Story By: Rue Arclight Sawatari
Disclaimer: Kazuki Takahashi, Shin Yoshida, & Naohito Miyoshi.
Rate: T
Genre: Family/Drama/Friend-Ship/Romance.
Main Chara: Tetsuo.
Crossover: Yu-Gi-Oh! Zexal & Yu-Gi-Oh! Arc-V
Warning: Typo, AR, some mistakes EYD.
A/N: Di sini, marga Shingo menjadi Arclight.
xXx
Saputangan
xXx
.
.
.
Jas? Check. Dasi? Check. Rambut? Sudah dirapikan.
"Yosh! Aku siap berangkat!" Seru Tetsuo bersemangat, tangan kanannya memegang buket bunga Red Chrysanthemum, tak lupa sebuah saputangan.
Bersemangat sekali, ada apakah gerangan?
Beberapa hari lalu, Tetsuo berhasil menjadi Pro Duelist. Tekadnya untuk menyusul Yuuma dan yang lain telah tercapai. Meski belum bisa mengalahkan Yuuma, ia sudah berjuang hingga kini. Lantas, apa yang dilakukannya sekarang? Tak lain dan tak bukan adalah untuk menemui Rio Kamishiro.
Rio? Ya, adik kembar dari Ryouga Kamishiro, Shark. Seorang wanita yang dicintai oleh Tetsuo semenjak pertama kali bertemu. Rio memang seorang wanita yang anggun, cantik, tegas, ahli dalam berbagai hal, sungguh seorang wanita yang sempurna. Siapakah yang tidak akan jatuh hati padanya? Oleh karena itu, agar dapat diakui oleh teman-temannya, terutama Ryouga, Tetsuo berjuang untuk menjadi seorang Pro Duelist. Butuh waktu bertahun-tahun memang, tetapi akhirnya usaha Tetsuo membuahkan hasil.
/Rio-san ..., meski membutuhkan waktu 10 tahun, tapi kini aku telah berhasil! Inilah bukti perjuanganku!/ Batin Tetsuo percaya diri, pria itu memasuki mobilnya, bersiap menemui Rio Kamishiro yang menunggunya di taman pusat Heartland. Melalui Kotori, Tetsuo memintanya untuk menghubungi Rio. Untunglah Rio ada waktu luang dan bersedia menemuinya.
"Hm~ hm~" Tetsuo bersenandung pelan, ia mengendarai mobilnya dengan hati riang. Sungguh ia tak sabar lagi untuk bertemu dengan wanita pujaannya. Setelah sekian tahun lamanya, pastilah wanita itu kini menjadi lebih dewasa dan begitu cantik. Semenjak bertekad menjadi Pro Duelist, Tetsuo selalu sibuk dengan urusannya. Akibatnya, Tetsuo jarang mendapat kabar dari teman-temannya, karena itulah ia tak tahu kabar mengenai Rio. Apalagi jika mengingat Rio meneruskan sekolahnya di luar kota.
Ckit!
"Yosh! Akhirnya sampai." Tetsuo memarkirkan mobilnya, melepas sabuk pengaman, dan mematikan mesin sebelum keluar dari mobilnya.
"Buket bunganya ..., sebaiknya kutinggal. Gawat jika Rio-san tidak suka krisan, akan kutanyakan dulu nanti," gumam Tetsuo seraya memasukkan saputangan ke saku jas, saputangan itu merupakan saputangan dari Rio saat masih SMP.
Setelah siap, Tetsuo buru-buru pergi ke tempat perjanjian. Mungkin Rio sudah lama menunggunya.
Sekali lagi, mungkin.
"Ah, itu dia Rio-san!" Tetsuo tersenyum lebar saat mendapati sosok wanita yang tengah duduk di kursi taman, membelakangi Tetsuo. Meski terlihat dari belakang, Tetsuo dapat mengenali rambut khas Rio.
Tetsuo berhenti melangkah, kini jaraknya hanya sepanjang 10 meter dari Rio. Ia menarik napas sejenak, mempersiapkan diri. Jangan sampai ia malah bertingkah konyol di hadapan Rio! Ingat, Tetsuo! Kini kau seorang Pro Duelist! Sikapmu harus berwiba—
"Mama~ Shingo ingin pie~"
Eh?
Tetsuo mengerjap, rasanya barusan ia mendengar suara anak-anak, tapi di mana?
"Lagi? Bukannya di rumah, Shingo sudah makan dua potong?"
"Bhuu! Hanya sepotong, kok. Papa mengambil yang satunya!"
"Oh ..., Papamu nakal, ya. Baiklah, nanti di rumah, Shingo boleh makan tiga potong."
"Horeee!"
Hening.
Hanya obrolan kedua ibu dan anak itu yang dapat didengar, suara air mancur di samping mereka sama sekali tak terdengar oleh Tetsuo.
Saat ini, Tetsuo hanya dapat terdiam melihat Rio yang memangku seorang anak lelaki berponi pirang, mereka tampaknya tak menyadari kehadiran Tetsuo di belakang mereka.
Anak itu ... anak Rio ...? Sejak kapan ...? Selain itu, poni pirangnya mengingatkan Tetsuo pada seseorang. Seorang duelist yang dulu sempat diidolakannya, hingga Tetsuo mengetahui sifat asli duelist tersebut. Mungkinkah ...?
"Nee, Mama, Kakek Tron nanti malam berkunjung ke rumah, 'kan?"
"Iya, bersama kedua pamanmu, III dan V."
Apa ...? Tron ...? III ...? V ...?
Ya.
Benar.
Benar dugaan Tetsuo. Anak itu, adalah anak dari IV. Seingat Tetsuo, IV memiliki nama asli. Kalau tidak salah ...
"Awas kau, Thomas ... Beraninya mengerjai Shingo."
Thomas ...
Thomas Arclight, IV.
Ironis, ya. Sudah berjuang keras, inilah kenyataan yang mau tak mau harus diterima oleh Tetsuo. Haha ..., kenyataan memang kejam.
"Eh? Tetsuo-kun?"
Tetsuo terhenyak, sial! Rio sudah menyadari keberadaannya! Cepat-cepat Tetsuo memasang senyuman, menghampiri Rio.
"Maaf aku terlambat, Rio-san."
Rio tersenyum lembut dan berucap, "Tidak apa-apa, aku sendiri baru saja datang." Manis sekali, samar-samar, aura penuh keanggunan terlihat pada diri Rio.
"Are? Paman temannya Mama, ya?" Anak lelaki di pangkuan Rio itu menunjuk Tetsuo.
"Ya, dia teman Mama yang Mama ceritakan, Shingo, namanya Tetsuo. Tetsuo-kun, ini Putraku, Shingo Arclight." Rio memperkenalkan Shingo pada Tetsuo.
"Ah, salam kenal, Shingo," sapa Tetsuo.
"Salam kenal, Paman Gendut," balas Shingo spontan. Wah, kasar sekali, pasti diajari oleh ayahnya.
"Shingo!" Tegur Rio.
"Ahaha~ biarkan saja, Rio-san. Namanya juga anak-anak." Tetsuo tertawa renyah seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Jadi ..., kenapa kau memanggilku, Tetsuo-kun?" tanya Rio.
"Ah, aku ingin mengundang Rio-san ke rumahku. Ibu dan kakakku mengadakan pesta perayaan akan keberhasilanku menjadi Pro Duelist. Yuuma dan yang lainnya juga datang, kok," jawab Tetsuo, tetap mempertahankan senyumannya.
"Hanya itu? Mending bilang saja lewat telepon, jangan-jangan sebenarnya mau menggoda Mama, ya?" tuduh Shingo.
"Shingo ..." Rio memejamkan matanya, ia memasang senyuman manis. Ups ..., salah bicara.
"Huwa! Shingo hanya bercanda!"
"A ..., bukan. Sebenarnya, aku ingin bertemu ibumu untuk mengembalikan ini." Tetsuo merogoh saku jasnya, mengambil saputangannya.
Rio membuka matanya, ia tertegun sejenak melihat saputangan itu. Kalau tidak salah ...
"Maaf aku terlambat mengembalikannya, Rio-san." Tetsuo menyodorkannya pada Rio.
"Tetsuo-kun ..."
"Sebetulnya saat itu aku ingin segera mengembalikannya, tapi aku lupa. Begitu ingat, Rio-san sudah keluar kota." Tetsuo tertawa renyah.
Rio tersenyum, ia menggeleng pelan. "Tak perlu dikembalikan, saputangan itu memang untukmu."
"Eh?" Tetsuo berhenti tertawa.
"Itu hadiah dariku. Kuharap akan berguna bagimu, Tetsuo-kun," lanjut Rio.
"Ta-tapi—"
"Sudahlah. Saputangan itu awalnya ingin kuberikan pada Ryouga, tapi pasti Ryouga tak mau menerimanya. Oleh karena itu, lebih baik untuk Tetsuo-kun saja." Ryouga memejamkan matanya, tersenyum lembut.
"Rio-san ..."
"Rio, Shingo."
Ketiga orang itu menoleh, mereka mendapati sosok IV tengah menghampiri mereka. Shingo yang tadi diam saja sesudah ditegur oleh Rio, kini tersenyum lebar dan beranjak turun dari pangkuan Rio, berlari-lari kecil menghampiri IV.
"Papaaa~!"
"Hup! Hm~ anak Papa semangat sekali." IV mengangkat tubuh mungil Shingo, menggendong putranya.
"Thomas, mana Iris?" tanya Rio, wanita itu berdiri dari kursi.
"Di mansion, bersama V dan III," jawab Thomas, ia menggendong Shingo di belakang kepala.
Tetsuo terdiam, ia tak mampu berkomentar melihat keluarga di hadapannya. Wanita pujaannya, kini menjadi istri dari mantan duelist idolanya, bahkan mereka sudah memiliki anak.
"Ah, Tetsuo-kun. Maaf, ya, aku tak bisa lama-lama," pamit Rio.
Tetsuo tersentak, ia segera memasang senyuman. "Ah, tak apa-apa, Rio-san."
"Akan kuusahakan datang ke rumahmu, bersama kedua anakku," ucap Rio sebelum berlalu, mengikuti suaminya yang sudah berjalan lebih dulu ke limousine.
Tetsuo tetap bergeming di tempat, memperhatikan mereka. Terus begitu, hingga limousine itu berlalu dari taman.
"Ternyata ..., aku terlambat ..." Senyuman Tetsuo menghilang.
"Memang ..., aku tak akan bisa mengalahkan yang lain." Tetsuo menunduk, ia mengepalkan tangannya.
"Jangankan IV ..., mengalahkan Yuuma saja tidak bisa ..."
Kecewa.
Itulah yang benar-benar paling dirasakan oleh Tetsuo. Kecewa karena Rio tidak memilihnya. Kecewa karena IV mendahuluinya. Kecewa akan kenyataan ...
"Tapi ..." Tetsuo mendongak.
"Rio-san ..., sejak awal, aku memang tak pantas untukmu. Namun ...," ucapan Tetsuo dijeda, ia menyunggingkan senyuman tipis, "... aku tetaplah seorang Duelist. Tidak, Pro Duelist. Aku tak boleh tak boleh terpuruk hanya karena hal ini!"
xXx
The End
xXx
A/N: Buntu, sampai sini saja. :'v
