CHAPTER 1:

The Silly Grave

"cepaatt!"

Deru napas memburu waktu, denting besi yang bertemu bebatuan menyeruak. Sekitar 10 orang pria mengangkat pacul lalu menancapkannya ke tanah, lagi dan lagi. Mereka berusaha menggali tanah itu, seseorang di dataran yang lebih tinggi terus memberi perintah, menyerukan bentakan-bentakan dan kalimat kasar, berharap agar pria-pria yang menggali itu bekerja lebih keras.

Langit malam berwarna kelabu. Tidak secerah malam-malam sebelumnya dimana bintang-bintang dan rembulan berhamburan mengiasi langit. Malam ini, mendung menjadi teman para pekerja itu. Lampu-lampu sorot berdiri kokoh di 4 sudut bidang galian, terang seperti cahaya lampu stadion olah raga. Para pekerja itu sudah menggali semalaman, mereka telah mencapai kedalaman 10 meter dalam 8 jam terakhir. Tanah tempat mereka menggali sangat keras karena bebatuan yang menjadi penyusunnya, padahal di sana adalah tanah terbuka, namun ada bangunan di dalamnya.

"cepatlah menggali dan pulang! Aku tidak menggaji kalian untuk saling bergosip!"

Pria yang berdiri di bidang ketinggian kembali menghardik tatkala matanya menangkap beberapa orang pekerja yang lebih banyak berbicara ketimbang mengangkat pacul.

Konoha adalah kota yang banyak diminati para arkeolog. Pasalnya, sekalipun daerah itu terkenal metropolitan, namun di sepanjang garis perbatasan kota itu dengan kota lainnya, juga di dalam kota itu sendiri masih terdapat banyak peninggalan bersejarah dari masa ke masa yang belum di ketahui. Ada banyak arkeolog dari negeri lain yang sudah menjajaki kota itu demi mendapat sejuput ilmu pengetahuan, namun seperti buih di lautan, penemuan lainnya terus berdatangan seolah tak pernah habis. Artefak-artefak kuno, sarkophagus, menhir, bahkan bangunan kuno dapat ditemukan dalam pencarian di kota itu, seakan-akan Konoha adalah kota lampau yang berselimut kerlap-kerlip modern dari zaman.

Pria tukang perintah bermulut kasar itu sedang mengomando pekerjanya untuk menggali di salah satu situs galian di tengah kota Konoha, informasi yang ia dapatkan adalah bahwa mereka tengah menggali sebuah makam kuno. Tapi ia tak benar-benar tertarik dengan makam yang dibicarakan, ia hanya tertarik dengan upah besar yang akan ia dapatkan setelah ini. Padahal ia hanya memerintah saja.

Pekerjaan terhenti saat seluruh makam terlihat. Bangunan yang ukurannya hampir sebesar lapangan bola voli itu berdiri bertingkat-tingkat, aksen tekstur bangunan dari asia dan eropa terlihat berpadu dalam setiap lekuk bangunannya, mungkin saat itu sudah terjadi percampuran kebudayaan.

Pria itu segera lenyap dari tempat penggalian, ia memasuki salah satu tenda yang digunakan oleh orang-orang penting dalam penelitian itu untuk melaporkan kemajuan dalam penggaliannya. Ada 2 orang di dalam tenda itu, seorang pria dan seorang lagi wanita.

Tenda itu diterangi bohlam 80 watt, sehingga orang-orang di dalamnya terlihat jelas sosoknya. Keduanya memakai pakaian resmi dalam penelitian ini, jas laboratorium melekat apik di tubuh mereka. Manik emerald wanita itu melirik pria yang tiba-tiba masuk mengintrupsi.

"tuan, kami telah menggali seluruh bidang makam. Jika berkenan, anda boleh segera melihatnya."

"ah, terima kasih, Kimimaro"

"saya mohon undur diri."

Pria tukang perintah itu kemudian segera keluar dari tenda tersebut. Senyum kecil merekah di bibir wanita bermanik emerald, segera ia menatap teman prianya. Si pria tersenyum maklum.

"aku mengerti Sakura. Kau boleh jadi yang pertama memeriksanya. Tapi aku ingin laporannya secepat mungkin, paham?"

"kau kira aku ini siapa, eh? Jangan memerintahku seperti bos dasar pendek! Aku segera kembali, hehe..."

Wanita itu melenggang pergi meninggalkan tenda yang ditempatinya, surai bubble gumnya mengayun saat ia melangkah, wajah cantiknya berbinar menuju lokasi penggalian. Sakura adalah salah satu staf ahli dalam proyek penggalian itu, ia merupakan salah satu asisten pribadi dari pimpinan proyek, si pria yang bersamanya.

Langkah kakinya berhenti di hadapan makam yang baru saja digali, senyumnya semakin merekah tanda ia begitu senang. Sebuah proyek yang mereka tangani sejak 2 bulan yang lalu akhirnya hampir selesai.

"kalian boleh beristirahat. Terima kasih untuk kerja keras kalian! Silahkan menikmati makan malam kalian!"

Sakura melambai kepada para pekerja yang masih beristirahat di lokasi penggalian, beberapa pria tersipu karena sikap Sakura. Mereka segera beranjak sebelum teman pria Sakura datang menghampiri gadis itu. Mereka berdiri bersebelahan. Sakura masih tersenyum manis.

"jadi, bagaimana menurutmu?"

"ini benar-benar luar biasa. Aku sudah banyak kali melakukan penggalian makam dan artefak kuno. Tapi baru kali ini aku menemukan hal yang seperti ini. Makam ini sudah berusia lebih dari 800 tahun, aku penasaran siapa yang berada di dalamnya."

"yaah..., kau benar. Tempat ini dulunya ibu kota kerajaan, siapa yang tahu bangsawan seperti apa yang dikuburkan di dalamnya?"

"hey, Naruto. Apa menurutmu, penemuan kita kali ini akan merubah sejarah?"

"he-eeh..., aku tidak terlalu percaya diri soal itu. Kau tahu kan, ada banyak sekali makam yang ditemukan beberapa dekade belakangan ini. Mungkin saja ini adalah salah satu dari makam-makam itu. Yang artinya kita hanya akan menambah koleksi ilmu pengetahuan."

"kau selalu saja pesimis! Otak jeniusmu itu bisa membeku karena sikapmu itu, kau tahu?!"

Naruto terkikik geli mendengar ungkapan asistennya. Sakura tersenyum simpul mendapati senyum manis ketuanya.

"yaah..., menjadi bahan koleksipun aku tidak masalah. Yang penting itu berguna bagi umat manusia, kenapa tidak?"

"kau benar. Aku akan segera membongkar makam ini besok. Kau bisa menerima laporannya dari Shikamaru 2 hari kemudian."

"baiklah, aku setuju."

Keduanya kembali ke tenda mereka, sementara langit makin gelap. Beberapa menit setelahnya, hujan turun mengguyur daerah penggalian, makam yang sudah berhasil digali itu mulai sedikit demi sedikit tergenang air.

Keesokan harinya, tim peneliti itu segera membongkar makam yang telah digali semalam. Para pekerja terlihat kesulitan dengan air dan lumpur yang menjadi item tambahan dalam penggalian mereka, berkat hujan yang mengguyur semalam. Dinding berbahan batu bata dibongkar tak beraturan, para pekerja berusaha menggali isi makam itu, apapun bentuknya, lalu pulang dan menikmati hasil kerja mereka.

1 jam para pekerja itu membongkar paksa makam kuno, sebuah peti mati berbahan perak murni ditemukan setelahnya, terkubur sejauh 5 meter di dalam makam, ditemani beberapa kalajengking dan makhluk beracun yang segera dibinasakan, juga beberapa buah segel kuno yang belum bisa diterjemahkan.

Senyum lagi-lagi merekah di bibir Sakura, matanya dipenuhi friksi blik-blik kebahagiaan. Peti mati itu serupa bongahan berlian di matanya. Ia melirik bosnya yang berdiri sambil mengertukan dahi di sampingnya.

"kau lihat Naruto?! Peti mati itu memiliki aksen yang berbeda dengan peti mati lainnya yang pernah ditemukan! Di sana bahkan tidak ada segel kerajaan."

"hmm..., kau benar, Sakura. Sepertinya ini makam yang belum pernah ditemukan kesamaannya sebelumnya. Aku tidak pernah melihat segel ataupun tanda itu sebelumnya. Menarik sekali."

Mata Naruto lekat menatap barisan segel yang mengikat peti mati itu seolah mengunci rapat agar yang berada di dalamnya tidak keluar. Lalu ia juga merasa penasaran dengan beberapa simbol aneh yang tak pernah ia temukan di sarcophagus manapun. Ia berkesimpulan bahwa makam yang mereka temukan mungkin adalah makam istimewa, bahkan makam para kaisar dan bangsawan yang ditemukan sebelumnya tidak pernah memiliki item seperti ini.

"segera bawa peti itu ke dalam ruang pemeriksaan. Kita akan berusaha membukanya!"

Para pekerja segera mengeluarkan peti itu dari lubang, menyeret dan mengangkatnya menuju tempat yang diperintahkan oleh pimpinan mereka. Peti itu serupa peti mati modern padahal umurnya lebih dari 800 tahun. Naruto segera melepas segel yang mengekang mulut peti itu, lalu menyuruh para pekerjanya untuk membuka paksa peti itu dengan linggis atau semacamnya.

Sudah setengah jam lamanya para pekerja mencoba membuka mulut peti itu. Namun hasilnya nihil, tak ada satupun dari mereka yang mampu membuka petinya. Naruto mengerang frustasi, Sakura berusaha menenangkannya. Rasa penasaran Naruto tentang isi peti itu kian memuncak saat ia tahu tak satupun dari usahanya yang membuahkan hasil. Ia menatap sakura lekat, air matanya hampir keluar menahan emosi, Sakura menatapnya kaget dan semakin gencar menenangkannya. Kebiasaan buruk Naruto saat menemui jalan yang menurutnya buntu adalah menangis, lalu teman-temannya akan datang menenangkannya. Kinerjanya sebagai pemimpin memang sangat bagus, namun ia memiliki mental seperti seorang gadis remaja yang orang tuanya baru saja bercerai.

"Sa-Sakuraa..., a-apa petinya tidak bisa terbuka?"

Wajah naruto yang bulat itu semakin menggemaskan, matanya membulat dan berkaca-kaca, pipinya merona merah, dan bibirnya maju sedikit. Sakura tak ayal semakin betah menenangkannya, beberapa orang pekerja bahkan melirik gemaas pada bos mereka itu.

"te-tenanglah, Naruto. Ki-kita pasti bisa membukanya kok. Tenang saja."

"be-benarkah? Kalau begitu panggilkan aku Shikamaru"

"aku sudah ada di sini, kita tidak memerlukan si tukang tidur itu untuk menghiburmu Naruto."

"bukan itu maksudku! Panggilkan Shikamaru!"

Sakura berdecih, ia lalu menyuruh Kimimaro untuk segera memanggil salah satu asisten Naruto, Shikamaru yang tendanya berada tak jauh dari sana.

Shikamaru tiba 5 menit kemudian, Naruto sudah hampir menangis akibat putus asa terhadap peti mati yang didapatnya. Shikamaru segera menghampiri bosnya, pria berambut hitam yang dikucir tinggi itu menautkan alis. Ia melihat Naruto seperti wanita yang hendak dirampok.

"ada apa?"

"Shikamaru! Petinya tidak mau terbuka!"

"lalu apa masalahnya denganku, dasar merepotkan!"

"bukakan!"

"tidak mau!"

"kalau begitu carikan aku informasi tentang item-item segel dan motif petinya sekarang, kau harus memberikannya kepadaku setengah jam kemudian!"

Shikamaru menghela napas jengah.

"ano..., Naruto, aku sedang istirahat, jadi-"

"cepat laksanakan atau aku akan menjadikanmu pekerja lapangan!"

"siap, bos!"

Shikamaru bergegas keluar dari ruangan itu, ia bermaksud mencari informasi tentang apa yang diperintahkan oleh bosnya. Shikamaru sangat benci bekerja di lapangan, itu bukanlah daerahnya. Ia lebih suka mengerjakan laporan sambil tiduran dari pada harus bekerja banting tulan. Ia juga masih lebih menyukai kerja di dalam ruangan karena bisa mencuri-curi jatah istirahat lebih.

Naruto berusaha menenangkan dirinya, Sakura masih berusaha membantu pria itu. Naruto adalah pimpinan dalam ekspedisi kali ini, ia adalah salah satu ilmuwan Arkeolog yang dinaungi oleh perusahaan besar bernama SAINS Factory, perusahaan besar yang dipimpin oleh ayahnya. Sakura adalah sahabat Naruto, begitu juga Shikamaru. Ketiganya tergabung dalam tim ekspredisi baru 2 tahun, dan sudah menyelesaikan beberapa proyek penggalian yang menghabiskan dana jutaan dolar. Naruto orang yang cerdas, ia menyelesaikan gelar doktornya pada usia 24 tahun dan diumurnya yang ke-26 ini tengah melaksanakan penggalian besar-besaran.

Sakura adalah wanita yang lebih tua dari Naruto, ia sebenarnya sudah pernah melakukan banyak penelitian dan penggalian tentang situs-situs bersejarah, dengan kata lain ia lebih berpengalaman ketimbang Naruto. Mereka saling mengenal sudah 5 tahun, dan hubungan mereka sebagai sahabat sangatlah erat.

Shikamaru adalah putra salah seorang kolega ayah Naruto, perusahaan penghasil bahan kimia yang cukup besar di Konoha. Shikamaru memiliki nama keluarga Nara, keluarganya terkenal sebagai orang-orang cerdas, tapi pemalas. Ia dan Naruto sudah menjadi sahabat sejak SMA, jadi tidak mengherankan saat Naruto memintanya untuk menemaninya dalam suatu ekspedisi. Kelebihan Shikamaru yang tidak dapat diimbangi oleh siapapun kecuali ayahnya adalah analisis dan penarikan kesimpulan. Orang paling cerdas dalam kelompok ekspedisi Naruto.

Shikamaru bergegas menemui Naruto 20 menit kemudian saat ia sudah selesai mencari informasi tentang item dan simbol yang terdapat di makam dan sarcophagus yang ditemukan oleh kelompok ekspedisinya. Shikamaru menjelajahi seluruh sudut situs sejarah terpercaya dan berhasil menemukan apa yang diinginkan bosnya itu.

Naruto bersungut-sungut saat Shikamaru sampai di hadapannya, pemuda bermata kuaci itu mendengus saat memperhatikan tingkah Naruto. Ia sudah tahu tentang sifat keras kepala Naruto mengenai hal-hal yang ia sukai sejak mereka sering berkumpul bersama waktu SMA, tapi baru kali ini ia sampai diancam menjadi pekerja kasar. Shikamaru bergidik ngeri saat mengingat kalimat yang dilontarkan sahabatnya itu beberapa menit yang lalu.

"humm..."

Mata Naruto jelalatan melihati berkas-berkas print out yang diberikan Shikamaru kepadanya tentang inforasi yang ia inginkan. Beberapa menit kemudian, pria bermata sebiru langit itu mengangguk ambigu.

"aku mengerti. Jadi semua simbol ini kebanyakan adalah segel roh, digunakan sejak 1000 tahun yang lalu untuk menyegel dan membunuh makhluk spiritual. Beberapa diantaranya adalah simbol penting yang hanya digunakan untuk melaksanakan ritual spiritual khusus, ada juga item yang melambangkan kejahatan. Aku penasaran, sejahat apa makhluk yang dikurung di dalam sana? Pantas saja kita tidak menemukan item ataupun segel semacam ini di sarcophagus lainnya."

Shikamaru menatap ringan wajah Naruto yang tengah berfikir. Wajah Sakura menunjukkan gurat kekhawatiran. Naruto masih saja berfikir, hingga tatapannya tertuju pada peti mati yang masih tertutup rapat. Rasa penasaran yang sempat reda karena informasi yang baru didapatkannya kini muncul kembali. Bahkan berkali-kali lipat. Naruto berdiri, ia menarik napas dan menghembuskannya.

"aaarrggghh! Aku tidak berduli! Cepat carikan cara untuk membuka peti tua itu! Aku sudah tidak sabar!"

Air muka Sakura berubah panik saat melihat gelagat depresi Naruto, segera saja wanita itu mendekati Naruto kemudian menenangkannya, ia melirik Shikamaru yang hanya ditanggapi gidikan bahu.

"Na-Naruto..., ki-kita tidak tahu apa yang tersembunyi di dalam sana. Dari informasi yang kita dapatkan, bukankah itu memiliki resiko? Kita seharusnya menghindari jangan sampai ada hal yang tidak diinginkan terjadi."

"tapi Sakura, ini adalah sesuatu yang belum pernah ditemukan sebelumnya! Ini mungkin bisa menuntun kita pada ilmu pengetahuan yang baru, atau pada suatu hal yang belum pernah kita ketahui sebelumnya! Ugh..., memikirkannya saja sudah membuatku lapar. Aku harus segera memanaskan air untuk menyeduh cup-cup ramenku."

Wajah Naruto memerah, dari hidungnya seperti keluar asap karena terlalu bersemangat. Sakura tidak bisa berkata apa-apa lagi, rasa penasaran Naruto sudah menguasai dirinya. Shikamaru tersenyum tipis melihat tingkah sahabat-sahabatnya.

Hari itu, setiap detik dihabiskan untuk berusaha membuka peti yang baru saja di temukan oleh tim peneliti milik Naruto. Rasa penasaran pria itu mendorongnya untuk mencari tahu apa yang ada di dalam sana, kendati bahwa ia mungkin akan menemukan sesuatu yang diluar dugaan sudah ia persiapkan. Sakura dan Shikamaru adalah beberapa orang terpercayanya, Naruto berniat menghubungi beberapa orang yang ia andalkan. Dan ekspedisinya bisa menghasilkan sesuatu yang baru, entah itu baik atau buruk.