Author gila kembali lagi dengan cerita yang aneh bin ajaib. Terinspirasi dari mangaka favorite author Adachitoka yang kemarin mengguncang pikiran author dengan Noragami, dan juga author menjadi shipper beratnya Yatori.. Kyaaaaaaaaaaaa 3 #digampar reader. Semoga cerita yang saya dedikasikan untuk pecinta Noragami dan juga terutama kesintingan Yato bisa menghibur XD

Warning : ketidak konsistenan penggunaan kata aku, kamu, elo, gue, dll dalam ff ini. Lelucon garing, EYD ancur lebur, OOC, sedikit spoiler yang dihancur-leburkan ,typo.


.

.

Daily Lives of Norakgami

Adachitoka adalah pemilik Noragami

Ff gaje ini milik saya :D

.

.


.

.

Gue Yato

.

…..dan gue adalah dewa.

.

Tidak seperti dewa pada umumnya gue tidak punya kuil (dibaca: rumah). Bukan berarti gue gelandangan atau tunawisma, melainkan gue dewa kelas atas, yang selalu membantu orang dimana- mana….kapan saja sehingga tidak bisa menetap di satu tempat. Dengan imbalan murah, hanya 5 yen. Semua itu selain membantu manusia, mensejahterakan diri gue, juga untuk mewujudkan cita-cita gue yaitu…membangun rumah.

.

.

.

Pagi itu seperti biasa gue tidur-tiduran dengan nikmatnya. Maklum semalam habis begadang ronda menghajar ayakashi, yang raib dari yomi gara- gara Kofuku ngibasin kipasnya (dibaca: Daikoku) karena kepanasan. Sudah banyak pula, eh malah diajakin main petak umpet(dibaca: dikejar) sama si ratu BDSM Bishamon. Nenek- nenek itu ga puas-puasnya ngejar-ngejar gue pake pecut saktinya. Alasan dia aja sih gue yang bunuh shinki-nya, namun dia kayaknya nge-fans banget sama gue. Secara gue itu berparas tampan, seperti anak manusia yang diusir dari sebuah negara karena saking gantengnya. Dengan setelan jersey hitam, sepatu boots, dan syal gue yang keren ini, terlihat gue begitu fashionable. Ya kegantengan gue bisa di deskripsikan seperti itu.

.

"Yatooooooooo! Banguuuunn! "

Suara melengking cempreng nan menyakitkan telinga itu memanggil lagi. Suara dari shinki gue ,Yukine. Untuk ukuran shinki dia memang lumayan manis. Tersirat dari rambutnya yang pirang, matanya yang berkilau keemasan, dan tubuhnya yang masih remaja unyu-unyu gitu deh. Gue nemuin dia nemplok di deket kotak pos. Ga tahu ngapain dia disana, jangan- jangan dia memang sewaktu hidup bercita- cita jadi tukang pos. Yang suka mengantar surat kemana- mana. Sejenis sama gue yang delivery god ini, jadi jodoh lhaa~

"Sabar Yukine, 5 menit lagi.." Gue menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh gue. Pagi- pagi kok dibangunin.. Dikasih nasi bungkus kek.

PLAAAKKK!

Rasa sakit menjalar dari kepala. Gue tersentak bangun mengelus kepala gue yang dipukul pake… sandal jepit. Mana tu sandal bau lagi, habis dipake Daikoku bersihin kandang ayam.

"Yukine teme! Bangunin gue yang elit dikit kek! Gue ini master elu tau!"

"Elit apanya! Gue susah payah kerja sambilan, elu malah tidur- tiduran! Emangnya mau dibangunin dengan cara apa?!"

"Dicium…."

Dan sukseslah lemari mendarat menimpa tubuh gue yang seksi ini.

.

.

.

PENGIKUT (DIBACA : FANS) GUE NO.1

Kesal dimarah-marahin melulu sama Yukine, gue kabur ke taman deket rumah. Seperti biasa gue meninggalkan jejak di pagar, dinding, dan juga tempat duduk taman dengan pilok atau spidol. Sebagai promosi jasa gue yang murah dan terpercaya, daripada promosi di TV itu buang- buang uang. Lagian untuk makan aja gue masih numpang di rumah Kofuku. Selain itu gue rajin update twit*r dan facebo*k gue untuk promosi, walaupun kadang- kadang malah akun gue hilang gitu aja. Mungkin dilaporin sering spam- spam promosi kerjaan gue. Namun gue ga gentar. Ilang satu, gue bikin lagi. Semangat gue untuk bekerja tidak kalah dari para manusia. Demi mencapai cita- cita gue membangun kuil yang mewah dan tentu saja ada toilet pribadinya.

Bosan seharian membuat 'kesenian' di taman, gue beranjak mengunjungi pengikut gue no.1 dan mungkin satu-satunya. Iki Hiyori. Cewek yang satu ini meng-klaim dirinya yang nyelametin gue saat gue mengejar kucing yang namanya Uesama. Tidak mengerti kenapa dia bisa ngeliat gue pas itu, yang jelas dia sampai tertabrak truk dan menjadi setengah ayakashi. Kadang- kadang jiwanya keluar gitu deh.. Dan kalau bosan gue rasukin tubuhnya buat promosi kerjaan. Tapi saat itu terjadi, selalu berakhir dengan gue digantung terbalik, dipukul sandal oleh Yukine dan dicelupin ke ember semen,… NA'AS!

Gue sekarang sudah berada di depan rumahnya Hiyori. Rumahnya gede banget, maklum anak pemilik rumah sakit. Gue teleport masuk lewat jendela kamarnya. Dia tidak ada di kamarnya. Gue menghempaskan diri diatas tempat tidurnya. Harum tubuhnya Hiyori terbias disana, membuat gue malu- malu sendiri. Bantal gulingnya gue peluk se-erat mungkin. gue guling- guling ke kiri dan ke kanan jungkir-balik. Gue melihat kearah jam dindingnya, jam 12 siang. 2 jam lagi dia pulang sekolah. Gue bingung apa gue tungguin disini atau gue samperin aja ya. Tapi kalau dipikir- pikir jadi cowok mesti jual mahal. Gue kan dewa, malu ngejar- ngejar anak manusia.. Biar dia yang ngejar- ngejar gue. Akhirnya gue pergi ninggalin kamarnya menuju tempat lain untuk melakukan kesenian lagi.

.

.

.

"Yatoooooooooooo!"

Gue kaget. Bukan gara- gara gue lagi bikin kesenian di toilet umum cewek, tapi gara- gara dipanggil oleh gebetan, eh pengikut gue yang setia. Dia berdiri di belakang gue dengan berkacak pinggang. Dengan wujud setengah ayakashi dan wajah nampak kesal dia menendang maaf, pantat gue sehingga gue mencium tembok dengan mesranya.

"Hiyori temee! Ga liat gue lagi kerja?!"

Tidak nampak sedikitpun dia mengurangi raut kekesalannya. Apa yang gue perbuat? Selingkuh kagak? Apalagi jalan sama cewek lain?Tapi, kayaknya… gue takut mengingat..

"Yato! Kamu tadi ke kamarku ya!"

Bingung! Gue bingung! Perasaan gue sebelum pergi ngerapiin tempat tidurnya dan tidak meninggalkan jejak.

"Ah, elu salah-"

"Jangan bohong! Aku bisa tahu! Kamu meluk- meluk guling ku kan?!

"Kok tahu..,? Ups!' gue keceplosan ngomong.

"Nah tu kan ngaku!"

"Kok elo bisa tau, gue kan sudah rapiin kamar elu?"

"Eh?!.. Itu. Anoo….dari…

Dia keliatan malu. Wajahnya memerah, gue bingung lagi. Dia jangan- jangan punya radar keberadaan gue. Seperti film setiap hari minggu yang gue tonton tentang ngumpulin 7 bola dan keinginan terkabul. Sampai- sampai gue beli bola yang sama di peramal dan melakukan ritual pemanggilan naga. Tapi sebelum naganya datang, bola itu dilempar ke angkasa 1 buah dan 5 buah ke kepala gue oleh Yukine. Yang 1 lagi ilang entah kemana.

"Kalo gue cuma meluk guling elu… kenapa elu marah- marah"

Dia hanya terdiam. Wajahnya menunduk. Gue ga jelas apakah dia malu atau dia semakin marah. Yang gue liat wajahnya memerah kayak semangka dibelah. Lama- lama gue yang ngeliat jadi ikutan memerah. Pemandangan di depan gue sungguh indah. Dia manis banget, dengan rambut coklatnya yang panjang terurai, mata pink –nya yang bersinar cerah, kulit putih mulus tanpa noda, dan tubuh yang aduhai. Manusia bahkan dewa kayak gue sekalipun tidak akan sanggup menatap sosok yang indah ini. Getaran di dada gue makin kenceng aja kayak banci dikejar satpol PP. Dagdigdug ga karuan.

"Hi.. Hiyori…."

"Eeee… ano…" Dengan gugup dia mengucapkan itu. Jangan- jangan dia bakal bilang…kalau dia su-

"Aku ga suka kamu nyentuh barang di kamarku! Baumu tertinggal tau!"

Mak Jleb!

.

Hati ini terasa ditusuk seribu paku payung… sakit! Sakit sekali. Gue ngerti tangan gue keringetan mulu, tapi itu kan bentuk rasa nervous yang mendalam. Walau gue ga pernah mandi pagi, jarang bahkan ga pernah pake deodorant, setau gue bau badan gue harum kok. Buktinya ayakashi selalu bilang bau gue enak.

"Te..teganya elu Hiyori.." Gue memegang dada gue yang sakit sambil beranjak pergi meninggalkan toilet cewek tersebut, sampai…

"Ya,..Yatooo!"…..kamu harus cuci seprei dan sarung bantalnya juga!"

Gue lari terbirit- birit, pergi dari tanggung jawab. Cewek gebetan gue merangkap pemuja gue mengejar dari belakang dengan ganasnya. Ya, cita- cita gue tercapai hari ini, dikejar Hiyori dalam konteks yang sebenarnya.

.

.

.

.

.

.

.

Warna senja semakin memudar di kala gue sedang menjemur seprei dan sarung guling punya Hiyori. Gue heran kenapa gue yang mesti nyuci. Bukannya doi punya pembokat. Gue ini dewa, walau kerjaan gue suka bantuin orang. Kalo gue bawa ke jasa laundry, setengah isi botol tabungan gue bisa lenyap! Terpaksa berkorban dikit demi mencapai cita- cita.

Setelah gue berkutat dengan kerjaan sebagai pembokat dadakan, gue segera naik ke loteng tempat Hiyori dan yukine sedang belajar. Gue lihat mereka masih sibuk belajar matematika. Gue benci matematika, tidak ada gambarnya.

Hiyori seperti biasa menilai dan memberikan pelajaran kepada Yukine. Dengan wujud setengah ayakashi-nya dia mengunjungi kami. Mungkin kalau dia datang malam- malam, nanti bokap nyokap nya khawatir anak gadisnya raib kemana. Kalau saja mereka tahu anak gadisnya raib ngapelin dewa seganteng gue, pasti dengan senang hati anak gadisnya gue kawini.

Gue beranjak duduk di samping Yukine ngeliatin dia ngerjain tugas- tugasnya. Yukine sedikit- sedikit menutup tulisannya dengan tangannya layaknya anak SD takut dicontek temen sebangkunya. Hal itu memicu rasa ke-usil-an gue buat ngerjain doi. Namun sebelum itu terjadi, Hiyori memberikan pandangan yang seolah mengatakan siap menghajar gue kapan saja bila gue mengganggu Yukine.

"Yukineeeeee-kun~~! Ke bawah sebentar, ini ada cemilan!

Kofuku berteriak dari bawah tangga memanggil Yukine untuk mengambil cemilan. Yukine menutup buku tulisnya dan beranjak turun ke lantai 1. Meninggalkan gue dan Hiyori berduaan di loteng ini.

Sunyi.

.

Senyap.

.

Tidak ada suara.

Begitulah situasi saat gue dan dia ditinggal berdua. Penyakit bingung gue kambuh lagi. Biasanya Hiyori dengan lancar memarahi gue atau sekedar mengobrol dengan gue. Jangan- jangan dia masih marah masalah seprei itu.

"Ne… Hiyori.."

Doi tersentak kaget mendengar gue ngomong. Mungkin dia lagi melamun dari tadi.

"Ya, ada apa Yato?"

"Elu masih marah masalah seprei itu ya?" Tanya gue harap- harap cemas.

"Oh itu… ga juga.."

"Elu marah gara- gara gue masuk kamar elu tanpa ijin ya?

Gue bangkit dan beranjak duduk disampingnya. Gue pegang anunya, maksudnya tangannya, dan menatap kearah matanya. Dia masih menunduk malu. Dengan tangan satunya gue memegang anunya, maksudnya dagunya, dan mengarahkan wajahnya menghadap wajah gue. Gue memasang wajah seganteng-gantengnya dengan ekspresi bersinar-sinar. Mungkin bunga mawar bertaburan menjadi latar belakang ekspresi gue saat ini. Doi tetap dengan raut wajahnya, memerah dan menggoda.

"Hiyori… "

"Ya…Yato… aku…"

Gue menutup bibirnya yang lembut dengan telunjuk tangan gue. Tidak perlu diucapkanpun gue mengerti apa yang doi akan bilang. Doi terkesima akan pesona gue. Mungkin doi malu menghukum gue kayak tadi, mungkin doi malu mengakui kalau gue ini menggoda imannya sebagai wanita. Hiyori, tidak usah kau katakanpun, gue-

"SINGKIRKAN TANGAN BERKERINGATMU ITU, DEWA SIALAN!"

Suara cempreng itu mengagetkan gue dan merontokkan bunga mawar yang menjadi latar belakang pesona gue. Yukine, bocah tidak tahu diri ini, menyusup diantara waktu romantis gue.

"Yukine! Elu beraninya menghina master sendiri! Tangan gue ga berkeringat tauu!"

"Jauhkan tangan elu dari Hiyori! Ga liat tu keringet lengket- lengket di tangannya?!"

Gue melirik kearah Hiyori. Doi lagi ngelap tangan dan wajahnya dengan sapu tangan . Tidak lupa dia memberikan beberapa tetes pembersih wajah ke saputangannya. Sejijik itukah doi sama gueeee?!

"Hi..Hiyori…."

"Yato, sebaiknya mulai besok kamu pake sarung tangan saja, keringatmu berlebihan. Kamu ada masalah hormon ya?"

Mak Jleb!

Gue dewa divonis masalah homonal, eh hormonal.

"Hiyorii..! Tega nian elu sama abang!"

Gue berlari meninggalkan mereka sambil menangis, keluar air mata dan air hidung alias ingus. Gue tabrak lari Yukine yang lagi bawa baki berisi makanan dan minuman. semua yang dibawanya tumpah ke lantai. Dia kesal mengejar gue dengan sandalnya (lagi). Gue ga peduli. Gue lari secepatnya dengan langkah berat menuruni tangga dan ..

BRUUKK!

Gue nabrak gorila. Tepatnya shinkinya Kofuku yang agak shotacon dan lolicon, disingkat pedo. Dia menatap gue bak liat pisang, matanya memerah dan asap keluar dari telinganya, seolah dia pengen makan gue hidup-hidup.

"E..etoo.. Daikoku? Apa kabar?"

"APA KABAR PALE LOEE!"

DUAAAK!

Dengan indahnya gue terlempar ke langit gegara pantat gue didorong (dibaca: ditendang) oleh gorila itu. Alhasil gue nyungsep di pohon mangga terdekat. Sambil mengusap pantat gue yang panas , gue mengambil beberapa mangga yang terjatuh saat gu nabrak pohon tadi. Lumayan buat rujakan, sampai akhirnya handphone gue bunyi..

"Ya, Saya Yato, Delivery God! Cepat, nyaman, dan murah, ada yang bisa dibantu~~?"

.

.

bersambung.


fic ini aku kerjain selama liburan , saking ter-obsesi sama adorkable nya si yato.. bwakwakwkakwkakwa. nah diakhir cerita yato ditelpon klien. kalau kalian jadi kliennya , mau minta tolong apakah sama yato? Mind to add it on review :3