Disclaimer

Sword Art Online Reki Kawahara

Tapi cerita ini sepenuhnya milik author.

Author tidak mengambil keuntungan materi apapun dari fanfiksi yang di-publish.

.

Poetry For God

Poetry, Family, and etc.

Rate : T

.

Warning : OC, OOC, AU, Typo (s), Miss-Type and many more.

.

.

Namaku Asuna, Yuuki Asuna. Aku anak kedua dari empat bersaudara. Aku hidup bak sebatang kara. Aku sudah tidak mempunyai seorang ayah. Lebih tepatnya kedua orang tuaku berpisah.

Aku bekerja sendirian, sedang ibuku hanya ibu rumah tangga biasa tanpa mempunyai pekerjaan sampingan. Dan saat ini aku harus menghidupi empat orang dalam keluargaku. Ibuku, kakakku dan juga kedua adikku.

Jujur saja, aku tidak mampu melakukannya. Namun, apa boleh dikata, hanya aku yang bisa bekerja. Kakakku sudah lumpuh karena mengalami kecelakaan saat bekerja dahulu. Dan itu membuatnya kehilangan banyak fungsi bagian tubuh.

Hidupku begitu usang dan juga tidak berwarna. Keseharianku hanya bekerja dan bekerja. Namun malam ini, aku akan menuliskan sesuatu untuk Tuhan. Tentang penderitaan, tentang kesedihan. Tentang ketidakmampuan dan tentang ketidakberdayaan.

.

.

.

Tuhan…

Aku tahu jika Kau melihatku dari singgasana-Mu.

Aku pun tahu jika Kau adalah penulis skenario terbaik bagi hamba-hamba-Mu.

Tapi tahukah Engkau, wahai Tuhanku?

Aku di bumi merasa sendiri.

Beban yang kupikul begitu berat.

Dan yang lebih menyakitkan jika mereka tidak menghargai akan jerih payahku.

.

Tuhan…

Katakan apa yang harus kuperbuat?

Tunjukkan ke mana harus kuberjalan?

Dan tuntunlah jika aku menemui kesulitan.

Karena semata-mata hanya Engkau yang bisa, hanya Engkau yang mampu.

Ketidakberdayaanku sebagai hamba-Mu yang hina, hampir membuatku terjatuh dalam jurang kenistaan.

.

Tuhan…

Beri aku petunjukmu dalam alunan angin yang merdu.

Kicauan burung yang mengusik kalbu.

Kala sang mentari datang memberi kehangatan.

Sebagai tanda akan kekuasaan-Mu.

Aku akan selalu menunggu kepastian dalam kepasrahan hati ini.

Karena hanya Engkaulah yang mampu memberi, melindungi, memelihara hati yang rapuh ini.

Aku yakin itu…

Maka jangan kecewakan hamba-Mu ini.

Sebagaimana janji-Mu.

Janji suci yang telah Engkau ucapkan dalam firman-Mu.

Karena sesungguhnya tinta takdir itu telah mengering.

.

.

.

Aku berharap, Tuhan akan segera membalas puisiku. Menjawab pertanyaanku, memberi petunjuk akan kehidupanku. Dan membimbing setiap langkah kakiku.

Jawaban itu akan terus kunanti, hingga Dia datang menjemputku. Dan berkata …, "Waktunya pulang, Asuna."

Maka aku tahu persis jika telah tiba saatnya bagiku untuk memulai kehidupan yang baru, di alam sana. Bersama para biradari surga yang belum pernah terjamah.

.

.

.

TAMAT

.

.

.

Aku mencoba membawakan poetry dengan sudut pandang dari Asuna. Tentang beban hidup yang harus dia tanggung sebagai tulang punggung keluarga.

Semoga bermakna.

Salam,

Dark Ryuuki