun ia terus saja memacu kakinya, menembus derasnya hujan yang kiat melebat. Ia menjerit sekencang mungkin, walau suaranya teredam oleh derasnya hujan. Ia terus berdiri mematung di ujung jalan walaupun dinginnya malam sudah menusuk sampai ketulang. Sakit, sesak, bahkan tiap denyut jantungnya terasa perih dan ngilu.. Sasuke... Apakah nama itu akan menjadi kenangan? Setelah semua yang mereka lewati dengan suka dan duka, apa itu hanya akan menjadi kenangan hampa?
Kini rasanya tubuh Naruto sudah tidak dapat berdiri dengan tegap lagi, matanya sudah mulai kabur. Dinginnya air hujan yang mengguyur tubuhnya kini sudah membuatnya tak berdaya. Dengan sisa kesadaran yang ada, Naruto masih bisa merasakan bertapa perih hatinya, bahkan sangat amat perih.
"Sasuke...-kun..."
TOBECONTINUE
