Disclaimer : All Character belong to Masashi Kishimoto.
A/N: Terinspirasi dari manga fantasi historical jepang zaman feodal macam Azumi dan yang lainnya. Saya berniat membuat enemy to lovers story. (Tipe cerita romance favorite saya) dengan pair SasuIno. Selamat membaca.
Killing the Last Uchiha
.
Chapter 01
Bulan mati, Kegelapan akan melindunginya, Sosok berpakaian serba hitam itu berlari tanpa suara melintasi atap-atap rumah. Ia melompati pagar yang tinggi melewati para penjaga. Bersembunyi dan berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Dengan gerakannya yang lincah sosok itu memanjat dan menyusup ke dalam kastil kagenoshiro yang dijaga ketat oleh para Samurai pendukung klan Uchiha. Dulunya kastil itu luluh lantak dan ditinggalkan. Wilayah klan Uchiha diserahkan pada keluarga Aburame yang menjadi mata-mata Danzo, tapi hanya dalam selang waktu tiga tahun sejak kembali dari perantauannya. Sang Uchiha terakhir kembali membangun kejayaan keluarganya dengan menjadi orang yang paling ditakuti. Seorang jenius perang dengan kemampuan diplomasi yang luar biasa.
Ia harus mendapatkan Informasi tentang pertemuan ini. Pergerakan Uchiha Sasuke kian berbahaya. Pria ambisius itu telah mengobarkan perang dan mengalahkan para Daimyo yang menguasai daerah selatan Negara api, membuat wilayah itu menjadi milik mereka dan mengontrol perdagangan dengan dunia luar.
Klan Uchiha dengan terang-terangan sejak dulu menentang kepemimpinan Shogunate Senju. Berkali-kali mereka mencoba melakukan pemberontakan tapi berhasil di padamkan. Bahkan pada masa pemerintahan Shogun Tobirama. Klan Uchiha dan para Samurainya dihabisi guna mencegah munculnya pemberontakan lagi. Negeri api akhirnya damai untuk beberapa saat. Hingga satu-satunya putra Fugaku Uchiha yang selamat dari pembantaian kembali menginjakkan kakinya di Negara api.
Sasuke Uchiha, Menghabiskan waktunya di pelarian untuk mempelajari seni perang dan politik. Ia pria berdarah dingin yang ambisius juga Jenius dalam berpedang. Didukung dengan bantuan gaijin ia berniat mempersatukan semua wilayah Negara api yang kini tunduk dalam genggaman Danzo Shimura. Pria itu dengan cara kotor menikahi keturunan terakhir Senju. Putri Tsunade dan mengangkat dirinya menjadi Shogun tentu saja dengan kekuatan militer, Ninja bayaran dan juga para pendeta yang sudah disogoknya tak ada kaum bangsawan yang berani mengoposisi Danzo yang memerintah dengan memberatkan rakyat dan memperkaya kroni-kroninya. Hingga akhirnya seorang Uchiha datang mengobarkan perang.
Sang mata-mata menempelkan tubuhnya dengan diam di langit-langit ruang pertemuan itu. Mencoba mencuri dengar percakapan yang sedang berlangsung di bawahnya.
"Sasuke-dono, Kita harus menyerang Sankyasurru segera dan menjatuhkan Shimura. Mereka menggunakan nama Senju terlalu lama."
"Tenang Inuzuka, Kita tak perlu terburu-buru."
Suara berat dan dingin terdengar oleh sang penyusup. Itu pastinya Sasuke Uchiha. Dia belum pernah melihat pria itu.
"Apa yang kau sarankan Nara?"
Sang penyusup mencatat hal ini baik -baik. Apa tuannya sudah tahu klan Nara membelot? Ini bukan berita baik.
"Anda harus menarik simpati Hyuuga atau Uzumaki ke sisi kita dengan begitu kemenangan akan berada dipihak kita."
"Bukan perkara mudah, Uzumaki dan Hyuuga adalah loyalist Senju, tak mungkin mereka membelot tanpa alasan."
"Sasuke-dono, Kita harus meyakinkan Hyuuga kalau dinasti Senju telah berakhir saat Putri Tsunade meninggal dan aku mencurigai Danzo yang mendalangi kematian putri Tsunade."
Penyusup itu tetap tenang. Ia harus mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan kembali pada tuannya dengan selamat. Lubang yang ia buat tak memberikan banyak sudut pandang.
"Nara, Kita harus menyingkirkan Danzo Shimura bagaimanapun caranya untuk kemajuan negeri ini. Aku menghabiskan banyak waktu berkelana dan itu membuatku sadar negeri kita benar-benar tertinggal, perang antara para Daimyo mengakibatkan kesengsaraan terus menerus. Ini semua karena Danzo tak becus menjadi Shogun. Ia hanya memikirkan kekayaan dirinya dan kroni-kroninya."
Sang penyusup terus menguping pembicaraan, sepertinya tak ada informasi penting yang disampaikan dalam pertemuan ini. Dia merangkak sedikit berpindah posisi guna melihat wajah pria yang paling disegani dan ditakuti oleh banyak orang di Negara Api.
Gerakan halusnya masih menimbulkan sedikit bunyi berderak di kayu-kayu tua yang membatasi atap dan ruangan itu.
Sasuke dengan cepat menyadari. Seseorang bersembunyi di atas kepala mereka. "Sepertinya ada tikus di atas sana. Kerahkan penjaga untuk menangkapnya."
Dia ketahuan, Dengan terburu-buru sang penyusup lari dari sana. Begitu ia berdiri di atap hendak turun dan menyelinap di antara lebatnya pepohonan. Belasan Samurai membawa obor dan anjing pemburu menyalak menantinya di bawah.
"Itu penyusupnya di sana." Teriak seorang penjaga.
Sang penyusup melompat turun dengan mudah dari ketinggian. Ia menuruni atap dan berlari menuju lebatnya pepohonan. Pasukan itu mengejarnya. Ia melemparkan Kunai ke arah para samurai yang mengejarnya. Tiga orang terdepan di rombongan pengejar terkejut dengan serangan itu. Kunai yang telah dilapisi racun menusuk paha mereka.
"Ninja..." pekik salah seorang Samurai.
Gonggongan anjing membuat semakin banyak orang datang ke tempat Itu. Sang penyusup berlari kemudian melompat dari satu dahan pohon ke pojon lainya. Syukur taman istana ini seperti hutan. Anjing-anjing itu bisa mencium baunya. Tapi para pengejar tak akan melihatnya bersembunyi di tengah gelapnya malam. Sang Ninja berlari ke arah pagar dan melompat keluar dari wilayah kagenoshiro. Sepertinya para Samurai Uchiha telah kehilangan jejaknya. Ia berlari sambil bersembunyi di antara bayangan rumah-rumah penduduk. Ia memanjat tembok penginapan dan masuk lewat jendela. Ia melihat ke arah jalanan memastikan tak ada orang yang mengikutinya. Sang penyusup menutup jendela kamarnya lalu membuka topengnya. Ia duduk di meja rias mengerai rambut pirangnya yang panjang. Ia mulai menyisir helaian selembut sutra itu memikirkan misi apa yang akan diberikan oleh tuannya setelah ini.
.
.
Suara seruling bambu terdengar merdu dibawa embusan angin. Gadis berambut pirang itu menyusuri jalan setapak di taman kastil Sankyasurru. Lengan kimono lavendernya bergemeresik mengikuti setiap langkah pelan kakinya. Kebanyakan orang takut padanya karena warna mata dan rambutnya yang tidak biasa. Bagi yang tak tahu tentang adanya orang asing dari barat akan menganggapnya sebagai keturunan Yokai. Manusia setengah siluman.
Gadis itu tak pernah tahu asal usulnya, Ia ditemukan di hutan bambu oleh tuan Danzo dan kemudian diasuh oleh Klan Ninja Sarutobi dan sekarang ia mengabdi pada Danzo. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju paviliun yang berada di tepi kolam. Dari jauh ia sudah bisa melihat sosok pria tampan dengan kulit sepucat rembulan bersender meniup shinobue. Ia berdiri menghadap kolam yang dipenuhi bunga lotus merah muda bermekaran. Pria itu begitu terserap dalam permainan musiknya hingga tak menyadari kehadirannya. Tuan muda selalu memilih sendirian.
"Sai-Sama, Danzo-dono meminta anda menemuinya." Gadis itu membungkuk memberi hormat.
"Apa yang dia inginkan?" Pria itu menurunkan serulingnya dan menatap Ino dengan mata hitam gelap yang penuh misteri.
"Ia ingin anda ikut menyambut Jenderal Hanzo. Apa anda tidak tahu kakek anda sedang bersiap menyerang Uchiha?"
"Ah, Aku lelah Kakek selalu menyeretku dalam urusan politiknya."
"Sai-Sama, Anda adalah calon Shogun berikutnya. Anda harus belajar banyak. Saat ini kakek anda sedang berusaha mempertahankan kekuasaan Shimura dari ancaman Sasuke Uchiha. Mengapa anda tidak membantu?"
"Ino, Apa kau tak sadar kakek menggagapku tidak berguna. Di usianya yang sudah tua itu dia bahkan tak mau menyerahkan kedudukan itu padaku. Kakek hanya peduli pada ambisinya."
Sai Shimura adalah cucu Danzo. Berbeda dengan sang kakek pria itu berhati lembut. Ia selalu tersenyum dan berusaha tidak mengayunkan pedangnya tanpa alasan yang jelas. Sai mencintai Seni daripada peperangan atau politik. Ia tak punya ambisi selain untuk berkelana melihat dunia karena itu sang kakek menganggapnya lemah.
"Sebaiknya kita pergi ke istana barat sekarang, Danzo-dono tak akan senang bila anda terlambat."
Sai melangkah mendekati gadis itu dan meraih dagu tirus gadis berambut pirang itu. Matanya menyelami keindahan manik aqua-marine Ino. Sai selalu merasa wanita itu menakjubkan. Dia memiliki warna yang sangat unik.
"Sai-Sama?"
"Apa kau akan meninggalkanku untuk menjalankan misi berbahaya?"
"Maafkan saya, Tapi tugas untuk melindungi anda kini telah diserahkan kepada Asuma-sensai."
"Bila aku punya kekuatan, Aku tak akan membiarkanmu menjalani kehidupan seperti ini Ino, Kau terlalu Indah untuk hidup di jalan yang penuh darah."
"Sai-Sama, Terima kasih telah mengkhawatirkanku. Lebih baik anda berhati-hati sekarang. Jangan pergi tanpa pengawalan. Sasuke Uchiha mungkin mengincar nyawa anda dan aku tak akan ada di sini untuk melindungi anda."
Sai melepaskan tangannya, "Ino, Bila waktunya tiba. Maukah kau lari denganku? Menjalani kehidupan tenang dan bebas sebagai orang biasa?"
"Tuan." Ino tidak menjawab, karena ia tak tahu harus berkata apa.
Sai melangkah meninggalkan paviliun. Diiringi Ino yang berjalan beberapa meter di belakangnya. Tidak ada satu pun yang bicara. Dalam kesunyian mereka tahu apa yang Sai ucapkan tak mungkin terjadi. Pria itu akan menikahi putri seorang Daimyo dan Ino akan tetap menjalankan misi-misinya. Bahkan mungkin bila ia gagal dia tak akan bisa kembali lagi ke sisi Sai-sama.
Ino dalam hati menaruh perasaan lebih pada tuannya. Ia begitu baik dan lembut. Di dunianya yang penuh muslihat dan tipu daya kepolosan Sai-Sama membawa angin segar baginya. Tapi Ino adalah seorang Kunoichi yang dari kecil telah dididik untuk membunuh. Menjadi senjata mematikan bagi keluarga Shimura yang telah membayar dan menyokong desa mereka. Tak akan pernah ada kisah di antara mereka berdua.
.
.
Danzo Shimura duduk di ruang kerjanya membaca gulungan demi gulungan ditemani secangkir teh panas. Pria tua itu sedang memikirkan ancaman yang tak terduga yang tiba-tiba datang dari seorang Uchiha. Kala itu dia adalah seorang penasihat Tobirama. Dengan cara halus dia berhasil memanfaatkan kebencian Tobirama kepada klan Uchiha untuk membuat keluarga itu lenyap selamanya tapi ia tak menduga cucu Madara Uchiha berhasil lolos dari pembantaian itu dan sekarang pria itu telah berhasil mengalang kekuatan militer yang besar serta dukungan dari para Daimyo yang tak menyukai dirinya.
Dia harus mencoba membunuh Sasuke sebelum pria itu mengerahkan pasukannya ke mari. Begitu pria itu mati Danzo yakin yang lainnya tak akan berani mencoba memberontak lagi.
Ino masuk ke ruangan itu berpakaian serba hitam, kepala dan wajahnya tertutup hanya mata berwarna aqua-marine saja yang terlihat jelas. Wanita itu berlutut kemudian membungkuk menyentuhkan kepalanya ke lantai. Memberi salam pada sang junjungan.
"Danzo-dono, Saya datang memenuhi panggilan anda."
"Apa yang kau dengar dari kagenoshiro?"
Ino menatap lantai, karena berbicara dengan menatap Sang Shogun dianggap tidak sopan. "Tidak banyak, Mereka masih berusaha mengalang kekuatan dan berusaha membuat Uzumaki dan Hyuuga berada disisi mereka."
"Apa kau tahu berapa jumlah pasukan mereka?"
"Dari rumor yang aku dengar Uchiha memiliki seratus ribu tentara dan ia juga merekrut para ronin, ditambah lagi bantuan senapan, meriam dan bahan peledak yang disuplai oleh para gajin."
"Kita kalah persenjataan. Aku tak pernah suka orang asing menginjakkan kaki negara kita. Kau tahu para missionaris itu? Aku memerintahkan untuk membunuh mereka. "
"Karena itu mereka memihak Uchiha. Dia menjanjikan mereka kebebasan untuk berdagang dan menyebarkan agama mereka di negeri ini."
"Apa lagi yang harus aku ketahui Ino?"
"Berhati-hatilah pada Nara. Saya mendengar pria itu datang menemui Sasuke Uchiha."
"Ino, Aku punya misi untukmu. Kau harus membunuh Sasuke Uchiha bagaimanapun caranya."
"Bagaimana aku bisa menyusup ke dalam kastil itu tuan?"
"Kau sudah punya berapa rekan yang telah menginfiltrasi tempat itu."
"Jadi anda telah menyebar mata-mata?"
"Tentu saja Ino, Informasi adalah kunci kemenangan. Aku tak akan membiarkan bocah bau kencur mengalahkanku. Aku harap kau bisa mendekatinya dan menemukan kelemahannya. Aku percaya pada kemampuanmu sebagai Kunoichi terbaik."
"Terima kasih Tuan."
"Kalau begitu persiapkan dirimu. Jangan kembali sampai misi sukses."
Dengan begitu Ino memohon diri dari hadapan sang Shogun. Menjalani misi hidup mati. Ia harus membuat Sasuke Uchiha mempercayainya lalu menikam pria itu. Dengan begitu perang bisa dihindari.
.
.
Gadis itu duduk di belakang kereta seorang pedagang yang kebetulan melintas di wilayah Uchiha. Dia memegang buntalan kain yang berisikan semua barang miliknya. Kimononya tampak kotor dan lusuh.
"Nona, Anda mau ke mana?" Sang pedagang yang baik hati itu kasihan melihat seorang gadis berjalan seorang diri dan menawarkannya tumpangan.
"Aku hendak mencari pekerjaan ke kastil Kagenoshiro. Seorang temanku bekerja di sana."
"Ah, Apa kau tak takut Nona? Uchiha-dono terkenal kejam dan bengis. Dia membantai semua musuhnya tanpa ampun. Ia juga membunuh para pelayan yang membuatnya kecewa."
"Benarkah?, Aku tak pernah mendengar rumor apa pun tentangnya di desaku."
"Pikirkan dua kali sebelum melangkahkan kakimu di tempat itu. Katanya Uchiha adalah keluarga yang dikutuk dengan kegilaan dan rasa haus darah."
"Aku tak punya pilihan, aku yatim piatu. Bila aku tak mendapatkan pekerjaan maka aku terpaksa harus menjual diri."
"Nona, Malang benar nasibmu. Tapi keadaan ekonomi memang sedang sulit. Perang membuat barang-barang kian langka dan mahal. Sulit sekali untuk menemukan makanan saat ini."
"Aku tahu pak, Andai saja para Daimyo itu lebih memikirkan rakyat kecil ketimbang urusan pribadi mereka."
Kereta kayu yang ditarik seekor kuda itu berhenti. "Di sana pintu gerbang kastil Kagenoshiro. Semoga kau beruntung Nona."
"Terima kasih, Pak." Ino turun, mengambil bungkusannya dan berjalan ke gerbang yang diawasi oleh penjaga.
Dua orang pria membawa sebilah katana berdiri di muka pintu kayu yang amat besar itu. "Siapa kau dan apa maumu?" Tanya salah seorang dari mereka.
"Aku pelayan baru di istana ini. Seorang kerabatku merekomendasikanku untuk bekerja. Ini surat dari kepala pelayan."
Ino menyerahkan surat yang tersegel dengan lambang Uchiha itu pada sang penjaga. Entah bagaimana Asuma sensai memalsukan surat ini, ia tak tahu semoga saja kedua penjaga ini tertipu.
Setelah membaca dan mengamati surat tersebut. Penjaga membiarkan Ino masuk. "Antarkan dia kepada kepala pelayan."
Ino dibawa memasuki istana dari pintu belakang. Di dapur orang-orang sibuk memasak. Sepertinya akan ada jamuan. Dia disambut oleh seorang wanita cantik berambut hitam yang terikat rapi. Wanita tersebut mengenakan kimono polos berwarna abu-abu.
"Nyonya Kurenai, Senang bertemu anda."
"Yamanaka Ino, Aku sudah menunggumu. Mulai hari ini kau akan bertugas mengantar makanan untuk tamu-tamu Sasuke-dono. Selain itu kau juga akan membantu memasak dan bersih-bersih."
"Baik Nyonya. " Ino langsung sadar Kurenai adalah salah satu mata-mata Danzo di istana ini.
"Kalau begitu bersihkan dirimu. Aku akan menunjukkan kamar pelayan dan tempat mandi. Setelah itu kau akan ke dapur. Mereka akan menunjukkan apa yang perlu kau lakukan."
.
.
Ino menempati sebuah kamar yang juga ditinggali oleh enam orang pelayan lainnya. Gadis itu membasuh wajah dan tubuhnya dari debu dan mengganti Kimono lusuhnya dengan kimono berwarna biru tua yang disediakan oleh Kurenai.
Ia segera ke dapur melakukan pekerjaannya. Ia membaur dengan cepat dengan para pekerja lainnya. Orang-orang bertanya-tanya dengan penampilannya yang mencolok dan mirip orang asing. Sepertinya pelayan telah terbiasa melihat orang asing sehingga mereka tak terkejut dengan warna rambut dan matanya.
.
Malam itu Ino diizinkan untuk menyuguhkan makanan pada sang jenderal dan tamu-tamunya. Mereka berbaris dan membawa nampan-nampan itu dengan hati-hati. Ino memasuki ruangan yang diisi oleh laki-laki semua. Mereka duduk bersila di lantai beralaskan bantal tipis. Kurenai memintanya menyuguhkan nampan milik sang pemilik istana agar Ino bisa melihat pria itu dari dekat.
Ada enam orang pria duduk di ruangan itu. Ino mengenali beberapa wajah.
"Wuah lihat, Seorang pelayanmu terlihat seperti orang asing." Inuzuka Kiba langsung berkomentar.
Ino meletakan nampan yang ia bawa di hadapan Sasuke Uchiha. Ia bersimpuh dan menunduk tak berani mengangkat wajahnya bila tak minta. Ia hanya bisa melihat tabi dan hakama berwarna biru gelap yang pria itu kekanakan.
Sasuke mengamati pelayan itu dengan saksama. Ia tak pernah melihat penduduk Negara api bersurai pirang seperti wanita ini. Mengapa baru kali ini ia melihat gadis yang begini mencolok berada di istananya.
"Siapa namamu?"
"Yamanaka Ino, Tuan."
"Tuangkan Sake ke cawanku." Perintah Pria itu.
Ino mengambil botol sake dengan gemetar dan menuangkannya dalam cawan sang Daimyo. Ia memasang wajah tegang dan dengan sengaja mengisi cawan itu sangat penuh hingga tumpah membasahi hakama yang dikenakannya. Ino langsung pura-pura panik.
Ia meletakkan botol Sake di tangannya. Bersujud di hadapan Sasuke Uchiha. Dahinya menyentuh lantai. Tubuhnya bergetar ketakutan.
"Maafkan saya Uchiha-Dono, Saya tak sengaja menumpahkannya." Ino menanti reaksi pria itu. Benarkah ia menghukum pelayan hanya untuk sebuah kesalahan kecil.
"Ceroboh sekali, Angkat wajahmu Nona."
Sasuke dihadiahi sepasang mata aqua-marine yang tampak ketakutan. Wajah gadis itu sangat cantik. Bukan tipe-tipe cantik seperti para putri bangsawan. Tapi wanita itu begitu unik dan menarik perhatiannya.
Ino menatap calon korbannya. Ia menduga Sasuke Uchiha adalah pria kekar yang tampak sanggar. Seperti potret-potret jendral besar yang haus darah tapi di hadapannya duduk pria yang paling tampan yang Ino pernah lihat. Tak ada satu luka pun menghiasi wajahnya. Matanya begitu gelap dan menyiratkan bahaya. Wajahnya dingin dan kaku. Ino langsung bergidik. Pria itu tak lebih tua darinya tapi ia sudah memancarkan aura membunuh yang luar biasa.
"Kau sudah menyia-nyiakan Sake mahal dan mengotori pakaianku. Kecerobohan ini harus dibayar. Kau akan menerima hukuman dariku." Pria itu melirik pengawalnya
"Jugo, bawa dan kurung wanita ini di kamarku."
Ino menangis, "Maafkan saya Uchiha -Dono. Saya baru mulai bekerja hari ini. Jangan hukum saya. Saya mohon." Gadis itu berlutut dengan putus asa.
Seorang pria berbadan tegap meraih tangan Ino dan buru-buru menariknya berdiri. Dia diseret dengan kasar keluar dari ruangan itu. Ino merasa tatapan Sasuke Uchiha mengikutinya.
Ino memerankan perannya sebagai gadis desa yang lugu dengan baik, tetapi dalam hatinya Ino merasa kesal, Benar kata orang pria itu kejam. Masa hanya dengan menumpahkan sedikit sake seorang pelayan akan dihukum. Pria itu menguncinya di kamar tidur apa yang akan dia lakukan. Ino bukan gadis naif. Apa pria itu berniat membuatnya melayani nafsunya? Para Pria memang menjijikkan. Ino menyaksikan sendiri bagaimana prajurit yang menang perang menjarah daerah taklukannya dan memperkosa setiap wanita karena mereka lemah dan tidak berdaya. Ino modar-mandir di kamar luas . Melihat ranjang dengan rasa nervous. Ia berpikir kemudian menyeringai mungkin ini kesempatan emas untuk membunuhnya.
Setelah Ino pergi, percakapan masih berlangsung.
"Sasuke-Dono, Apa anda tidak keterlaluan mau menghukum pelayan hanya karena menumpahkan Sake."
"Nara-San, Aku tak akan membiarkan anak buahku berbuat kesalahan sedikit pun. Bila aku bersikap santai dan tak menghukum mereka. Mereka akan melakukan kesalahan berulang-ulang."
"Bila anda merasa hal itu bijak, Saya tak akan berkomentar lagi." Ucap pria berambut mirip nanas itu.
"Aku hanya ingin mereka hati-hati. Aku punya permintaan. Bisakah kalian membuang formalitas? Kalian adalah para sekutuku. Aku bukan junjungan kalian. Aku ingin kalian membantuku menggulingkan Danzo Shimura sebagai seorang teman. Jadi jangan panggil aku Sasuke-dono lagi. Kita berjuang bersama sebagai orang yang setara."
Kelima kepala keluarga bangsawan itu tersenyum. Merasa Sasuke begitu rendah hati. Mereka telah merasa pria itu punya karisma dan jiwa kepemimpinan yang tinggi dan menaruh harapan besar padanya.
"Jadi Sasuke, Apa yang akan kau lakukan pada pelayan malang itu?" Kiba meminum Sakenya dengan sekali teguk.
"Bukan hal yang kejam pastinya."
"Aku harap kau akan bersenang-senang. Aku belum pernah melihat wanita dengan rambut dan mata seperti itu."
"Bila kau bertemu dengan para Gaijin itu. Kau akan mengerti rambut keemasan bukanlah hal yang aneh."
"Sasuke apa kau mendengar Hanzo dan Mifune datang menemui Danzo?" Pria berambut perak di ruangan itu membuka suara.
"Iya tentu saja. Apa kau punya informasi apa yang mereka bicarakan?"
"Tidak, Orang yang aku kirim tidak kembali, sepertinya Ia ketahuan menyusup."
"Kakashi, kau harus mengirimkan orang yang lebih cakap untuk menjadi mata -mata."
"Sasuke, Apa kau yakin istanamu tak disusupi oleh anak buah Danzo, seminggu lalu seorang Ninja berhasil menyusup." Ucap Choji Akimichi yang baru saja selesai makan.
"Kalian tenang saja, Aku punya caraku sendiri untuk mengatasi mata-mata."
Pertemuan itu berlangsung singkat tanpa ada hal penting yang dibicarakan. Ino duduk di kursi dan pura-pura tertidur. Tadi ia telah menggeledah kamar ini berharap menemukan sesuatu yang penting tapi ternyata tak ada apa-apa. Jadi ia menunggu pria itu datang. Ino mengelus pahanya, Sebuah Kunai beracun tersembunyi di sana. Hanya dengan sedikit goresan saja ia bisa membunuh Sasuke Uchiha.
Pintu terbuka, Ino terlonjak dari kursinya dan pura-pura takut. Pria itu mendatanginya dan Ino melangkah mundur.
"Maafkan saya Uchiha-Dono. Jangan hukum saya." Ino gemetar mencengkeram erat kerah kimononya. Ia menatap lantai. Takut menatap wajah tampan pria itu.
"Bagus sekali aktingmu, Kunoichi." Sasuke menyeringai.
Mata Ino terbelalak seketika.
