Zitao kembali menatap lekat wajah lelap Yifan, menikmati setiap inci tubuh laki-laki itu melalui indera penglihatannya.
Jemarinya tanpa sadar membelai lembut surai keemasan pria berdarah campuran yang kini nampak tenang dipembaringan. Alisnya yang tebal, rahangnya yang tegas semakin menyempurnakan wajah tampan milik seorang Wu Yifan.

" Aku mencintaimu, Yifan." Gadis berambut sewarna gerhana itu mengucapkan kata-kata yang selalu ia sangkal.

Ya, Zitao sudah menyukai Yifan jauh sebelum pria China-Kanada itu memilih untuk membuatnya patah hati dengan menjalin hubungan dengan wanita bernama Zhang Yixing. Membuatnya terlihat seperti aktris figuran yang hanya mampu berada dilayar sepersekian detik sebelum pemain utama kembali mencuri perhatian.

'CKLEK'

Zitao tak perlu menoleh untuk mengetahui sosok familiar yang kini mengambil tempat, tepat disampingnya.

" Kau pulanglah, Zi.. Aku akan ganti menjaga Yifan. Kurasa sebentar lagi ia akan segera sadar, jadi kau bisa berhenti mengkhawatirkan pria dungu ini…" Ucapan Chanyeol yang asal, sedikit memancing reaksi dari sang gadis Qingdao. Semburat senyum tercetak diwajah cantiknya, sedikit membuat garis lelah diwajahnya menghilang walau sesaat.

" Tidak apa-apa Chanyeol-ah, aku akan tetap menjaga Yifan gege. Lagipula kau kan harus kembali bekerja? A-Aku ingin melihatnya ketika ia sadar. Tak apa-apa kan?"

Chanyeol hanya menatapnya ragu. Jujur, ia begitu terpesona dengan keteguhan hati gadis polos yang dengan sabarnya menanti perubahan pria yang bahkan sudah mengoyak hatinya puluhan kali. Kalau saja Yifan sadar akan pengorbanan gadis itu, tapi ah sudahlah, pria bodoh itu pasti tidak akan pernah sadar.

" Kau betul-betul mencintainya ya? "

Hening.

Hanya ada suara tarikan nafas dan derik jarum jam, berusaha mengusik ketenangan dua manusia yang hanya mampu bertukar tatapan penuh makna.

Zitao semakinmengeratkan genggaman pada punggung tangan sang pujaan hati yang kini diam seribu bahasa. Jauh dilubuk hati yang terdalam, ingin sekali menyangkal semua itu, meskipun pada akhirnya ia tahu bahwa tak akan ada satupun kebenaran yang tak terungkap. Termasuk perasaannya pada Yifan, yang notabene merupakan teman dari masa kecilnya.

Chanyeol menangkap semuanya itu dengan jelas. Tatapan penuh kasih, genggaman tangan lembut, gadis itu betul-betul menyukai sahabatnya.

" Tidak apa, aku tak akan memberitahukan apapun padanya, kalau memang kau keberatan.."

Gadis bermata indah itu menatap lawan bicaranya, seolah mengungkapkan kepercayaan yang kini ia berikan pada lelaki jangkung, bermarga Park.

" Terimakasih, Chanyeol-ah…" Suara lirihnya sedikit menggetarkan hati lelaki yang kini menatapnya iba.

Zitao tahu keadaannya akan lebih baik jika seperti ini, ia tidak sanggup menerima penolakan dari Yifan, oleh karena itu ia merahasiakan perasaannya selama 5 tahun. Bukan hal yang mudah memang, bertepuk sebelah tangan pada orang yang merupakan kekasih dari wanita lain. Tapi toh Zitao pun hanya gadis biasa yang jatuh cinta pada seseorang, dan sayangnya panah cintanya jatuh pada pria yang salah.

" Yixing-ah.. Kau, kau mencampakkanku hah? Apa salahku? Hic..K-Kau…" Yifan kembali meneguk minuman memabukan yang berada digenggaman tangannya. Nafasnya mulai tersenggal, penglihatannya sedikit buram, namun begitu, ia tetap mampu meracau, menyampaikan kata-kata yang malu ia ucapkan ketika egonya kembali menguasai.

" Sudahlah, Yifan! Kau sudah terlalu banyak minum malam ini…" Ucapan keras dari Chanyeol membuat si pria mabuk itu menatapnya kesal. Ia tak peduli dengan larangan sahabatnya yang mati-matian berusaha menyadarkannya dari kebodohan yang ia lakukan selama kurang lebih satu minggu, semenjak hari pernikahan sang mantan kekasih.

" Aish, kau ini! Kau bodoh atau tuli? Sudah kukatakan, kau sudah minum terlalu bany-"

" Kau bisa diam tidak?" Chanyeol merasakan pukulan dirahang kirinya. Tubuhnya sedikit bergerak mundur, ketika sosok sempoyongan berdiri tepat dihadapannya. Matanya sayu, kulitnya yang pucat, dan rambutnya yang ditata asal, membuatnya terlihat begitu mengerikan. Tak ada lagi sosok seorang Wu Yifan yang terkenal perfeksionis dan begitu mengagungkan penampilan. Justru saat ini ia lebih terlihat seperti sesosok ABG labil yang tengah mencari identitas diri.

" Dasar bodoh!"

Sebuah hantaman menerpa wajah tampan ala dewa yunani yang kini terombang-ambing. Kakinya tak mampu memapah berat tubuhnya dalam kondisi mabuk, membuatnya jatuh terjungkal ke lantai.

Park Chanyeol mengusap noda darah di ujung bibirnya, sebelum menarik tubuh sahabatnya yang tergeletak tak berdaya. Suara stereo bar seolah hanyut dalam keheningan pikiran lelaki humoris yang dengan sigap memapah laki-laki itu keluar dari tempat penuh dosa. Dinginnya angin malam baru ia rasakan, ketika kemejanya tak lagi mampu memberikan kehangatan. Kalau saja bukan karena sahabatnya, mungkin kini ia sedang memadu kasih dengan sang tunangan, Byun Baekhyun.

'SRET'

Sambungan telepon langsung tercipta kala ia menekan deretan nomor yang begitu ia ingat. Satu detik, dua detik, lima detik sebelum akhirnya seseorang diujung sana menerima panggilannya.

'Baek, kau bisa menjemputku sekarang? Si bodoh Yifan pingsan dan aku harus memapah tubuh raksasanya keluar'

Tak lama sambungan itu terputus, dengan tiga menit omelan dari gadis mungil pujaannya, begitu mengetahui kebodohan yang dilakukan sahabat sang tunangan.

Chanyeol mendengus pelan. Ia merenggangkan kakinya di halte, disampingnya pria bernama Yifan menyandarkan kepalanya. Suasana kota begitu sunyi, dan berkeliaran diatas jam 2 malam bukanlah sesuatu yang bijak untuk dilakukan. Sambil terus terjebak dalam skenario pikirannya, memorinya kembali menerawang wajah gadis cantik yang saat ini mungkin sedang terduduk dalam gelap, meratapi nasibnya.

'Kurasa Zitao betul mencintai Yifan'

Kata-kata dari sang kekasih lagi-lagi terngiang dikepalanya. Kalau saja ia dapat membantu gadis malang itu, sebelum Yifan terpikat pesona Yixing, mungkin saat ini semuanya akan berbeda. Yifan akan berada di apartment nyaman bersama Zitao, dan tidak akan ada hati yang terluka malam ini.

" Channie…" Suara lembut menyadarkan Chanyeol dari lamunannya. Wanita mungil berambut kecoklatan berdiri dengan sebuah senyum yang selalu mampu membuat jantungnya berdegup keras.

" Sini aku bantu membawa Yifan-ge…"

Chanyeol hanya menurut, raganya sudah terlanjur lelah.

" Kalau Zitao tahu, dia pasti akan sangat sedih… Ku pikir Yifan-ge sudah berhenti mengharapkan Yixing Jie…" Ucapan gadis itu pelan. " Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau seminggu ini menemani Yifan-ge mabuk? Kau ini tunangan macam apa sih?"

Laki-laki bewajah ramah itu hanya tertawa kecil, mengagumi paras sang pujaan hati yang terlihat begitu mempesona.

" Aku tunangan Byun Baekhyun yang cantik…"

" Berhenti menggodaku, Dobi! "

'Yifan sepertinya sakit, Zi… Sejak kejadian semalam, tubuhnya demam, aku dan Chanyeol sudah berusaha mengompresnya, tapi demamnya tak kunjung turun'

Zitao terus memutar ulang informasi yang Baekhyun sampaikan pagi tadi. Kaki jenjangnya melangkah cepat, melewati para pejalan kaki yang berlalu-lalang dihadapannya. Ia hanya ingin segera sampai ke apartment milik Chanyeol, pria yang juga merupakan tunangan dari sang sahabat. Pikirannya kacau saat mendengar berita mengenai Yifan, ia ingin mematahkan ketakutannya bahwa pria tampan itu sakit karena patah hati. Patah hati! Ah, gadis itu begitu paham rasanya patah hati.

'DING'

Suara khas mesin penggerak itu, membuatnya mendongakkan wajah sebelum melangkah keluar. Suara langkah kakinya menggema dilorong yang sunyi, sebelum terhenti di sebuah pintu dengan nomor yang begitu ia hafal; 306.

'CKLEK'

Wajah familiar menyambut kedatangannya. Ia berjalan maju memasuki ruangan yang begitu minimalis. Terdapat sofa berwarna merah, dengan dinding bercat hitam, jangan lupakan cushion putih dan sebuah figura poto yang tergantung.

" Kau terlihat lelah, Zi…"

Gadis bernama Huang Zitao itu hanya mengulum sebuah senyum.

" Aku hanya begitu tergesa sampai berlari menuju apartmentmu." Katanya terhenti, arah matanya langsung berhenti pada sebuah object yang berada dalam ruang lingkup penglihatannya.

" Tunggu, Zi.."

'Yi-Yixing'

Suara samar-samar membuat dua makhluk diruangan itu terpaku. Si pria hanya mampu menarik nafas yang seolah terhenti, dan si wanita, wajahnya terlihat memucat seketika. Zitao merasakan pukulan telak di dadanya, sakit! Sesak sekali, sampai ia tak mampu bernafas.

'Yix-Yixing'

" Katakan kau tak mendengar apapun, Chanyeol…" Suara gadis itu sedikit bergetar. Katakan ia seorang pengecut, karena Zitao betul-betul ingin egois sekali ini saja.

" Zi.."

" Bisakah kau tinggalkan aku sendiri bersama Yifan? Aku akan menjaganya sementara kau bekerja…"

Dingin. Entahlah, Chanyeol tidak begitu menyukai suara gadis itu saat ini. Kakinya perlahan mundur, menuruti kemauan pemilik suara yang menyuruhnya menjauh. Ia tak mampu bereaksi apapun, kecuali turut dalam permintaan gadis yang terluka.

Ditempat lain, Zitao mendudukan tubuhnya disamping Yifan. Airmatanya menggenang, tak sanggup bertahan, sebelum jatuh membasahi pipinya yang kini meredup. Begitu menyakitkan! Ia tak menyangka akan menjadi saksi akan perasaan cinta Yifan terhadap sang mantan kekasih yang jelas-jelas sudah berpaling.

" Kenapa? Kenapa kau begitu jahat padaku? Apa salahku? " Gadis itu menangis sesunggukkan, meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Setelah penantiannya untuk bisa melihat Yifan terlepas dari wanita itu, kini ia justru diperhadapkan pada kenyataan yang begitu pahit. Melihat Yifan terluka! Satu hal yang semakin membuatnya terpuruk.

" Tidak bisakah kau melihatku? Apakah aku terlalu hina dimatamu? "

Ia kembali bermonolog, meluapkan emosinya yang memuncak. Ia lelah, sungguh lelah, berada dilingkaran hitam seperti ini. Ia ingin bebas, ia ingin seperti Baekhyun dan Chanyeol atau siapapun diluar sana yang tak harus melewati fase ini.

" Bisakah kau mencintaiku seperti kau mencintai Yixing?"

Yifan berusaha menutup kembali matanya saat cahaya memaksa masuk melalui tirai jendela. Kepalanya begitu berat, matanya tak mampu terbuka lebar, yang ia ingat hanyalah dirinya bersama Yixing. Ia berusaha menangkap seluruh object dalam ruangan, sampai ia terhenti pada sosok seorang gadis yang tengah tertidur dengan tangan sebagai tumpuan. Ia meneliti wajah itu, memandanginya, sebelum sebuah senyum terukir di kedua belah bibirnya.

" Yixing…"

Zitao terbangun dari tidurnya, saat seseorang dengan sengaja mengusak rambut panjangnya. Ia terkesiap, melihat Yifan yang kini bersandar pada tempat tidur, menatapnya penuh hasrat.

" Yifan? "

Belum sempat ia mencerna informasi apapun, ketika ia merasakan himpitan tangan pria itu, menghempaskan bibirnya menyatu dalam sebuah lumatan. Zitao tak menyangka akan menerima reaksi seperti ini, tangannya memukul-mukul Yifan, berusaha menyadarkannya dari apapun yang sekarang merasukinya.

Ia berusaha melepaskan diri dari dekapan Yifan, sampai ia merasakan sensasi yang begitu aneh ia rasakan, ketika tangan besar Yifan menjalar memasuki bagian dalam tubuhnya. Ia menahan erangan ketika Yifan mengusap kasar payudaranya yang entah bagaimana telah polos tanpa selembar kain.

Zitao kembali dibuat meronta saat Yifan menyusuri leher jenjangnya, menciptakan goresan-goresan seni yang akan bertahan selama beberapa hari. Tidak dapat ia pungkiri ia mulai menikmati setiap sentuhan yang Yifan berikan. Kakinya melemas, seolah tak mampu berbuat apapun selain menyerahkannya pada kekuatan yang lebih besar, yang kini tengah mendominasinya.

" Kau terlihat begitu menggoda, Yixing"

'DEG'

Nama itu bahkan tak juga luput ketika Yifan semakin gerilya mencicipi setiap lekuk tubuh Zitao. Air mata berhasil lolos dari kelopak matanya, sesaat sebelum ia merasakan rasa sakit di bagian bawah tubuhnya.

Derit ranjang itu menjadi saksi atas penyatuan cinta dua manusia yang diperdaya oleh keinginan hati yang begitu membutakan. Zitao bahkan tidak lagi peduli dengan apapun yang akan terjadi setelah Yifan kembali tersadar akan siapa dirinya. Ia sudah tutup telinga dengan semua racauan Yifan, ia berjanji akan melupakan kejadian hari ini dan berhenti mengharapkan cinta dari laki-laki yang sudah merebut kesuciannya.

' Aku mencintaimu, Yixing'.

Chanyeol menghempaskan tubuh letihnya disofa, berusaha mentransfer rasa lelahnya setelah serangkaian meeting berhasil ia lalui. Matanya terpejam, mencoba menenangkan pikirannya yang penat setelah seharian bekerja. Begitu melelahkan! Belum lagi urusan sahabatnya yang begitu kompleks. Tunggu! Dimana Zitao? Ia belum bertemu dengannya lagi setelah waktu istirahat siang tadi.

Dengan langkah gontai Chanyeol berjalan menuju kamar teman seapartmentnya, Wu Yifan. Tak ada suara apapun, begitu tenang dan damai. Perlahan ia memutar kenop pintu dengan hati-hati, mendorongnya sebelum kakinya melangkah masuk ke ruangan itu. Matanya langsung berpencar, berusaha mencari objek familiar.

" APA YANG TELAH KALIAN LAKUKAN?"

Dihadapannya dua orang tanpa sehelai benang menatapnya horror.