Teman Tapi… Cinta Mati
.
NCT Mark x GS!Haechan Fanfiction
(Markhyuck rasa lokal)
© Rusa Aneh
[ Also Genderswapping for Na Jaemin and Huang Renjun ]
Enjoy~
.
.
Waktu itu umur Mark 11 tahun saat dia pertama kali mengalami perasaan jatuh cinta. Mark sebelumnya tidak peduli sama yang namanya cinta-cintaan. Sampai akhirnya, di Jum'at sore sehabis bermain bola dengan anak-anak komplek, Mark menyalakan tv nya dan dibuat terpesona oleh sosok gadis kecil yang tampil di layar kaca.
Acara yang sedang terputar di tvnya itu bertajuk idola cilik, yaitu sebuah ajang pencarian penyanyi cilik. Salah satu dari 16 peserta acara itu berhasil membuat hati Mark berdesir.
Lee Donghyuck namanya. Seorang anak cewek berwajah manis, rambutnya dikuncir dua, pipinya chubby, dan yang terpenting adalah suaranya. Suara Donghyuck semerdu harmoni surga.
"Hai~ jangan lupa dukung aku yaa! Caranya, ketik idola cilik (spasi) DONGHYUCK (kirim ke) 4*** vote banyak-banyak, ya! Makaciii."
Jantung Mark berdebar-debar. Suhu tubuhnya meningkat sehingga pipinya menjadi kemerahan. Ini gawat, Mark benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap sosok Lee Donghyuck
Sejak saat itu Mark selalu berada di depan tv setiap hari Minggu. Matanya melotot hampir tidak berkedip, apalagi kalau sudah giliran Donghyuck yang tampil. Kalau bisa wajahnya menembus layar kaca, mungkin sekarang kepala Mark sudah masuk ke dalam tv.
"Mark, nontonnya jangan kedeketan! Nanti matanya rusak loh!" peringat bunda Mark. Namun Mark tidak mendengarkan. Ia tidak bergerak seinchi pun dari posisinya saat ini.
"Mark! Bunda bilang apa, ya! kok masih aja bandel sih?" sang bunda menjewer satu kupingnya, lalu menarik Mark untuk mundur sampai ke jarak aman menonton televisi.
"Aduh! Aduh! Iya bun! Ampun!" pekik Mark kesakitan. Bunda melepaskan jewerannya. "Makanya kalo dibilangin nurut." Mark hanya cengengesan menanggapinya.
Sangking ngefansnya dengan Donghyuck, bahkan Mark rela menghabiskan pulsa bundanya untuk mendukung sang idola.
"Mark, bunda baru aja isi pulsa 25.000 tapi kok udah tinggal segini aja ya?"
Mark yang tengah serius menonton idola cilik pun menoleh pada sang bunda. Dilihatnya bunda sedang menyipitkan matanya dan menatap Mark seperti seorang tersangka. Ditatapi begitu, Mark hanya bisa cengengesan.
"Maaf ya bunda, habisnya Mark harus kirim sms banyak-banyak biar Donghyuck bisa menang!"
Sebuah perempatan tercipta di pelipis bundanya. Seperti yang kita bisa tebak, Mark mendapatkan satu jeweran lagi dari sang bunda.
Yah, walaupun Donghyuck harus berakhir di posisi empat besar, namun Mark tetap merasa bangga. Apalagi saat Donghyuck berbicara menatap kamera untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada orang-orang yang sudah mendukungnya. Meski hanya dibatasi layar kaca, Mark senang karena Donghyuck seperti berbicara langsung padanya.
Semenjak acara idola cilik itu selesai tidak serta merta membuat nama Donghyuck meredup. Malah nama artis cilik itu makin melejit. Banyak iklan-iklan yang menggunakan wajah Donghyuck. Bahkan ia juga bermain di beberapa judul sinetron.
Seperti yang dilakukan oleh seorang penggemar sejati, Mark tentu tidak mau melewatkan sedikitpun sinetron yang dibintangi Donghyuck. Bahkan suatu hari, kelakuannya sampai membuat kesal teman-temannya yang lain.
Waktu itu cuma Mark yang punya PS (PlayStation). Anak-anak komplek lainnya belum ada yang punya. Daripada mereka main di rental PS, lebih baik numpang main di rumah Mark, kan? Selain gratis, mereka juga dapat kue-kue enak buatan bunda Mark. Ditambah lagi selera game Mark adalah yang terbaik.
Tetapi menjelang sore hari, Mark memindahkan tvnya menjadi AV 1. Ia langsung memencet nomor saluran esceteve yang dihafalnya di luar kepala.
"Udahan dulu ya mainnya. Sinetronnya Donghyuck udah mulai nih," ujar Mark pada teman-temannya.
Meski dilanda perasaan kesal, teman-teman Mark mengalah dan meletakkan stik PS nya di karpet. Mereka pamit pulang sambil sebelumnya melempari Mark dengan kacang sukro.
Kekesalan atas tingkah Mark tidak hanya dirasakan oleh teman-teman Mark. Bahkan papa juga ikutan kena imbasnya.
"Mark, ganti dong! Papa mau nonton motoGP nih," ujar papanya.
Namun protesan sang papa tidak digubrisnya. "Ssst! Papa jangan ngomong dulu. Nanti Mark gak bisa denger Donghyuck ngomong apa."
"Idih, masih kecil kok nonton sinetron sih? Papa bilangin bunda loh ya."
"Mark gak peduli pah sama sinetronnya. Mark cuma mau lihat Donghyucknya aja."
Papa Mark hanya bisa menghela nafas sambil geleng-geleng kepala, namun tetap membiarkan anaknya berlaku sesukanya. Pada akhirnya papa tetap bisa menonton MotoGP karena screentime Donghyuck di episode kali ini tidak terlalu banyak.
Lain lagi saat Donghyuck menjadi brand ambassador sebuah produk makanan manis. Mark itu anak yang tidak suka makanan manis. Terutama coklat. Gigi Mark itu tipe yang sensitif sehingga saat menggigit coklat maka akan terasa cenat-cenut. Tetapi demi Donghyuck, Mark rela membeli berkotak-kotak produk makanan coklat yang dibintangi artis cilik itu.
"Mark, jangan makan cokolatos lagi ya? Biar giginya gak tambah parah. Emangnya Mark mau dicabut giginya sama bu dokter?"
Cepat-cepat Mark menggeleng. Dengan takut ia menatap ke arah dokter giginya. "Nggak bu dokter. Mark gak mau dicabut giginya," ujar Mark sambil memegang kedua pipinya.
Dokter gigi yang memeriksa Mark menggeleng-gelengkan kepala. Tidak habis pikir dengan kelakuan pasien kecilnya itu. "Lagian Mark ada-ada aja."
Walaupun begitu, Mark tetap merasa senang-senang saja. Selama itu Donghyuck, Mark akan tetap menjadi pendukung setianya. Mark sadar kok kalau dia tidak akan bisa menggapai Donghyuck. Mereka berdua itu sangat jauh, meskipun menghirup udara yang sama, tinggal di kota yang sama. Ngimpi kalau dia bisa bersama-sama Donghyuck. Jadi, inilah cara Mark untuk menujukkan perasaannya pada Donghyuck.
Kecuali semua yang dia kira cuma ngimpi itu ternyata salah besar.
Hari ini adalah hari terakhirnya dalam masa orientasi siswa. Ia sudah resmi menjadi murid SMP. Mungkin selama ini dia tidak sadar, atau terlalu teralihkan perhatiannya sehingga ia tidak menyadari sesuatu yang sangat penting dalam sejarah hidupnya.
Saat Mark sedang bermain bola dengan anak-anak kelas 7 lainnya, ia menangkap sosok malaikat tengah berjalan di koridor. Itu dia pujaan hati Mark. Sosok yang selalu ia bayangkan di setiap lamunan dan yang ia mimpikan dalam tidurnya. Lee Donghyuck. Lee Donghyuck ada di sekolah Mark. Satu gedung, satu koridor, satu angkatan dengan Mark!
Seketika semua orang berhenti melakukan aktivitasnya dan berubah melakukan aktivitas yang sama, yaitu menatap sosok Donghyuck yang sedang berjalan menyusuri koridor.
Donghyuck di dunia nyata, benar-benar cantik. Tidak, tidak. Donghyuck di layar kaca kan memang cantik dan manis apalagi kalau aslinya. Oke, Mark ulang. Donghyuck di dunia nyata benar-benar… indah.
Meski Donghyuck hanya seorang bocah SMP, tetapi sosoknya mengeluarkan efek gemilau. Rambutnya yang coklat panjang ikut bergerak-gerak di setiap langkahnya. Seragam SMP nya memeluk tubuh Donghyuck dengan sangat pas. Membuatnya terlihat stylish, (padahal cuma seragam SMP! bagaimana bisa?! pikir Mark). Kulitnya keemasan bersinar diterpa cahaya matahari. Meski atribut MOS masih melekat padanya, tetapi tidak membuat kecantikannya berkurang sedikit pun.
Berada di dalam satu tempat dengan Donghyuck masih belum bisa dia percaya. Apalagi jika ternyata mereka satu kelas. Mau Mark beritahu yang lebih parahnya lagi? Lebih parahnya lagi mereka satu bangku.
Setelah dibagikan kelas, Mark segera menuju ruang kelas barunya. Ia melihat sekeliling dan tidak menemukan satu pun orang yang ia kenal. Kebanyakan dari mereka sudah punya teman sebangku. Akhirnya, mau tidak mau Mark duduk sendiri di bangku kedua dari depan. Sampai seorang gadis menghampirinya dan menepuk bahunya pelan.
"Boleh kan aku duduk disini?" tanya cewek itu.
Mark mendongak untuk melihat siapa orang tersebut, seketika matanya membelalak kaget.
"B-bo-boleh!" ujar Mark dengan lengkingan pada suku kata terakhir. Ia refleks menutup mulutnya dan mengumpati diri sendiri karena telah mempermalukan dirinya di hadapan idolanya. Tetapi Donghyuck menunjukkan ketidakpedulian. Dengan gaya cuek gadis itu menaruh tas pinknya di bangku kosong sebelah Mark dan mendudukkan diri.
"Hai, aku Donghyuck. Tapi kalo orang yang deket sama aku, manggilnya Haechan atau Echan. Jadi ya... terserah kamu mau manggil apa."
"kalo kamu?" tanya Donghyuck seraya mengulurkan tangannya.
Tangan Mark gemetar menerima uluran tangan tersebut. Dengan gugup ia menjawab, "M-Mark."
Jantung Mark hampir melompat keluar dari rongga dadanya dan berakhir menggelepar di atas meja. Ia tidak percaya ini. Dirinya berjabat tangan dengan seorang Lee Donghyuck!
"Oooh, Mark. Salam kenal yaa~" Donghyuck menyunggingkan senyum manis. Melihat senyumnya dari dekat membuat Mark berkeringat dingin.
Setelah perkenalan itu, Mark memanggil Donghyuck dengan nama Echan. Jelas saja karena Mark ingin jadi orang yang paling dekat dengan Haechan. Kalau perlu yang paaaling dekat sampai Haechan selalu bergantung padanya.
"Echan! Tunggu!"
Haechan yang hampir melewati pintu gerbang pun menoleh dan menghentikan langkahnya. Ia menunggu Mark yang sedang berlari untuk mencapainya.
"Ini pulpen kamu ketinggalan." Mark menyodorkan sebuah pulpen merah bergambar Mario Bross pada Haechan.
Gadis itu membelalakkan matanya melihat benda yang disodorkan oleh Mark tersebut. "Yaampun! ini kan pulpen kesayangan aku! Thanks ya Mark!"
Mark menjadi salah tingkah dan tersenyum bodoh.
"Bye Mark, ketemu besok ya!" Haechan melambaikan tangannya. Mark pun mengangguk dan membalas lambaian tersebut.
Setelah mobil yang ditumpangi Haechan melaju meninggalkan sekolah, Mark memegangi dadanya. Kakinya menjadi lemas sehingga ia harus berpegangan pada pagar. Dia tidak tahu kalau berbicara dan disenyumi oleh Haechan seperti itu bisa membuatnya hilang tenaga.
Waktu berlalu sampai akhirnya mereka menjadi teman dekat. Selama tiga tahun duduk sebangku di SMP menjadikan Mark dan Haechan tidak terlepaskan. Dimana ada Haechan pasti disitu ada Mark. Bahkan sampai ke tempat syuting Haechan sekalipun.
"Eh ada tong Mark. Cari neng Donghyuck ya?"
Mark mengangguk dan tersenyum menaggapi sapaan tersebut. "Tuh, neng Donghyuck lagi di mek-apin disana."
Setelahnya Mark mengucapkan terima kasih kepada bapak-bapak itu dan bergegas menghampiri Haechan.
Haechan sangat cantik dengan wajah dirias. Jantung Mark mampu berdebar-debar kencang dibuatnya. Gadis itu tampaknya menyadari kehadiran Mark disana. Oleh karena itu Haechan menoleh dan menyunggingkan sebuah senyum, yang juga memicu terbentuknya sebuah senyum di wajah Mark.
Haechan melambai-lambaikan tangannya heboh. "Mark!" teriaknya.
"Eiy! Jengjong benyes gerak, cintroong! Bisikan amsyong nentes!" (Terjemahan : Eiy! Jangan banyak gerak, cinta! Bisa rusak nanti! )
Sebuah omelan Haechan dapatkan dari salah satu make up artistnya. Ia melirik ke arah Mark yang berjalan mendekatinya. Keduanya lalu terkikik geli. Dari dekat Mark dapat melihat kedua mata Haechan berbinar. Cantik, pikirnya.
"Aku bangga banget sama kamu. Congrats, Echanku."
Tangan Mark menyerahkan seikat bunga. Ia tahu jika Haechan tidak terlalu suka bunga, tetapi gadis itu tidak keberatan dengan bunga matahari. Jadi ia memberikan bunga matahari.
Mata Haechan berbinar senang. Diterimanya bunga tersebut dan ditaruhnya di atas meja riasnya. Kini kedua tangannya menggenggam tangan Mark.
"Support dari kamu penting buat aku, Mark. Makasih udah mau dateng kesini."
Saat mengucapkan kalimat itu, Haechahn tersenyum lebar. Tidak pernah ia lihat senyum Haechan sebahagia itu. Senyumannya membuat hati Mark menghangat. Hingga Mark bertekad untuk sebisa mungkin membuat Haechan tersenyum seindah itu.
Di tahun terakhir SMP mereka, Haechan mendapatkan pengakuan cinta pertamanya. Sebenarnya sudah banyak sih yang membuat pengakuan cinta pada Haechan, tetapi baru pertama kali ini Mark merasa terancam. Pasalnya Haechan terus-terusan melamun sambil tersenyum-senyum sendiri paska mendapatkan pengakuan tersebut.
Laki-laki yang menyatakan cintanya pada Haechan itu adalah seorang kakak kelas alumni SMP mereka. Kemarin kakak kelas itu mendatangi Haechan dengan seragam SMA favorit di kota. Berhadapan dengan Haechan, kakak kelas itu berlutut dan mendongak menatap Haechan sambil berkata, "Donghyuck, aku udah suka kamu dari lama, tapi baru berani nyatain sekarang karena aku mau ngebuktiin diri dulu kalau aku pantas jadi cowokmu."
"Sekarang, aku udah keterima di SMA favorit. Ini semua hasil dari jerih payah aku, demi kamu."
Semua orang yang hadir menyaksikan adegan tersebut bersorak. Ada yang bersorak kecewa, ada pula yang bersorak menyemangati kakak kelas tersebut. Mark melirik ke arah Haechan yang tengah tertunduk malu, dan saat itu juga hati Mark terasa diremas-remas kuat.
Oke, Mark akui caranya menyatakan cinta pada Haechan tadi itu sangat jantan. Apalagi kakak kelas itu tinggi, berbadan atletis, juga berparas tampan–tetapi tetap lebih tampan Mark. Gawat, Mark benar-benar merasa terancam.
Tadinya ia sudah was-was mendengar apa yang akan dikatakan Haechan untuk menanggapi pernyataan cinta super menyentuh itu. Tetapi ia merasa lega karena Haechan menolak kakak kelas tersebut secara halus.
"Makasih ya kak udah ngelakuin hal kayak gini. Kakak hebat banget! Aku kagum sama kakak! Tapi maaf ya kak, aku belum bisa jawab."
Setelah mendengar jawaban Donghyuck, kakak kelas itu akhirnya pergi dari SMP mereka. Mark menatap kepergiannya dengan perasaan iri hati.
Dia iri karena dirinya yang sekarang tidak mampu membuktikan kelayakannya untuk Haechan, seperti apa yang dilakukan kakak kelas itu barusan.
Mereka berdua duduk di ruang tv rumah Mark. Haechan tengah serius menekuni buku detik-detiknya. Mereka berdua sedang belajar bersama. Lebih tepatnya, Haechan yang sedang belajar keras untuk dapat menyamai Mark. Demi cita-cita mereka untuk masuk ke SMA favorit bersama.
Sedari tadi, Mark hanya memakan keripik kentang sambil mengamati wajah serius Haechan. Dia sudah menyelesaikan satu paket soal yang ada di buku detik-detiknya. Bukannya meremehkan, tetapi Mark itu lebih pintar daripada Haechan. Apalagi di pelajaran IPA. Jadi Mark jarang mengalami kesulitan sehingga mampu menyelesaikan soal-soal itu lebih cepat.
Tidak tahan melihat ekspresi lucu dari Haechan yang dahinya berkerut-kerut, akhirnya Mark mengusak kepala gadis itu gemas. Usakannya terlalu keras sampai-sampai kuncir dua milik Haechan jadi berantakan.
"Ih Mark, apaan sih?! Lepasin gak?! Jadi berantakan gini tauk!"
Haechan mendorong Mark hingga laki-laki itu jatuh terjungkang dari atas sofa. Mark menatap Haechan dengan mata terbelalak kaget. Dia tidak menyangka akan kekuatan super yang tiba-tiba dimiliki oleh gadis itu.
"Habisnya kamu serius amat sih jadi pengen ngejahilin," ujar Mark sambil cengengesan. Ia kembali pada tempatnya semula di atas sofa, di sebelah Haechan. "Mark! Ih!" pekik Haechan kesal seraya mendorong bahu Mark. Pemuda itu malah tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi menggemaskan sahabatnya itu.
"Kenapa sih kamu kok ngebet banget kayaknya masuk SMA itu? —Oh! Aku tau nih!"
Haechan berusaha secuek mungkin dalam meresponnya. "Apa? Gak usah sotoy deh."
"Kamu mau nyusul kakakmu itu kan? Siapa tuh yang waktu itu nyatain cintanya ke kamu? Cieee~"
"Apasih Mark! Nggak deh, jangan sok tau!"
Rona merah muda menjalar di pipi bulat Haechan. Mark terhenyak melihat perubahan ekspresi tersebut. Entah mengapa dadanya terasa dicubit-cubit kecil.
"Tapi beneran deh, ada ya yang mau sama kamu? Cewek brutal terus tengil gini? Hahahahaha!"
Mark mengalihkan rasa cemburunya dengan menggoda Haechan lagi. Gadis itu mengepalkan tangan dan bersiap meninjunya. Namun gerakan Haechan terhenti karena suara omelan yang berasal dari bunda Mark.
"Ayo belajar yang serius. Becandaan mulu ya kalian ini, kayak orang pacaran aja," komentar bunda Mark.
"Ih bun, nggak ya! siapa juga yang mau pacaran sama si tengil ini?" Mark menjulurkan lidahnya pada Haechan.
"Iya deh iya, Mark kan sukanya yang kayak princess disney gitu tante. Yang anggun gitu deh. Aku mah cewek brutal terus tengil otomatis kelempar dari listnya, kan?"
Haechan tertawa melihat eskpresi yang diberikan Mark. Ia menusuk-nusuk pipi sahabatnya itu. Menikmati kesempatannya dalam bergantian menggoda pemuda tersebut.
"Awas loh ya kalo kamu nanti beneran naksir aku. Aku bakal benci kamu seumur hidup."
Deg!
Haechan menyandarkan kepalanya di bahu Mark. Gadis itu kembali menatap buku detik-detiknya. Tubuh Mark masih membeku mendengar perkataan yang tadi diucapkannya. Meski dengan nada bercanda, namun kalimat itu seperti menggilas habis tubuh Mark.
Sejak kejadian itu Mark bertekad untuk menyatakan perasaannya pada Haechan jika ia diterima di SMA yang mereka cita-citakan.
Jarinya menelusuri daftar nama-nama siswa baru yang ditempel di papan depan lobby sekolah. Ia langsung mendapati namanya di urutan 20 teratas, tetapi sudah dua kali ia menelusuri daftar nama tersebut dan belum juga menemukan nama Lee Donghyuck. Mark hampir frustasi mencari nama tersebut. Dadanya berdegub kencang. Ia menoleh pada gadis yang berdiri di sampingnya.
"Gimana Chan?" tanyanya dengan ekspresi campur aduk. Antara putus asa, was-was, dan khawatir. Namun Haechan tersenyum manis sekali. Sampai-sampai Mark hampir lupa akan suasana yang dianggapnya genting ini.
"Ada nih. Nomor 338, ehehehe," cengenges Haechan.
"AAAAHHH KITA BERHASIL CHAAANNN!"
"CONGRATULATIONS FOR BOTH OF US!"
"WELCOME TO HIGH SCHOOL!"
Mereka berdua berpelukan dan melompat-lompat girang sambil berteriak-teriak. Beberapa orang di sekitar menatap mereka aneh, tetapi Haechan tidak peduli, begitu juga dengan Mark.
Setelah keduanya melepas pelukan mereka, Haechan menatap Mark dengan mata yang berbinar dan wajah berseri-seri. Di saat seperti ini aura milik Haechan yang selalu Mark kagumi terpancar keluar. Fitur-fitur wajahnya melunak, menjadikannya makhluk ciptaan Tuhan yang paling Mark syukuri di setiap doanya.
Mark menelan ludah dengan susah payah. Mulutnya terbuka untuk, namun menutup lagi. Menelan bulat-bulat kalimat yang sudah dipersiapkannya di ujung lidah, bersamaan dengan salivanya. Sebagai gantinya, kedua sudut bibir Mark terangkat membentuk sebuah senyum lembut. Haechan membalasnya dengan senyuman secerah mentari.
Mark adalah seorang pengecut yang terlalu takut untuk menyuarakan hatinya pada Haechan.
