Story By: Rue Arclight Sawatari

Disclaimer: Kazuki Takahashi & Naohito Miyoshi.

Rate: K
Genre: Family/Drama/Hurt/Comfort.

Main Chara: Yuuto & Yuuya.

Warning: Gender bender, typo, AU, some mistakes EYD.

A/N: Ini hanya ficlet biasa yang mendadak muncul begitu saja di otak setelah pulang dari pernikahan saudara. QwQ

xXx

Hamburger

xXx

.

.

.


"Huwo! Ke Taman Ria Heartland?!"

Yuuto mengangguk, tangannya sibuk membersihkan goggle kesayangannya. Ada apa, sih? Pagi-pagi begini kok Yuuya sudah menjerit-jerit senang?

"Onii-chan! Beneran kita akan ke Heartland?! Onii-chan nggak bohong, 'kan?" tanya Yuuya heboh, antara senang dan tidak percaya. Hei, harga tiket masuk Heartland itu cukup mahal, jelas saja Yuuya tak percaya. Yuuto tak menjawab, ia cukup mengambil dua lembar tiket berwarna merah delima, dan menunjukkannya pada Yuuya. Geli rasanya melihat wajah adiknya yang sumringah melihatnya.

"Waaaay~! Onii-chan! Sankyuu!" Seru Yuuya seraya menerjang Yuuto, memeluk leher kakaknya.

"Hei, hei, goggle-ku bisa rusak jika kau menerjangku begini," keluh Yuuto. Yuuya cuek saja, justru semakin bergelayut manja di bahu Yuuto. Dasar anak manja. Yuuto menghela napas pendek sebelum menyunggingkan senyuman kecil, sebelah tangannya mengelus rambut merah tomat adik perempuannya.

"Dasar ... Sekarang, ganti bajumu. Kita berangkat 30 menit lagi," perintah Yuuto.

Yuuya menurut, gadis kecil itu menjauh dari Yuuto, dengan cepat ia menghambur ke kamarnya, nyaris menginjak ekor kucing peliharaan mereka. Awas saja jika terinjak, tak terbayang amarahnya ibu mereka nantinya.

/Lain kali kuberitahu di kamarnya saja ..., barang berharga dan makhluk hidup terancam bahaya nantinya,/ batin Yuuto, mengingatkan diri sendiri.


Taman Ria Heartland

Taman bermain yang melaju ke Internasional, menurut kabar angin, di sana juga dijadikan arena duel untuk berbagai duelist. Sebenarnya di Maiami juga ada Taman Ria yang dikelola Leo Corporation, tak kalah oke dan mengasyikkan dari Heartland. Perbedaannya, di Heartland sering diadakan acara memperebutkan Heart Piece, yang dapat mengumpulkannya hingga keseluruhan bagian, akan mendapatkan paket misteri. Isinya bermacam-macam; duel disk, bertemu Duelist idola, rare card, hingga D-Wheel.

Siapa yang tidak senang?

"Dark Rebellion! Direck attack!"

Drak!

/Winning Yuuto!/

"Horeeee~! Onii-chan menang lagi!"

Yuuya bersorak gembira melihat Yuuto kembali memperoleh Heart Piece, kurang satu bagian lagi!

"Aku lelah, kita lanjutkan nanti, ya." Yuuto mengusap keringatnya, cukup melelahkan juga. Ah, yang penting adiknya tak lagi cemberut seperti tadi pagi. Bahkan kini menghambur menghampirinya, hyper sekali.

"Yosh~ Onii-chan, ayo duduk di dekat danau~" ajak Yuuya sembari menarik-narik tangan Yuuto. Oi, oi, Yuuya, kakakmu kelelahan, pelan-pelan dong. Heran, seberapa besar kesabaran Yuuto dalam menghadapi Yuuya? Yuuto menggelengkan kepalanya, terkekeh pelan.

Sudah cukup lama mereka berada di sana, awalnya hanya menaiki wahana biasa, barulah mereka—sebenarnya hanya Yuuto seorang—mulai mengumpulkan Heart Piece.

Untung saja cuaca hari ini mendu—

Tik ... tik ...! Dreess!

Hujan!

— ... atau tidak.

"Huwaa!"

"Yuuya! Kemari!" Spontan, Yuuto menarik tangan Yuuya, berteduh di depan toko junkfood. Orang-orang di sekitar mereka juga ikut berteduh, menghindari rintik hujan. Sial sekali, padahal beberapa menit sebelumnya hari masih cerah. Mendadak hujan seketika ..., sungguh sial.

Yuuya cemberut, gadis kecil itu menggembungkan pipinya. "Uh~ kok malah hujan, sih? Sial banget!" Gerutu Yuuya kesal, ia juga bersidekap.

Yuuti menepuk bahu Yuuya, "Hush, jangan bilanh begitu. Kebetulan saja hujan. Lagipula kita sudah puas bermain, 'kan?"

"Ung ..."

Hening, tak ada lagi yang berbicara di antara mereka. Masing-masing saling memperhatikan hujan dalam diam. Yuuya meniup tangannya, menahan dingin. Walau sudah pakai sweater, tetap saja dingin. Adakah yang lebih buruk dari ini?

TAAAAAARR!

"HWAAAA! ONII-CHAN!"

Yuuto mengerutkan keningnya, ia menarik Yuuya mundur hingga punggungnya sendiri bertemu dengan dinding yang dingin. Remaja berponi indigo itu melepas jaket hitamnya, lalu memakaikannya pada Yuuya yang memeluknya. Kasihan, tubuh adik perempuannya bergetar takut dan kedinginan.

"O-Onii ... -chan ..." Yuuya meremas pelan kemeja kakaknya, wajahnya ditenggelamkan pada bahu Yuuto. Menyadari ketakutannya Yuuya, Yuuto menarik adiknya dalam dekapannya seraya mengelus pelan rambut adiknya. Menenangkannya.

"Sshh ..., sudah. Tenanglah, Yuuya ...," hibur Yuuto, ia menyunggingkan senyuman kecil. Selama beberapa menit, mereka berada di posisi itu. Yuuto tetap mengelus rambut Yuuya, setidaknya hingga Yuuya tak lagi bergetar takut. Tak tega ia melihat adiknya tengah ketakutan seperti ini. Selang waktu tak lama, akhirnya Yuuya tenang juga. Gadis kecil itu melepas pelukannya, genangan air masih membenang di sisi matanya.

"Uh ..., Onii-chan. Yuuya sudah tak apa-apa ...," tutur Yuuya, tak ingin membuat kakaknya khawatir.

Srek!

"Eh?"

Yuuya mendongak, terlihat pada pandangannya, sebungkus hamburger panas tersodor padanya.

"Kau lapar, 'kan? Makanlah." Yuuto menyodorkan hamburger tersebut pada Yuuya. Kapan Yuuto membelinya? Bukannya tadi Yuuto hanya menenangkannya? Ah, entah bagaimana caranya, jika Yuuto orangnya, hal ajaib bisa saja terjadi.

"Tapi ..., Onii-chan sendiri?" Yuuya menunjuk burger itu yang memang hanya ada sebuah.

"Aku masih kenyang. Sudahlah, kau makan saja." Yuuto menarik tangan Yuuya, memberikan burger tersebut padanya.

"Onii-chan ..."

Yuuto tersenyum kecil, "Makanlah."

Aroma roti berwijen disertai daging ham menggelitik penciuman Yuuya, membuatnya tergoda untuk memakannya. Secara perlahan, gadis kecil itu membuka bungkusnya. Terlihatlah roti berwijen yang mengapit sepotong daging yang dibaluri saus tomat dan mayonnaise, disertai selada dan timun segar. Sungguh menggiurkan. Bagaimana mungkin Yuuya dapat menolaknya? Dengan cepat, Yuuya melahap burger hangat tersebut. Empuknya roti, gurihnya daging, berpadu sempurna dengan segarnya sayuran dan asam manisnya saus tomat, memenuhi seluruh mulutnya. Enak sekali.

"Enak ..., Onii-chan ... Enak sekali ..." Yuuya memakannya dengan lahap, tak sadar membuat wajahnya berlepotan saus dan mayonnaise.

"Pelan-pelan, Yuuya." Yuuto merogoh sakunya, mengeluarkan selembar tisu, membersihkan noda yang mengotori wajah Yuuya sementara Yuuya mengunyah burger. Gerakan tangannya terhenti ketika kedua permata onyx-nya menangkap aliran sungai kecil mengalir dari kedua permata merah delima adiknya.

"Yuuya ..."

"Onii-chan ..., arigatou ..."

Tahukah kau apa yang dirasakan seorang adik ketika menyadari bahwa kakaknya berbohong padanya? Sepintar apapun Yuuto berakting, sepintar apapun dirinya, tetap tak bisa menyembunyikan suara gemuruh akibat lapar.

"Onii-chan ..., maaf tadi pagi Yuuya marah-marah ... Yuuya menyesal ... Yuuya sudah ... menyusahkan Onii-chan ..."

"Tidak, Yuuya. Sama sekali tidak," sangkal Yuuto, "Yuuya, 'kan, adikku. Mana mungkin menyusahkan."

"Onii-chan rese! Pasti bohong!"

"Tuh, tahu."

"Bhuuuu!"

Hujan ..., tak selamanya buruk.

xXx
The End
xXx