Dandelion
Nijimura Shuuzou X Reader
"Kau tahu bunga dandelion? Kau mengingatkanku pada bunga itu. Ia seperti dirimu, membawa kebahagiaan dan keindahan dimanapun ia berada.."
I owned this plot.. Those KnB's characters are mine(?) XD *slapped* I mean..Fujimaki Tadatoshi's sensei(?) :'3 This'is my 2nd fanfics-ssu(?) Hoho i'm sorry if Nijimura-senpai's too OOC D:
Your POV
Ini adalah hari pertamaku bersekolah di sekolah baruku. SMP Teikou. Aku menghela nafas sebelum masuk kelas di hari pertamaku. Aku melangkahkan kaki, masuk ke dalam kelas baruku setelah Ryouko-sensei berbicara.
" Perkenalkan dirimu, _-san" Kata Ryouko-sensei.
Aku tersenyum padanya sambil mengangguk. Aku menarik nafas sebelum mengenalkan diriku kepada teman-teman kelasku. Oh lebih tepatnya teman-teman baruku. Setelah aku selesai dengan perkenalan diri, Ryouko-sensei lalu mempersilahkanku duduk di belakang seorang gadis berambut pink.
" Hai _-chan! Aku Momoi Satsuki! Senang bertemu denganmu~"Aku membulatkan mata saat gadis berambut pink itu tiba-tiba membalikkan tubuhnya untuk menyapaku.
" Salam kenal, Momoi-chan.. Aku harap kita bisa menjadi teman~" Balasku sambil tersenyum.
" Tentu saja! Nanti aku aka—"
" Momoi-san, tolong berhenti berbicara dan perbaiki posisi dudukmu" Kata Ryouko-sensei.
" H-hai, sumimasen Ryouko-sensei" Ucap Momoi sambil membalikkan badannya.
" Ini adalah gym klub basket SMP Teikou, _-chan~! Pernah dengar tentang team basket Teikou sebelumnya?" Tanyanya antusias.
Aku mengangguk sambil tersenyum."Baguslah.. Ayo kita masuk~!" Ia menepuk kedua tangannya sekali lalu menarikku ke dalam gym yang cukup luas ini. "E-eh?! T-tapi mereka sedang—"
" Tidak apa-apa, _-chan! Oh, ayo aku akan memperkenalkanmu kepada teman-temanku"
Bagaimana bisa kau bilang tidak apa-apa, Momoi-chan?! Mereka sedang latihan.. batinku dalam hati. Semua orang di dalam gym melihat ke arahku. Beberapa di antara mereka bertanya-tanya karena mereka tidak pernah melihatku sebelumnya, dengan nada berbisik (tetapi nyatanya masih cukup terdengar olehku) kepada teman-teman satu teamnya.
" Satsuki, siapa anak itu?" Tanya seorang laki-laki berambut biru yang duduk di atas bangku sambil sesekali menyeka keringatnya.
"Dai-chan~! Ini teman baruku.. Perkenalkan, ini _-chan. _-chan, ini Dai-chan, temanku sejak kecil.." Kata Momoi sambil tersenyum.
"Senang bertemu denganmu, _!" Katanya sambil tersenyum lebar.
"Senang bertemu denganmu, Aomine-kun!" Jawabku sambil tersenyum.
"Ah ya yang berambut ungu itu Murasakibara-kun tetapi aku biasa memanggilnya Muk-kun, yang berambut merah itu Akashi-kun, yang berambut itu Kise-kun atau Ki-chan, yang berambut hijau itu Midorima-kun atau Midorin, dan yang berambut biru muda itu...aaaah Tetsu-kun!" Jelasnya panjang lebar sambil sedikit berteriak. Aku tertawa kecil saat melihat semburat merah merona di pipi Momoi. Sepertinya ia menyukai pria yang ia panggil Tetsu-kun itu, pikirku.
" H-halo.. Namaku _ _. Senang bertemu dengan kalian.." Ucapku sedikit gugup saat pemilik nama-nama yang tadi disebutkan Momoi menoleh ke arahku.
"Senang bertemu denganmu, _/-san/-cchi/-chin" Balas mereka sambil tersenyum.
" Ah ya ini Nijimura Shuuzo-senpai! Ia kapten team basket ini. Nijimura-senpai, ini _-chan. _-chan, ini Nijimura-senpai.." Jelasnya sambil memperkenalkanku kepada sosok yang bernama Nijimura Shuuzo-senpai itu. Ia memperhatikanku lalu tersenyum..uh lembut. Aku merasa pipiku mulai menghangat.
"S-senang bertemu denganmu, senpai" Ucapku sambil membungkuk.
" Senang bertemu denganmu, _." Jawab senpai berambut hitam dan beralis tipis itu dengan ramah kemudian kembali bergabung ke dalam lapangan dengan yang lainnya. Sejenak aku memperhatikannya. Harus aku akui...ia memiliki senyum yang indah.
"_-chan~ Maukah kau membantuku untuk menyusun sebagian data informasi ini?" Kata Momoi tiba-tiba yang membuatku memutuskan lamunanku. Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Tentu saja, Momoi-chan" Ujarku sambil mengambil sebagian kertas di tangan Momoi.
"Terimakasih telah membantu Momoi.." Aku menoleh ke belakang, melihat siapa pemilik suara yang berterimakasih padaku.
"Nijimura-senpai?" Ia pun mengangguk sambil berjalan ke arah ku dengan...senyuman itu lagi. Perlahan-lahan aku merasa pipiku kembali menghangat. "Pulang sendirian? Dimana yang lainnya?"
"Aku menyuruh mereka pulang tanpa menungguku, senpai.."
" Kenapa?" Tanyanya sambil berjalan di sampingku.
" Ditengah perjalanan pulang tadi aku lupa kalau buku tugas tertinggal di kelas, jadi aku memutuskan kembali untuk mengambilnya.." Jawabku sambil tersenyum.
"Tsk...pelupa" Katanya sambil sedikit tertawa.
"Dan senpai?"
"Ada urusan dengan pelatih..jadi yah..aku akan menemanimu berjalan karena tidak baik untuk seorang gadis berjalan sendirian"
"Aku mengerti senpai..Uhm maaf merepotkanmu" Ujarku pelan
"Ah tidak apa-apa, _" Jawabnya, tersenyum lagi padaku.
Aku memalingkan wajahku yang aku yakin warnanya sudah seperti kepiting rebus. Aku mulai merasa detak jantungku tidak normal. Ia berdegup dengan sangat kencang saat ia tersenyum. Aku menunduk dan tanpa sadar mempercepat langkahku. Secepat inikah perasaan itu tumbuh?
"_!"
Aku membulatkan mata saat sepasang tangan melingkar di pinggangku untuk menarikku kembali ke tepi jalan lalu...memelukku?!
"S-senpai?"
"Apa yang kau lakukan?! Kau hampir saja kehilangan nyawamu!" Omel Nijimura-senpai. Aku baru sadar kalau aku berjalan terlalu cepat sehingga tidak melihat rambu-rambu lalu lintas. Saat itu juga, sebuah truk sedang melaju dengan kencang ke arahku.
"G-gomenasai, senpai.." Jawabku sambil merutuki diri sendiri.
Ia menghela nafas."Jangan ulangi lagi, _" Aku mengangguk.
"A-ah gomen.." Ucapnya sambil melepaskan kedua lengannya dari pinggangku. Sedikit semburat merah terlihat di pipinya, membuatnya memalingkan wajahnya.
" Uhm..terimakasih senpai.." Ucapku tiba-tiba saat kami melanjutkan perjalanan kami. Ia tidak menjawab apa-apa, hanya menoleh ke arahku sambil mengacak rambutku, dan tersenyum.
" Lain kali aku akan menghukummu jika melakukan sesuatu yang berbahaya lagi"
"Apaaa?"
Author POV
"Kau yakin tidak ingin bermain ke gym? Baiklah, sampai nanti, _-chan~!" Pamit Momoi sambil melambaikan tangan.
Selama beberapa hari ini, kamu tidak mengunjungi gym. Dan hari ini, kamu menolak ajakan Momoi untuk berkunjung. Akhirnya, kamu memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar dan menemukan pohon yang cukup rindang untuk bersandar. Kamu membuka buku yang kamu bawa, sebuah Light Novel yang kamu pinjam dari perpustakaan.
Dalam hitungan menit, kamu mulai merasa bosan. Kamu berdiri dan memutuskan untuk berjalan-jalan ke sekeliling sekolah. Saat melewati gym basket, kamu terkejut ketika Momoi tiba-tiba berlari keluar dari gym darah segar yang mengalir dari tangan Momoi.
" Ada apa, Momoi-chan?" Tanyamu.
" A-ah, _-chan a-aku terlalu ceroboh sehingga tanganku terkena besi tajam.." Jawabnya sedikit panik melihat darah yang terus mengalir dari tangannya. Kamu mengeluarkan sapu tanganmu dari saku rokmu lalu menggunakannya untuk membalut luka di tangan Momoi. "Tunggu disini, sebentar.." Katamu sebelum berlari ke ruang kesehatan dan meminta izin pada dokter sekolah untuk mengambil beberapa perban, plester, dan obat luka. Setelah itu kamu berlari secepat mungkin untuk kembali ke depan gym.
Kamu membuka balutan sapu tanganmu di tangan Momoi."Ini hanya akan sedikit perih, Momoi-chan.." Katamu lembut sambil tersenyum. Kamu mulai meneteskan obat luka pada tangan Momoi agar tidak terjadi infeksi. "Mouu, _-chan aku bukan anak kecil lagi.." Kata Momoi. Kamu tersenyum sambil mengikat rambutmu, agar tidak menganggu saat melilitkan perban.
"Selesai.." Aku tersenyum setelah menempelkan plester pada perban di tangan Momoi.
"Uwaaah, terimakasih _-chan!" Pekik Momoi lega.
Di dalam gym, Nijimura tersenyum memperhatikan kejadian tersebut dari pintu yang tidak tertutup rapat.
_, kau menarik perhatianku.
6 bulan berlalu..
Kamu, Momoi, dan para anggota Kiseki no Sedai semakin akrab. Tidak terkecuali dengan Nijimura-senpai. Seringkali kamu pulang bersamanya atau makan siang bersamanya. Perasaanmu semakin jelas. Kamu menyukainya. Ah bukan, tepatnya mencintainya. Tetapi kamu tidak pernah tahu perasaannya. Ia jarang sekali membahas tentang wanita. Ia selalu sibuk. Terlebih saat-saat menjelang kelulusan. Ia sangat sibuk untuk pertandingan terakhirnya.
Setelah pertandingan terakhirnya, ia sibuk belajar untuk ujian kelulusan. Kamu semakin jarang bertemu dengannya. Ia tidak lagi mengantarmu pulang, ia tidak lagi menemanimu makan siang, ia tidak lagi mengajarimu matematika di atap sekolah saat istirahat, ia tidak lagi tertidur di pahamu karena kelelahan, dan ia tidak lagi...bersamamu. Kamu menghela nafas. Kamu mulai merasa hampa. Terkadang perasaan ini menyesakkan, mengingat kamu belum mengungkapkan perasaanmu padanya. Kamu tidak memerlukan jawabannya, kamu hanya ingin ia tahu, batinmu.
Hingga suatu malam..
"_" Ucap suara di seberang sana, memanggil namamu.
"H-hai, senpai?"
"Kau punya acara nanti malam?"
"Uhn...sepertinya tidak, senpai.. Memangnya kenapa?"
"Mau menemaniku ke festival kembang api malam ini?"
"T-tentu saja senpai.."
"Baiklah, aku akan menjemputmu jam 7 nanti.. Sampai jumpa, _"
Kamu membongkar lemarimu. Mencari-cari baju yang pas untuk acara nanti malam. Pada akhirnya pilihanmu jatuh kepada sebuah (baju favorit, warna baju favorit)mu. "Nee-chan? Kenapa kamarmu berantakan sekali?" Tanya adikmu.
"Aku hanya sedang memilih baju, Ryuuki.."
"Untuk apa? Aaah..nee-chan, apakah kau akan ke festival kembang apa bersama Nijimura-nii?" Goda adikmu.
"Sshh Ryuuka diamlah! Ia hanya temanku.."
"Benarkah? Aku tidak—"
"Kalau kau diam, aku akan membelikanmu gulali.."
" Aku menutup mulutku jika kau memberikannya 3"
"Pssh, tidak.. Hanya 2"
"Baiklah, aku tidak akan diam"
"Oke, oke, 3.." Balasmu menyerah sementara adikmu tersenyum lebar. Kamu memutuskan untuk mengacuhkan adik perempuanmu dan bersiap-siap berhubung hari sudah sore.
Beberapa jam kemudian
Ding dong!
"Ryuuka, tolong lihat siapa itu.." Teriak ibumu dari dapur. "Unnn.." Dengan malas, Ryuuka beranjak dari sofa untuk membukakan pintu.
"Halo.." Sapa Nijimura dengan ramah.
"Nijimura-nii!" Sambut adikmu. Nijimura mengacak rambut Ryuuka lalu memberikannya lollipop.
"Dimana kakakmu?"
"Hihi! Aku akan memanggilnya.. Nee-chan, cepatlah Nijimura-nii sudah menunggumu" Kata adikmu sambil berteriak.
"Yak! Tidak sopan berteriak begitu, Ryuuka!" Omelmu sambil turun dan memasang sepatumu. "Sumimasen, senpai.." Katamu kemudian, sedangkan Nijimura hanya tertawa kecil melihatmu dan adikmu.
"Aku akan keluar sebentar.. Tolong bilang Okaa-san, ne?" Ucapmu sambil mengelus kepala Ryuuka dan tersenyum.
"_"
"H-hai, senpai?"
"Unn, kau sangat cantik.." Rona merah terlihat di pipi Nijimura, begitu juga denganmu.
"Terimakasih, senpai.." Kamu tersenyum dengan lembut.
Perlahan-lahan tangan Nijimura meraih tanganmu, seketika itu juga jantungmu berdetak semakin kencang. Kamu terlalu sibuk dengan pikiranmu sendiri, sampai akhirnya kamu tidak sadar kalau Nijimura berdiri di hadapanmu.
"_?"
"H-hai, senpai?"
" Wajahmu memerah, apa kau sakit?" Ujarnya menaruh tangannya di keningmu. Kamu cepat-cepat menggelengkan kepalamu. "A-aku tidak apa-apa, senpai" Jawabmu. Nijimura hanya tersenyum lalu mengacak rambutmu dengan lembut lalu melanjutkan perjalanannnya.
"Syukurlah.." Katanya.
"_, kita hampir sampai.." Ujar Nijimura. Kamu menatapnya dengan tatapan bertanya mengapa-kau-membawaku-ke-tempat-ini, sebuah bukit dengan hamparan rumput hijau. Nijimura duduk di hamparan rumput tersebut, mengisyaratkanmu untuk duduk di sampingnya.
"_" Panggilnya.
"Hmm?" Jawabmu sambil memandang Nijimura yang duduk disampingmu.
"Aku...ingin bertanya sesuatu padamu.."
"Apa itu senpai?"
Nijimura menarik nafas lalu menghembuskannya." Apa...kau menyukaiku?"
Kamu terdiam dan hanya menatapnya. Bingung, kamu harus berterus terang padanya atau masih menyembunyikannya. Tapi jujur, dalam hati kamu ingin mengakuinya. Terlalu sakit bagimu untuk selalu memendamnya. Disisi lain, kamu masih takut ia akan menjauh ketika ia tahu tentang perasaanmu.
" A-ah tidak apa-apa jika kau tidak ingin menjawabnya. Sejujurnya, aku...menyukaimu. Sebentar lagi aku akan lulus dari sekolah ini, dan sebenarnya...kemungkinan aku akan pergi ke luar negeri untuk merawat ayahku. Aku hanya ingin tahu apa kau mempunyai perasaan yang—"
" Senpai.."
"Ada apa?"
"B-benarkah kau akan pergi?"
Kali ini Nijimura terdiam. Ia mengepalkan tangannya sambil menghela nafas berat. "Gomenasai, _.."
Kamu tertunduk. Menarik nafas untuk menguatkan dirimu. Jika ia pergi, kemungkinan kamu untuk bertemu dengannya sangat kecil dan bahkan mungkin tidak akan pernah bertemu kembali. Jika tidak sekarang maka aku tidak akan pernah mengungkapkannya, batinmu.
"Aku juga...menyukaimu...ah tidak, aku mencintaimu.."
Mata Nijimura membulat. Ia kehilangan kata-kata namun dalam hatinya ia merasa lega. Ia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Namun senyumnya hilang saat ia melihat bulir-bulir bening mengalir di pipimu.
" S-senpai, rawatlah ayahmu lalu kembalilah suatu hari nanti.." Ujarmu.
Sejujurnya, kamu tidak ingin menangis di hadapannya. Kamu tahu, ia dihadapkan dengan kedua pilihan yang berat. Kamu menyeka air matamu, memaksa bibirmu agar membentuk sebuah senyuman. "Jangan lupakan aku ya, Senpai?"
" Idiot, mana mungkin bisa melupakan orang yang ku cintai.."
Grepp!
Matamu membulat. Ia memelukmu. Memeluk erat tubuhmu, seakan tidak ingin melepasnya. Perlahan-lahan kamu membalas pelukannya, memejamkan matamu dan meletakkan dagumu di bahunya.
Ia melonggarkan pelukannya, lalu mendekatkan wajahnya hingga dahi kalian bersentuhan. Kamu bisa merasakan hembusan nafasnya pada jarak sedekat ini, membuat darahmu berdesir hebat.
"_, aku mencintaimu.."
Sedetik kemudian kamu merasakan benda lembut menempel di bibirmu. Ciuman pertamamu. Perlahan-lahan, kamu mulai membalas ciumannya. Ia memiringkan kepalanya dan meletakkan salah satu tangannya di belakang kepalamu, untuk memperdalam ciuman kalian. Kamu dan Nijimura, keduanya sangat menikmati ciuman pertama kalian. Hingga akhirnya kalian berhenti karena suara ledakan kembang api mengagetkan kalian. Kalian tertawa malu lalu menikmati pemandangan langit yang dipenuhi kembang api. Kamu tersenyum, ia tahu kamu menyukai kembang api. Oleh karena itu, ia membawamu ke tempat ini, tempat dimana kamu bisa melihat kembang api, tanpa dihalangi oleh atap-atap rumah penduduk.
"Senpai..?"
"Panggil aku Shuuzou.."
"Unn, Shuuzou-kun?"
"Ya, _?"
"Kenapa...kau menyukaiku?"
"Aku...tidak tahu.." Jawabnya sambil mendongakkan kepala, menatap langit yang dihiasi bintang-bintang.
"...hanya saja, kau mengingatkanku pada sesuatu" Sambungnya.
"Sesuatu?"
Nijimura mengangguk. "Kau tahu bunga dandelion? Kau mengingatkanku pada bunga itu. Ia seperti dirimu, membawa kebahagiaan dan keindahan dimanapun ia berada.." Jawabnya kemudian tersenyum padamu.
Blushh
"B-begitu kah? Unnn, aku senang mendengarnya.." Balasmu sambil tersipu.
"Jangan menutupi wajahmu, aku senang melihat wajah itu.." Godanya sambil memperlihatkan seringaian mautnya.
4 Tahun Kemudian
Kamu membalikkan halaman novelmu, sesekali melirik jam tangan yang melingkar di tanganmu. Kamu mengedarkan pandanganmu, namun matamu tidak ada sosok yang kamu tunggu sejak 30 menit yang lalu. Belum juga ternyata, batinmu dalam hati. Tiba-tiba seseorang menutup kedua matamu dari belakang, dan membisikkan sesuatu di telingamu.
"Tebak siapa.."
"Kau.."
"Aku merindukanmu.." Bisik orang itu lalu melepaskan telapak tangannya yang menutupi kedua matamu, sehingga kamu bisa melihat sosok yang selama ini kamu tunggu. Kamu tersenyum lalu memeluknya dengan erat.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanyamu antusias.
"Baik, dan seperti biasa, merindukanmu.." Godanya.
"Pffh.. Kau tidak berubah, Shuuzou-kun.." Ucapmu sambil sedikit menepuk dada bidangnya. Ia tertawa.
"Bagaimana dengan anggota Kiseki No Sedai? Bagaimana kabar ibumu dan adikmu?" Tanyanya panjang lebar.
"Mereka baik-baik saja. Dan Kiseki No Sedai, mereka bertemu satu sama lain di Winter Cup namun team basket Kuroko-lah yang memenangkan piala itu.."
"Hmm Kuroko? Sangat mengejutkan.." Ujarnya sedikit tidak percaya.
"Jangan meremehkannya, ia berjuang dengan sangat keras bersama dengan cahaya barunya. Kalau tidak salah namanya Kagami Taiga.."
"Ah begitu.. Aku jadi ingin mengadakan pertemuan dengan mereka.."
"Mengapa tidak? Itu ide bagus.. Unn, Shuuzou-kun bagaimana keadaan ayahmu?"
"Shuuzou.." Panggil seorang pria paruh baya yang kemudian menghampiri kalian dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.
"Ah ya.. Ayah, ini _. _, ini ayahku.."
" Senang bertemu denganmu, _"
" Senang bertemu dengan anda, tuan Nijimura.." Katamu sambil tersenyum.
"Bagaimana, Shuuzou? Sudah kalian bicarakan?" Tanya pria itu kemudian.
"Aku akan membicarakannya sekarang ayah.."
"Membicarakan apa, Shuuzou-kun?" Bisikmu padanya saat ayah dari Nijimura berlalu.
"Etto...sebenarnya ayahku ingin kalau kita bertunangan.."
"Oh...apaaaaa?!" Pekikmu pelan.
"Ya. Ayahku menyetujui hubungan kita.." Balasnya tenang sambil tersenyum.
Perlahan-lahan bibirmu membentuk sebuah lengkungan dan kamu merasa pelupuk matamu mulai dipenuhi air.
"Aku tahu kau terharu, _ tapi jangan menangis disini.." Goda Nijimura.
" Yak! Diamlah Shuuzou-kun!"
