Haikyuu! © Furudate Haruichi
Warn: Sebagian besar diambil dari percakapan saya dengan teman, so basicly, ini curhat. AU. Sososo much dialogue, like, much much.
"berceritalah, hariku sedang buruk" datang bersamaan dengan denting bel, dan helaan napas berat, dan aroma parfum samar yang tercampur-campur.
"tidakah kau ingin segelas bir dibanding sebuah cerita? Atau kalau harimu sedang buruk bukannya kamu yang seharusnya bercerita?"
"Tidak, tidak aku tidak ingin bercerita" Oikawa menggeser kursi kayu asal-asalan, "Hariku tidak buruk, sebenarnya. Hanya satu hari seperti kemarin, dan kemarinnya lagi, dan kemarinnya lagi. Intinya tidak buruk. Lebih ke, apa ya, membosankan?"
"Memangnya apa yang salah dengan itu?" Sugawara masih fokus pada biji-biji kopinya yang baru setengah tergiling. "Setidaknya kau punya pekerjaan bagus."
Oikawa mengerling, sebelah tangan mengendurkan dasi. "Duh, Koushi, sejak kapan kau jadi tumpul begitu? Apa kau akhirnya terseret kehidupan juga?"
"Well, sepertinya."
"Screw you!" Lalu kemudian ia tertawa kencang, terbahak hingga hampir terjengkang ke belakang. "Aduh kita semua sepertinya berantakan ya? Kita, kota ini, tuntutan masyarakat, semuanya! Aku menyesal cepat-cepat lulus kuliah."
Ada bau menyenangkan ketika Sugawara mulai menyedu kopinya. "Kau butuh empat tahun lebih untuk lulus, tolong. Dan ya, kita semua berantakan. Kau dan aku. Aku berharap tidak pernah datang ke kota ini."
"Kenapa kau kesini kalau begitu?"
Cangkir kecil datang dengan bibir yang ditarik sedikit. "Well, kalau kau mau tau, tuan Tooru. Aku datang tadinya cari cinta, sekalian cari diriku juga karena orang-orang bilang cari cinta itu sepeti cari diri sendiri,"
"Lalu?" ia menyesap sedikit, bersungut karena pahitnya menyebar di mulutnya.
"I buried myself long ago, tho. Dan aku kehilangan diriku. Aku mau tonjok orang yang bilang petika tadi kalau bisa."
"Wow, kinda screwed up, don't you?"
"Screwed up indeed." Ia berhenti sejenak untuk tertawa lepas. "Tapi lihat, aku sekarang pembuat kopi. Bukankah itu keren?"
Ada beberapa alasan mengapa Oikawa menyukai Sugawara yang seperti ini. Ia menyukainya karena ketidak sempuranaan sugawara membuatnya sempurna. Ia menyukainya karena absurditasnya sama besar dengan logikanya. Ia menyukai Sugawara yang kuat karena kerapuhannya.
Karena itulah setelah satu hari melakukan pekerjaan yang bukan pilihannya; Bertemu dengan orang-orang yang bahkan tak tertarik dengan kehidupan mereka, membahas permasalahan yang seharusnya tidak perlu jadi masalah, dan mendengarkan tentang opini-opini sambil lalu tentang pemilihan minggu lalu, sebuah obrolan dengan Sugawara adalah hal yang menyenangkan. Karena Oikawa menemukan dirinya pada Sugawara; seorang yang pernah jadi pemimpi, lalu sedikit-sedikit tergerus realita dan berakhir menjadi manusia membosankan dengan kehidupan yang membosankan.
"Tidakkah kau bosan dengan hidup, Koushi?"
"Terkadang. Tapi pajak toko ini membuatku bertahan. Kau bagaimana?"
"Tuntutan ibuku membuatku bertahan."
"pathetic, aren't we?"
Dan Oikawa, secara tidak terucap, membenarkan.
(Fin)
a/n: well, iya itu barusan curhat, karena, duh, ada kalanya hidup nggak sejalan sama yang pernah digambarkan waktu kelas menengah. Dan saya kangen ff. Saya kangen ngegambar. Saya kangen old-habit saya. Dan semacamnya. Dan semacamnya. Dan semacamnya.
Dan hallo, fandom Haikyuu!, please be nice to me.
