Disclaimer : Masashi Kishimoto
Naruto, apa boleh aku bertanya padamu?
Sampai kapan kau akan menganggapku sebagi dirinya?
Apa kau tahu perihnya hatiku saat kau memandangku
Tapi dalam matamu hanya terpantul bayangan tentang dia?
.
.
Naruto, bolehkan aku berharap sesuatu?
Jika suatu hari aku bisa mengisi tempat dihatimu?
Tempat yang hanya kau berikan untuknya?
.
.
Naruto, aku hanya ingin
Kau menganggapku sebagai Sai
Bukan seorang Uchiha Sasuke
Yang kau cintai itu
.
.
Tangan Naruto sedikit gemetar ketika dirinya selesai membaca tulisan tersebut. Jangan salahkan dia yang menemukan surat itu di antara tumpukan kertas saat berkunjung ke apartemen Sai untuk mengajak pemuda itu makan ramen bersama. Salahkan saja Sai yang dengan teledor hingga Naruto bisa menemukannya –bahkan membacanya.
Dan salahkan juga tulisan yang dibuat Sai hingga membuat hati Naruto sedikit tidak tenang. Sungguh, tak pernah terpikir oleh Naruto jika orang yang sudah dianggapnya teman tersebut akan berpikiran demikian. Lalu persetan apalagi ini? Sebenarnya apa yang dimakudkan Sai dengan 'yang kau cintai itu'?
Sasuke?
Astaga, Naruto tak habis pikir, darimana Sai bisa mendapatkan pikiran konyol semacam itu. Bukankah dia –bahkan seluruh orang sudah tahu jika orang yang disukai Naruto itu Sakura. Tapi, kenapa ia justru Sai berpikiran orang yang dicintai Naruto itu Sasuke?
Apa gara-gara Naruto memeluk Sasuke waktu keturunan Uchiha itu sadar dari pingsannya. Tapi apa gara-gara hal remeh itu? Bukankah hal itu wajar dilakukan oleh teman yang melihat temannya sadar dari pingsan?
Naruto jadi tersenyum sendiri ketika membayangkan apa yang akan dikatakan atau lebih tepatnya ditulis Sai jika ia berkata bahwa Uzumaki Naruto pernah berciuman dengan Uchiha Sasuke di Akademi.
Perlahan Naruto melipat kertas yang ada digengamannya dan mengenggamnya erat sebelum pemuda itu pergi meninggalkan kamar yang identik dengan warna hitam tersebut. Terkadang, Naruto berfikir jika warna hitam sangat cocok dengan Sai. Tapi pemuda itu justru sering berkata bahwa ia membenci warna hitam. Dan sampai sekarang ia belum pernah tahu apa alasannya sampai pemuda itu membenci warna hitam. Mungkin saja karena warna hitam itu lebih identik dengan kata kelam.
"Sai!" panggil Naruto ketika matanya menangkap Sai yang sedang berjalan di antara kerumunan orang malam ini. Dengan langkah cepat, pemuda itu menghampiri Sai dan menariknya pergi, "Ayo ikut aku," Naruto menarik tangan Sai. Mau tak mau Sai mengikuti langkah Naruto.
Setelah cukup lama berjalan –atau lebih tepatnya diseret oleh Naruto akhirnya ia berdiri di sebuah air terjun yang diapit oleh kedua patung pendiri Konoha. Jika boleh jujur, ia sangat membenci tempat ini. Ia rela dibawa kemana saja, bahkan ke neraka-pun ia rela asalkan tidak ke tempat ini. Karena tempat ini adalah tempat dimana Sasuke dan Naruto berpisah –dan ditempat ini juga Naruto dan Sasuke bertemu setelah sekian lama berpisah.
TBC
Saya lagi tergila-gila sama Sai, dan akhirnya setelah menunggu beberapa menit akhirnya jadi juga fic ini : )
