Rate T

Romance/Slice of Life

Warn : OOC, AU, chapter 1 belum terlihat pair nya, Don't Like Don't Read

Chara : Sasuke/Hinata

Daily Love

.

.

. . . . -oOo- . . . .

Page One

When we meet

. . . . -oOo- . . . .

.

.

Aku tidak suka musim semi.

Memang Sakura yang mekar pada musim tersebut terlihat cantik dengan kelopaknya yang berwarna merah muda. Tetapi wajah dari kecantikan bunga Sakura tidak bisa membuatku keluar rumah atau bahkan sekedar untuk menghirup udara segar.

Aku sudah cukup kerepotan dengan silaunya sinar mentari dan hangatnya udara pada waktu pagi. Aku juga sudah cukup muak dengan suara teriakan anak-anak yang sedang bermain layangan di luar rumah atau bahkan, yang bermain bola sepak hingga bola yang mereka tendang melambung tinggi dan memecahkan kaca jendela milik kakek tua penyuka bonsai di sebelah rumahku. Dan aku paling tidak suka jika seseorang termasuk anggota keluargaku mengganggu di saat aku sedang melakukan ritual Internetan.

"Sasuke sarapan!"

Teriakan ibuku, Keras seperti biasa. Tangannya memegang centong nasi. Ia muncul di balik ambang pintu kamarku yang berupa pintu geser. Aku tidak suka di tatap dengan wajah amarah. Tentu saja, respon wajahku sangat datar, layaknya seseorang yang memandang pengemis tanpa rasa iba.

"Nanti," wajahku kembali beralih memandangi layar komputer. Meskipun tidak sambil melihat nyonya berwajah ketus itu, aku dapat merasakan auranya yang mengatakan 'bahaya'.

Dan coba tebak?

Ibuku meledak.

"SASUKE UCHIHA! Turun sekarang juga!"

Suara langkah yang menggebu, menghampiri meja komputerku,

CTAR!

"Tidaaakk!"

Kabel komputerku di cabut tanpa rasa bersalah. Hal yang di lakukan oleh ibuku, benar-benar sukses membuat sistem komputerku ada yang kacau di suatu tempat. Sial.

"Iya.. aku turun," masih dengan tatapan bermata rendah, aku menoleh ke arah ibuku, kemudian berjalan mendahuluinya menuruni tangga rumah. Ya, kamarku berada di lantai dua. Tepat di sebelah kamar baka-Aniki ku yang mempunyai hobi memajang poster-poster orang bertampang rock. Entah karena suatu pengaruh dari kawanannya yang tidak normal, Itachi menjadi penggemar akut Band aliran Scream dan Hard Rock. Dan aku membenci musik favoritnya. Selain berisik, tidak ada nilai seni bagiku untuk sebuah musik.

"Wah… besok Sasuke jadi anak SMA,"

Aku baru ingat tentang sekolah saat ayahku membicarakannya di meja makan. Besok, aku resmi SMA. Jadi murid dengan Blazer putih berlambangkan KHS. Ah, malasnya. Terlebih lagi, aku di tunjuk sebagai perwakilan siswa baru untuk menyampaikan beberapa patah kata dalam pidato singkat di depan panggung yang penuh dengan lautan siswa berseragam sama denganku. Ngomong-ngomong aku tidak tahu kenapa di tunjuk sebagai perwakilan para siswa? Seingatku, tidak pernah sekalipun aku menjabat sebagai OSIS di SMP dahulu. Jangankan OSIS, ikut organisasi saja tidak. Aku bahkan, lebih sering kabur dari acara sekolah ketimbang menikmatinya. Rasanya janggal.

-OoO-

Pagi ini ibuku menyiapkan onigiri dengan beberapa gulung telur dadar seperti biasa. Aku hanya menyantapnya dalam diam, kemudian buru-buru menyelesaikannya agar bisa kembali ke kamar tercinta tanpa adanya orang lain yang mengusik ketenanganku. Namun, nasib sial di awal musim semi terus berlanjut,

"Hari ini tolong gantikan ibu belanja ya Sasuke. ada hal lain yang harus ibu urusi,"

Aku ingin menolak. Namun, tampang ibuku tak kuasa ku elakkan. Mengerikan jika melihatnya ngamuk dalam mode monster di film Kamen Rider jaman ku kecil. Argh! Apa boleh buat, setengah hati aku mengambil daftar belanjaannya. Setidaknya beliau menyuruhku untuk belanja di minimarket.

Aku pergi dengan kaus hitam favoritku dan celana pendek putih yang berkesan santai. Masa bodo dengan tren. Kalau aku tampan, berpakaian seperti apapun takkan mengubah wajahku menjadi gaya desa kan? Aah, beruntungnya punya marga Uchiha. Meskipun aku lebih sering menyesal ketimbang mensyukurinya.

Perjalananku berhenti, tatkala sebuah bangunan berplang merah dengan tulisan 'Mini market' berada di depan mataku sekarang. Tanpa basa basi aku masuk ke dalamnya. Kemudian mengambil keranjang belanjaan berwarna biru dan membawanya dengan rasa malu. Sumpah! Seumur-umur, baru kali ini aku disuruh belanja. terlebih lagi, ada nama barang yang seharusnya tidak disentuh oleh para Pria pada daftar belanjaan nomor SATU. Ibuku pasti sengaja menyuruhku untuk membeli pembalut!

"Hh.." aku hanya bisa menghela nafas. Kemudian berjalan ke tempat bagian pembalut dan mengambilnya secara acak. Lalu setelah itu, aku pergi mencari peralatan mandi dan beberapa makanan pokok seperti beras dan daging ayam untuk persediaan selama seminggu kedepan.

"Semuanya jadi 9.460 ryo," selembar uang sepuluh ribu ku keluarkan dari dompet cokelat kumal milik ibuku. Setelah itu, seorang mas-mas yang sedang mengemasi barang-barang belanjaanku memanggil,

"Butuh kantung plastik untuk beras dek?"

MasMasBego..

Aku melirik karung beras 10 kilo yang tergeletak di bawah kakiku. Kemudian mengalihkan pandanganku kepada mas-mas yang sudah siap dengan kantung plastik putihnya dengan wajah berseri-seri.

"Gimana dek?"

"Tidak, terimakasih," lebih baik aku memanggulnya tanpa plastik walau akibatnya pasti, tulang pinggangku encok dan tulang punggungku menderita penyakit bungkuk untuk sementara waktu. Daripada aku dituduh goblok gara-gara mengangkut karung beras 10kg dengan kantung plastik.

"Hati-hati dek.. berasnya berat," Mbak penjaga kasir menasihati. Aku cuman nyengir, 'Sialan!' dalam hati. Rasanya mau membanting vas antik milik ayahku dan melemparnya ke muka Aniki-sialan. Kenapa nggak Itachi saja yang lebih besar, kuat, dan lebih tua dariku yang disuruh memanggul karung beras laknat ini? Belum lagi dua kantung plastik besar yang siap untuk diangkut menanti di bawah kakiku. Sepertinya aku terpaksa bolak-balik karena sekarung beras 10kg dan dua buah kantung plastik besar.

Yang pertama karung beras.

Baru saja keluar dari pintu minimarket, pinggangku rasanya mau patah. Aku kan bukan binaraga semacam Ade Rai dan bangsa ototnya. Lagipula, aku juga bukan cowok pecinta olahraga meskipun tubuhku tidaklah selemah itu. Baru beberapa senti dari gedung minimarket, keringat di dahi sudah membasahi seperdua wajahku.

"Kau tidak apa-apa?" masih dalam tubuh yang sedikit membungkuk, aku mendengar seorang perempuan menyapaku dengan suara lembutnya, "Belanjaanmu di mini market tadi, bukan Cuma beras ini saja kan?"

walaupun belum melihat wajahnya, aku hanya mengangguk dalam diam. Kakiku masih sibuk berjalan menahan siksaan beban yang menduduki punggungku.

"Mau kubantu?"

Langkahku terhenti sesaat. Beras di punggungku kuletakkan kembali di atas aspal. Aku ingin lihat, siapa perempuan yang mau-mau nya membantu orang sepertiku ini.

"Hinata Hyuuga, salam kenal," ternyata cuman gadis muda. Sepertinya seumuran denganku. Rambutnya biru panjang, bola matanya kelabu.. tidak asing. Ah, masa bodo'. Yang penting tugas belanjaku cepat selesai,

"Aku tidak bisa membalasmu," perempuan itu tersenyum.

"Bantuanku memang gratis. Biar ku ambil dulu belanjaanmu yang ada di minimarket itu. Tunggu ya," tanpa memandangku, ia pergi, setengah berlari menghampiri gedung putih berhalaman luas untuk sebuah tempat parkir. Kenapa ya dengan dia? Ku kira, orang baik semacamnya sudah punah di muka bumi ini.

tak beberapa lama kemudian, ia keluar dari gedung dan menghampiriku,

"Ayo," kami berdua jalan bersama menyusuri langit pagi yang begitu cerah dan hangat.

-oOo-

"Rumahmu dimana?" tanyanya spontan saat kami sedang berjalan.

"Di pertigaan. Komplek matahari,"

"Wah, tidak jauh dari rumahku. Di komplek kesemek,"

"Oh," maaf saja, tapi aku sedang malas mengobrol saat ini.

"Oh iya, siapa namamu?" dia bertanya lagi, untuk yang kedua kali.

"Uchiha Sasuke," jawabku lengkap.

"Sekarang kelas berapa?" urat di otakku nyaris menegang di permukaan. Cewek ini berisik!

"10," sudah kubilang, aku sedang lelah mengobrol.

"Aku kelas 11.. berarti kau adik kelasku," lagi-lagi ia tersenyum. Cewek berisik ini, lebih tua dariku? Syok.

Sejenak jeda telah tercipta. Akhirnya hening juga…

Meskipun kesal, tapi.. sekali-kali berada di luar rumah boleh juga. Jalanan yang terang, pepohonan yang menghijau, meskipun aku tidak punya citra yang bagus dalam menentukan mana yang indah dan mana yang buruk tetapi, entah kenapa, aku merasa.. nyaman saat memandangi wajahnya.

"…Sasuke? kenapa?"

"Tidak,"

Dan aku punya firasat, bahwa sepertinya… perempuan itu akan muncul lagi di hadapanku pada suatu tempat.

"Jadi ini rumahmu. Baiklah.. barang-barangnya kuletakkan di depan pagar ya? Sampai nanti," perempuan itu berlalu sembari melambaikan tangannya ke arahku. Aneh. Padahal aku baru saja melihatnya sekali. Tetapi, pemandangan dirinya yang pergi saat itu membuatku merasakan de ja vu.

Aku masih memandanginya dari balik punggung kecil itu, Dengan tatapan yang mengambang. Namun, tiba-tiba saja ia membalikkan badannya,

"Selamat Ulang tahun!" aku tersentak kaget ketika mendengar perempuan itu berteriak tiba-tiba. Benar juga, hari ini ulang tahunku. Dan yang bisa kulakukan saat itu hanyalah tersenyum tipis. sebuah pemandangan yang langka bukan?

Tapi, Sepertinya memang benar kalau pertemuanku dengan perempuan itu, bukanlah sebuah keisengan ataupun kebetulan semata. Dia… mengenalku? Terlebih lagi, darimana ia tahu kalau hari ini ulang tahunku?

Yah.. aku boleh kan mengira-ngira akan menjadi seperti apa hariku besok? Dan, Kalau seandainya benar kita bertemu lagi, mungkin.. aku akan jatuh cinta padanya.

-TBC-

A/N : Maaf untuk judulnya yang agak gaje.. hope you like it..

.

.

Thanks For Reading~!

-Fuun-