ONMYOUJI TO KITSUNE

Boku no Hero Academia © Horikoshi Kouhei

Fanfiction ini ada untuk memeriahkan event OFA : TodoDeku

Warning : OOC, Kitsune!Shouto x Onmyouji!Izuku, AU fantasy supranatural

Chapter 1 : The Curse

.

.

.

"Jadilah Shikigami-ku, Shouto-kun!"

Peluh memenuhi pelipisnya. Dadanya begitu sesak, membuatnya terengah-engah. Pandangan matanya menyendu dan tanpa harapan. Hidupnya telah terpuruk.

Kedua bola mata lawan bicaranya menyala terbakar di tengah kuil yang membara. Kobaran api menguasai malam bulan purnama. Sosoknya bersinar dihujani cahaya rembulan.

"Ii darou. Tetapi, kau mengerti apa konsekuensinya, bukan? Kau siap menerimanya?"

Tidak ada sisa harapan lagi kecuali momen ini. Bocah lelaki yang mungil itu tak memiliki pilihan lain.

"Ya. Aku siap dengan apa yang akan aku hadapi."

Senyuman manis yang menyayat hati itu terbentuk.

"Saa. Dengan begini, kau adalah milikku selamanya, Izuku."

.

.

.

[10 years later]

Secangkir teh hangat menemani di pagi itu. Aroma teh melati menjadi pengharum tokonya. Kariginu putih bergaris hijau tua itu ia rapikan seraya kemudian kembali menyesap tehnya. Ia teringat dengan firasat yang ia rasakan begitu pagi menjelang. Tetapi sampai tiba waktunya toko itu dibuka, nyatanya tidak terjadi suatu hal pun. (Note : Kariginu adalah pakaian tradisional yang mirip yukata panjang. Biasanya dipakai oleh bangsawan dan Onmyouji di zaman Heian).

"Firasatku biasanya tidak meleset. Tetapi kenapa..?"

Apakah semua itu hanya khayalannya saja? Dibandingkan harus memikirkan hal yang tidak perlu, ia memulai membuka buku tentang teknik pensucian mahluk gaib yang baru saja ia pelajari setengahnya. Kedua bola matanya aktif menyorot tulisan, mulutnya aktif melafalkan matra, dan salah satu tangannya menangkup di depan wajahnya membentuk simbol.

"Kali ini dipastikan aku berhasil mempelajarinya."

Sesi mempraktekkan isi buku tertunda akibat lonceng pintu tokonya berbunyi. Pertanda seseorang telah melewati pintunya, membawa sebuah masalah yang akan dikonsultasikan. Dalam sekejab, sesosok wanita muncul dan menundukkan tubuhnya hormat ke arah lelaki muda berkariginu.

"Shitsureishimasu."

Manik hijaunya berkilau memandang wanita yang baru saja masuk. Ia membangkitkan diri dari duduknya dan menghampiri si wanita.

"Ah, douzo. Selamat datang. Hajimemashite. Saya onmyouji Midoriya Izuku. Apakah ada yang bisa saya bantu untuk nona?"

Ia mempersilahkan si wanita berambut coklat itu duduk dan menyajikannya secangkir teh melati.

"Begini, Onmyouji-san. Ah, sebelumnya maaf, namaku Uraraka Ochaco. Aku tinggal di kawasan perbelanjaan distrik Nagano."

"Hai. Silahkan dilanjutkan."

"Ano.. sepertinya, rumah dan toko kami dikutuk, Onmyouji-san."

"Kenapa nona bisa berpikir begitu?"

"Semenjak sebulan yang lalu, toko kami sepi pelanggan padahal biasanya kami kewalahan menghadapi banyak pelanggan setiap harinya. Tidak hanya itu. Orang tuaku sedang sakit dan tidak diketahui sebabnya. Lalu kadang emosi mereka sangat berlebihan."

Sang onmyouji muda memperhatikan wajah si wanita. Terlihat wajahnya begitu kusut bahkan sepertinya ia tidak sempat berdandan sebelum mendatangi tokonya. Kantung matanya begitu tebal dan agak menghitam, seperti habis diamuk masa. Mendengar ceritanya, tidak memberikan kesimpulan apakah benar yang dialami si wanita bernama Uraraka tersebut adalah kutukan. Tetapi Midoriya ingin memastikan sesuatu terlebih dahulu.

"Untuk saat ini, bisa saya lihat telapak tangan anda, nona?"

Si wanita bermata bulat itu mengangguk dan kemudian menyodorkan tangannya kepada si lelaki. Midoriya memperhatikan baik-baik tiap serat dan garis telapak tangan yang agak kasar itu. Matanya menangkap garis cahaya kemerahan menyilang di telapak tangan si wanita. Hal ini hanya Midoriya yang bisa melihatnya, sedangkan si wanita tidak merasa ada yang aneh.

"Apakah akhir-akhir ini nona merasakan keganjalan di tubuh nona sendiri?"

"Ah, kalau diingat-ingat, entah kenapa aku merasa mudah lelah dan tidak ceria. Aku tidak mengerti kenapa tetapi rasanya tidak bersemangat. Bahkan, untuk datang kesini pun. Namun melihat kondisi orang tuaku, jadinya..."

"Wakarimashita. Saya akan coba membantu, sepertinya memang ada hal gaib yang terkait dengan permasalahan nona Uraraka. Tetapi saya belum dapat menyimpulkan, saya akan datang untuk melihat kondisi di rumah nona."

"Ah! Terima kasih, Onmyouji-san."

"Terima kasih kembali. Untuk saat ini, nona bisa pulang terlebih dahulu dan beristirahat. Kita akan melihat-lihat besok."

"Iya. Aku akan kembali besok. Permisi."

Wanita itu pergi dan meninggalkan jejak yang aneh di sekitarnya. Membuat Midoriya berpikir keras. Gejala-gejala yang ditunjukkannya dan cerita yang dikumandangkannya memberikan sedikit petunjuk kepada Midoriya tentang apa yang mungkin terjadi. Namun, prediksi dan pendapatnya belum begitu kuat karena ia belum melihat langsung apa yang terjadi di kediaman si wanita.

Pekerjaannya saat ini sebagai Onmyouji mengharuskan Midoriya untuk bersabar karena ia lebih banyak menghadapi mahluk gaib. Sejak kecil, Midoriya dilatih kekuatan spiritualnya untuk menjadi penerus generasi Onmyouji milik keluarganya. Sesungguhnya, sampai saat ini ia masih belajar untuk mengembangkan diri. Meskipun ia diberikan wewenang untuk mewarisi tradisi keluarga, kekuatan spiritual Midoriya bisa dibilang labil. Sehingga terkadang membuatnya kesulitan menghadapi masalah yang timbul. Untuk menambah pengalamannya, ia membuka toko ramalan dan memberikan konsultasi spiritual bagi siapapun yang datang ke tokonya. Tak sedikit kasus mengerikan yang ia hadapi, bahkan sampai bertemu dengan roh dan siluman kuat yang membuatnya kewalahan dan hampir gagal.

Onmyouji adalah seorang ahli onmyoudo yaitu suatu ilmu kosmologi esoterik Jepang yang menggabungkan ilmu pengetahuan alam dan okultisme. Sejak dahulu, Onmyouji banyak berkutat dengan permasalahan yang dihadapi kekaisaran seperti politik, diluar pekerjaan umum mereka yaitu meramal, mengusir roh, pensucian bahkan pemusnahan hal-hal gaib yang bersifat buruk. Pekerjaan tersebut tidaklah mudah apalagi bagi Midoriya yang memiliki kekuatan spiritual yang labil, meskipun ia sudah membaca semua buku okultisme dan buku onmyoudo yang ia punya tetapi mempraktekkannya sungguh sulit. Oleh karena itu, ia tidak dapat bekerja sendiri.

Midoriya mengambil selembar kertas berbentuk potongan seperti boneka manusia dari balik jubah kariginunya dan melafalkan matra.

"Datanglah."

Dalam hitungan detik, Midoriya merasakan angin yang kuat di sekitarnya. Potongan kertas yang ia pegang sudah terlepas dan terbang ke tengah ruangan. Angin bergemuruh di sekitar potongan kertas itu. Tak lama asap kemerahan dan putih muncul bergerombol dari potongan kertas tersebut.

"Ada apa memanggilku, Izuku?"

Suara laki-laki yang serak dan dalam terdengar dari balik kepulan asap yang mulai menghilang. Kemudian sesosok tubuh muncul dibaliknya. Sesosok pemuda tinggi dan tampan yang menggunakan kariginu berwarna biru navy. Rambut pemuda itu berwarna ganda, sebelah merah sebelah putih. Pada wajah bagian kirinya, sebuah luka bakar terlihat jelas. Terdapat telinga rubah mencuat dari rambutnya yang mencolok. Bahkan dibalik tubuhnya ada sembilan ekor berbulu putih dengan dihiasi bulu merah di ujung-ujungnya. Ekor-ekor itu terus berdansa, mengalihkan pandangan. Penampilannya elegan dan menakutkan di saat yang sama.

"Aku butuh pendapatmu tentang nona tadi. Kau mendengarnya kan, Shouto-kun?"

Pemuda itu tersenyum misterius memandangi Midoriya. Sebelah alisnya naik. Midoriya pun salah tingkah.

"Kau masih saja memanggilku dengan sopan. Apakah ini caramu menjaga jarak dariku? Bukankah aku adalah shikigami dari onmyouji Midoriya Izuku?"

Midoriya menelan ludah. Perkataan si pemuda rubah itu benar-benar tepat sasaran. Membuatnya teringat dengan yang terjadi 10 tahun yang lalu. Meskipun begitu, benar, si pemuda rubah itu adalah shikigami-nya. Shikigami adalah mahluk yang melayani prakisi onmyoudo seperti dirinya. Pada umumnya, seorang Shikigami sangat patuh pada tuannya tetapi situasi yang terjadi pada Midoriya bukanlah hal yang umum terjadi. Justru shikigami miliknya adalah hal yang paling ia waspadai. Sebenarnya dalam hati, Midoriya Izuku selalu resah jika meminta bantuan Shikigami-nya itu.

Shikigami milik Midoriya Izuku adalah seekor siluman rubah berekor sembilan yang tidak biasa. Ia adalah hasil perkawinan paksa antara siluman rubah ekor sembilan yang sudah hidup ribuan tahun dengan siluman wanita yuki onna yang terkenal dengan legenda es pembekunya. Sejak pertama kali bertemu dengan shikigaminya itu, Midoriya sudah merasa ketakutan dengan kekuatan mengerikan perpaduan api dan es yang sangat menakjubkan itu. Shouto, adalah nama yang Midoriya yakini sebagai nama shikigaminya itu karena sang shikigami tidak pernah menceritakan banyak tentang kehidupannya.

"A-Aku hanya sudah terbiasa memanggilmu begitu."

Hanya dalam sekali lihat, Shouto bisa tahu bahwa tuannya itu berbohong. Sudah bertahun-tahun lamanya mereka bersama, jadi mana mungkin Shouto tidak mengetahui semua gerak geriknya. Tanpa memperdulikan semua itu, ia hanya kembali tersenyum dan mendekati sang tuan.

"Kau tidak pandai berbohong, Izuku. Kau tidak seharusnya takut kepadaku. Kau onmyouji, 'kan?"

Jari-jari berkuku tajam itu menjamahi wajah Midoriya. Memberikan sensasi merinding di sekujur tubuh sang Onmyouji muda. Bagaimana mungkin seorang Midoriya Izuku memberikan tekanan kepada shikigami nya yang lebih dominan itu? Bahkan ia tidak memanggilnya dengan sebutan "tuan" ataupun "master". Ditambah lagi, senyuman misterius itu yang siap kapan saja menusuknya dan membunuhnya dalam sekali percobaan. Sebesar apapun usahanya, kekuatan spiritual Midoriya tidak cukup untuk memberikan peringatan kepada si siluman rubah. Tetapi kejadian 10 tahun yang lalu lah yang membuat situasinya seperti ini.

"Ii kara. Kau boleh kembali menyerap energiku nanti. Intinya, apa pendapatmu tentang kasus kali ini. Aku berfirasat buruk."

Lagi-lagi senyum itu. Midoriya sedikit kesal. Pasti si rubah sengaja mempermainkannya lagi agar ia kembali menyerahkan tubuhnya ke si rubah sialan itu. Andai saja ia tidak berjanji dan bertekad kuat tentang apa yang sedang ia jalani saat ini maka.. sudahlah!

"Tidak salah lagi. Semua itu perbuatan mahluk yang berkekuatan sangat kuat. Kau tidak akan sanggup menghadapinya sendirian, Izuku. Nona itu dan keluarganya mungkin saja akan mati sebentar lagi."

"Oleh karena itu, pinjamkan aku kekuatanmu, Shouto-kun."

"Boleh saja, dengan sebuah imbalan yang pantas."

"Aku sudah bilang kau boleh menyerap energiku lagi, sekarang kau masih meminta imbalan?"

"Kau lupa apa janjimu, Izuku?"

Bola mata yang berbeda warna itu menyala, menyiratkan emosi yang tertahan. Lagi-lagi, Midoriya terdesak. Shikigaminya selalu saja bisa mempermainkannya.

"B-Baiklah."

Keesokan harinya, wanita bernama Uraraka Ochaco itu kembali datang di jam yang sama seperti hari kemarin. Kedatangannya begitu terburu-buru dengan wajah yang gelisah. Ia meminta Midoriya cepat datang ke kediaman mereka di area distrik perbelanjaan Nagano yang terletak 10 kilometer jauhnya dari toko ramalan milik Midoriya. Wanita itu berkata keadaan orang tuanya semakin memburuk sejak tadi malam.

"Ano, Onmyouji-san. Orang ini siapa, ya?"

Uraraka mempertanyakan keberadaan seorang pemuda berambut ganda yang sangat mencolok terus saja mengikuti langkah kaki mereka berdua semenjak keluar dari toko Onmyouji. Keberadaannya memberikan tekanan besar ke Uraraka, entah dalam bentuk seperti apa, tetapi itulah yang dirasakan Uraraka.

"Ah, dia adalah partnerku. Dia akan ikut membantu masalah nona Uraraka."

Midoriya tidak menjelaskan lebih tentang keberadaan Shouto diantara mereka berdua. Tak jarang Shouto menunjukkan wujudnya di tengah hari bolong tentu saja dalam wujud manusia. Telinga rubah dan ekornya sudah tersembunyi entah dimana. Sesungguhnya, Shouto dapat menyamarkan diri dalam wujud apapun bahkan jenis kelamin apapun tetapi ia lebih sering menunjukkan wujud manusia aslinya yang mirip wujud silumannya tanpa telinga dan ekor. Semakin besar kekuatan siluman akan menentukan sebesar apa kemampuannya menyamar dan berbaur dengan manusia.

"Tidak perlu panik, Uraraka Ochaco. Aku ikut serta hanya untuk menggoda tuanku saja."

"Eh? Tuan?"

"Shouto-kun!"

Sebelum sempat protes, tanpa sadar mereka telah tiba di kawasan distrik Nagano. Letak kediaman Uraraka tepat di ujung tempat distrik perbelanjaan. Kediamannya terbagi menjadi dua sisi yaitu pertama rumah tempat tinggal yang diberi pagar kayu dan memiliki halaman yang cukup luas, lalu sisi yang kedua berada tepat di sebelah tempat tinggal berupa sebuah toko atau lebih tepatnya restoran masakan Jepang yang menyediakan makanan khas seperti ramen, shabu-shabu, katsudon, toriyaki dan lain sebagainya. Dibandingkan toko-toko dan restoran yang mereka lewati sepanjang kawasan perbelanjaan, restoran mereka memang memiliki aura paling tidak nyaman.

"Ha. Menarik sekali."

Kedua bola mata tajam Shouto memperhatikan tiap detail kediaman yang cukup besar itu. Sedangkan Midoriya, sejak kedatangan mereka, sudah dapat merasakan keganjalan begitu memasuki wilayah perbelanjaan sepanjang distrik Nagano.

Uraraka mempersilahkan mereka masuk ke tempat tinggal mereka. Saat ini restoran mereka tutup dikarenakan kondisi kesehatan para penghuninya mulai memburuk bahkan Uraraka tampak terbatuk-batuk saat memasuki rumahnya sendiri. Saat memasuki halaman rumah itu, Midoriya memperhatikan jejak gajian aneh di pojok halaman yang ditumbuhi tanaman menjalar. Seperti sesuatu telah dicabut atau digali dari sana.

"Sudah berapa lama nona Uraraka tinggal disini?"

"Kira-kira baru 2 tahun. Sebelumnya kami tidak tinggal di daerah sini. Begitu mendapatkan cukup uang, orang tuaku memutuskan untuk pindah dan mencari tempat yang lebih besar untuk usaha keluarga kami dan akhirnya kami mendapatkan rumah ini melalui broker penjualan rumah."

"Begitu ya."

Mereka kemudian kembali memasuki kediaman itu. Saat berada di dalamnya, Midoriya merasakan tekanan yang hebat dan membuatnya gelisah. Tak lama, sosok kedua orang tua Uraraka muncul dengan kondisi yang memprihatinkan. Tubuh keduanya dipenuhi cakaran-cakaran berwarna merah terbakar di sepanjang tubuh yang dapat Midoriya lihat, hanya ia dan Shouto yang bisa melihatnya. Mereka terlihat kesulitan berbicara karena merasakan sesak yang aneh seperti ada yang mencengkeram leher mereka.

"Bagaimana, Onmyouji-san? Apakah benar rumah ini dikutuk? Apa yang harus kami lakukan?"

Midoriya menarik nafas panjang sebelum membuka mulut. Sebelumnya diam-diam, ia sudah berbicara dengan Shouto untuk memastikan apa yang dirasakannya adalah kemungkinan terbesar apa yang sedang terjadi.

"Sou desu ne. Sepertinya rumah ini ada penghuni yang lain."

"Be-Benarkah? Apa itu, Onmyouji-san?"

"Inugami." Shouto menginterupsi, menjadikan Midoriya sedikit kesal karena ia tidak ingin begitu saja membeberkan kenyataan yang ada karena bagi manusia biasa keberadaan Inugami adalah hal yang menakutkan.

"Inugami? Kalau tidak salah.. seseorang pernah bercerita bahwa rumah ini dahulunya milik seorang bangsawan yang mati karena dibunuh oleh Inugami peliharaannya sendiri. Kami pikir itu hanya omong kosong."

"Kelihatannya itulah yang terjadi. Inugami adalah sejenis mahluk supranatural yang bisa diciptakan dengan cara yang cukup brutal. Kemungkinan ia berkhianat kepada seorang Inugami-mochi sangatlah besar karena amarah dan kebencian." (Note : Inugami-mochi adalah pemilik/tuan si Inugami).

"Apakah karena itu pula terkadang kami kehilangan kendali emosi, Onmyouji-san? Kadang, kami tidak sadar sudah bertengkar hebat bahkan menggunakan kekerasan. Sungguh, kami tak mengerti apa yang terjadi."

Kedua orang itu menangis tersedu-sedu mengingat kedua tangan mereka yang sudah tega memukul bahkan menyiksa anak gadis mereka satu-satunya. Uraraka Ochaco hanya berusaha menenangkan kedua orang tuanya yang bersedih karena apa yang mereka lakukan adalah diluar batas kemampuan mereka.

"Tidak perlu khawatir, karena saya akan melakukan ritual pengusiran Inugami tersebut."

"Benarkah?"

"Percayakanlah kepada saya."

Midoriya mengambil posisi menunduk, memohon izin untuk mengadakan ritual nanti malam. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, Midoriya menyarankan kepada para penghuni bersikap seperti biasanya dan tak perlu mengikuti proses ritual karena Midoriya akan melakukan ritual tanpa pemberitahuan untuk mengurangi resiko.

"Kenapa kau harus berbohong kepada mereka, Izuku? Kau tau bukan? Inugami itu tidak bisa diusir, kau merasakan betapa mengerikan kekuatannya. Kau harus menjadikannya..."

"Aku sudah berjanji. Aku akan mencobanya."

"Begitu? Hah, lagipula aku juga tidak menyetujui jika aku harus bersaing dengannya. Aku akan membunuhnya dalam sekejab."

Kuku-kuku tajam Shouto tiba-tiba saja mencuat keluar, membuat Midoriya panik. Bagaimanapun juga, meskipun ia adalah seorang Onmyouji, keberadaan mahluk gaib seperti Shouto adalah hal tabu dalam kehidupan modern seperti saat ini.

"Ingat apa janjimu, Izuku. Hanya karena keinginan kuat menolong orang, jangan sampai membuatku murka."

Terkadang koneksi antara tuan dan shikigami itu begitu kuat, membuat Midoriya menyadari bagaimana kondisi emosional Shouto. Shouto adalah rubah yang licik. Ia selalu saja bersikap baik untuk maksud yang buruk. Di saat yang sama sifat aslinya muncul dan begitu mengerikan. Sehingga Midoriya harus ingat betul apa yang pernah ia ucapkan kepada Shouto. Segala tindak tanduknya diperhatikan dengan jeli. Andai sedikit saja ia berkhianat maka Shouto akan murka. Midoriya belum cukup baik untuk menekan Shouto meskipun sebenarnya dalam hubungan antara Onmyouji dan shikigami, Onmyouji yang hebat bisa mengendalikan penuh tindak tanduk shikigami miliknya untuk tidak bertindak sembarangan.

"Pokoknya, kita akan melakukannya nanti malam."

Malam pun menjelang, Midoriya mempersiapkan diri untuk yang terburuk. Tak ada satu barang atau peralatan ritual yang ia bawa karena sebenarnya ia berbohong saat mengatakan akan melakukan ritual pengusiran. Seperti yang dijelaskan Shouto, Inugami tidak bisa diusir. Inugami adalah mahluk supranatural yang setia jika dapat dikendalikan tetapi menjadi pengkhianat jika menguntungkannya. Untuk mengetahui sebab mengapa Inugami mengganggu kehidupan manusia, maka ia harus berinteraksi langsung dengannya. Midoriya berpikir mungkin dengan berbicara dengannya baik-baik maka Inugami itu akan menghentikan teror yang ia timbulkan sepanjang kota-perlu ditegaskan bahwa tidak hanya rumah Uraraka yang terkena efek, ternyata sepanjang distrik kota juga diteror oleh si Inugami. Hanya itu cara yang menguntungkan bagi Shouto, tetapi sulit bagi Midoriya. Sedangkan Shouto berpikir untuk menghabisinya dalam sekejab.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Di ruangan sempit itu mereka berdua menunggu kedatangan si Inugami. Shouto mulai menunjukkan sosok asli rubahnya, karena tidak ada satupun penghuni rumah yang diperbolehkan ikut serta. Pintu dan dinding ruangan itu sudah ditempeli kertas-kertas mantra pelindung oleh Midoriya. Selanjutnya hanya perlu mengucapkan matra untuk memanggil si Inugami.

"Grrr.."

Suara erangan terdengar di ruangan itu sesaat setelah Midoriya selesai mengucapkan mantra pemanggil. Tak lama, ruangan itu terasa berguncang seperti dilanda gempa. Ini ada efek kekuatan spiritual si Inugami. Tetapi karena Midoriya sudah memasang kertas pelindung sepanjang ruangan, Midoriya yakin efeknya hanya terasa di ruangan ini saja. Manik hijau Midoriya mengerjap begitu mahluk besar menyerupai anjing berbulu coklat terang dengan aura hitam dan bola mata merah yang menyala muncul.

"Akhirnya muncul juga.."

Sosok anjing besar itu berubah wujud menjadi seorang pemuda jangkung berambut coklat terang dan berbola mata merah memakai kariginu berwarna hitam pekat. Midoriya terkaget ketika sosok itu menyeringai.

"Sudah kuduga.." Shouto menghela nafas. Ia mempersiapkan diri mengeluarkan bola api kitsune dan es pelindung karena pasti..

Duar!

Inugami itu akan langsung menyerangnya dengan semburan api dari tubuhnya.

"Shashiburi da na, KITSUNE YARO !"

"Cih, Bakugou."

"Sudah lama aku mencarimu. Kali ini, kau akan kuhabisi sampai berkeping-keping!"

.

.

.

To be continued.

N/A : Haha saya bikin supranatural! Anjerr susah ternyata loh! Fic ini kira" cuman bakalan ada 2-3 part chapter aja kok. Maaf kalo OOC karena ya susah menyesuaikan rolenya di cerita begini. Hahaha. Btw, gue pake nama Shouto aja, bukan Todoroki. Karena aneh aja rasanya kitsune pake nama keluarga segala. Kalo Bakugou, gue pake Bakugou aja krn ada sebabnya selain karena Katsuki terasa lembek untuk seekor Inugami. Harusnya sih Onmyouji itu bs ngendaliin Shikigaminya tp disini keknya Midoriya malah takut sama si Todoroki, nanti ada ceritanya sih. Semoga gue berhasil eksekusi ceritanya krn sbnrnya konsepnya agak cetek di kepala gue, krn gue tdk byk tau ttg legenda" spiritual jepang. Hahahah. Tp, gpp lah ya, keanehan yg ada diiyain aja ya. Terima kasih sudah membacanya.