Authors Note: Argh!, tinggal 4 hari lagi aku kuliah!. Liburan ku yang berharga… *ngesot2 sambil nangis*. Enjoy my new Story ~~
WARNING : Not like affair between man ?, Don't read .
Disclaimer: Not own HP
Well, In the end, don't forget repiew oke?
…
Chapter 1- A moment at The Wedding
Salju pertama di bulan Desember turun deras di london kemarin, menimbun semua benda yang ada dijalan dengan salju putih lembutnya. Banyak anak kecil berlari-lari senang menyambut pagi dan bermain lempar bola salju. Seorang lelaki berambut hitam kusut keluar dari rumahnya dengan malas, mencoba untuk membersihkan salju yang menghalangi pintu masuknya sambil mengumpat kesal. Tetapi, pekerjaannya terhenti saat segenggam salju menimpuk kepalanya.
"Aw!, siapa yang berani melempariku!"
"Ups, maaf Mister ! Sa-saya tidak sengaja." Bocah kecil berambut pirang mendatangi Harry pelan dan menunduk, takut melihat ekspresi lelaki dihadapannya yang kesal.
"Well- lebih baik kalian bermain disana. Aku sedang bekerja. Jangan menggangguku." Ia mendengus kesal sambil mendorong bocah cilik itu menjauh dari halaman rumahnya.
"Sekali lagi, maafkan saya Mister." Lalu anak itu berlari terbirit-birit mengejar teman-temannya yang sudah kabur duluan.
Huh-anak itu penakut sekali. Memangnya wajahku seseram apa sih-
Harry kembali meneruskan pekerjaan membersihkan salju saat suara berisik di dalam rumah menghentikan aktifitasnya lagi.
"Who the hell !" Harry terburu-buru membuka pintu saat sebuah tangan membukanya lebih cepat dari dalam yang membuat Harry berteriak kesakitan karena terbentur pintu.
"Oh God, my precious head!"
"Harry!, we miss you so much!". Hermione meloncat ke pelukan Harry yang masih linglung akibat benturan super keras tadi-
"Huh- Hermione!. Kalian berdua sudah kembali dari bulan madu?" Harry berteriak tertahan melihat dua sahabatnya muncul dari dalam rumahnya.
"Yah! Wonderful place ! aku harap kau ada disana bersama kami!" Hermione terus mengembangkan senyumnya yang membuat Harry ikut tersenyum.
"Aku gak bakal mau ikut bulan madu kalian, bisa-bisa aku jadi lumut disana." Harry nyengir pada Ron yang mengacungkan jempol pada Harry.
"Yang penting aku benar-benar kangen padamu, Harry!" Hermione memeluk Harry lagi dengan erat hingga ia tak bisa bernafas.
"Mi-mione, please kau mau membunuhku-"
"Hei, Mione. Berapa lama kau mau memeluk Harry, giliranku sekarang!" Ron membelalakkan mata saat Harry dan Hermione balik memeluknya sambil berteriak histeris.
" Haha- jadi seperti kembali ke masa lalu saat kita masih di Hogwart." Hermione tersenyum bahagia sambil menatap Harry.
"Yeah, kau benar. Legenda Trio Gryfindor ." Ron meringis sambil melepas pelukan mereka berdua. Dan menarik mereka masuk rumah.
Harry tersenyum malu saat melihat Ron memeluk mesra pundak Hermione, " Well- aku benar-benar bahagia atas pernikahan kalian. Melihatmu bersanding dengan Mione di pelaminan membuatku hampir menangis histeris." Harry dengan senyum nyengirnya memeluk Ron lagi dan menatap Hermione yang tersenyum malu disampingnya.
"Yeah, thanks Mate. Sayangnya, kau cuma sebentar disana." Ron menatap kecewa pada Harry yang tersenyum kecut, " Well kau tahu kan, Ron. Aku tak bisa dapat cuti santai seperti dirimu. Resiko bekerja di bagian Departemen Luar Negeri."
Hermione tersenyum," Tidak apa-apa Harry. Kami mengerti kesibukanmu, aku sangat bahagia kau bisa menyempatkan datang dipernikahan kami."
Harry tersenyum tipis lalu menepuk punggung Ron, " Takkan ada yang bisa menghalangiku untuk datang di pernikahan sahabat terbaikku."
Mereka menghabiskan waktu pagi itu dengan berbincang-bincang tentang apapun yang mengembalikan ingatan mereka akan Hogwart.
"Harry, kau masih ingat wajah Malfoy saat ia dipukul Hermione?. Aku tak bisa berhenti tertawa mengingatnya. Si brengsek itu benar-benar penakut ." Hermione dan Harry tertawa terbahak-bahak mengingat ekspresi Malfoy yang ketakutan.
"Kau benar. Oyeah, ngomong-ngomong kalau tidak salah lihat aku bertemu Malfoy di pernikahan kalian. Kami berbincang sebentar."
"Benarkah?, aku tak tahu kalau dia datang. Siapa yang mengundangnya?" Ron mengernyitkan dahi dan menoleh pada Hermione.
"Aku mengundangnya, Ron. Kami satu divisi di Kementerian Sihir. Tapi, aku tak tahu juga kalau dia datang." Hermione lalu tersenyum tipis, " Kupikir, Malfoy sekarang sudah berubah, bukan bajingan tengik seperti dulu."
Harry memandang Hermione penasaran, " Berubah?, benarkah?. Aku hanya bertemu dia beberapa kali dalam setahun, itupun karena aku ada sedikit perlu di departemennya, ia pun tidak menunjukkan minat menyapaku."
"Well- dia masih si bajingan Malfoy ." Ron mendengus pada Hermione.
"Sebenarnya awalnya dia memang mengacuhkanku, tapi lama kelamaan saat kami bertemu, dia menyapaku. Kupikir dia berusaha untuk berubah. Perang memang mengubah segalanya, Ron." Hermione menatap lembut Ron.
"Yeah, kupikir mungkin begitu."
"Oya, bagaimana kabar pacarmu, Harry? Si Edward itu?"
Harry mendengus, " Kami sudah lama putus, setahun yang lalu. Dia selingkuh. Beralasan karena jarak jauh yang kami jalani." Harry mengepalkan tangannya ingat saat-saat mengerikan menemukan kekasihnya berselingkuh.
"Oh, Harry. Maaf." Hermione merasa tak enak, Harry tersenyum menenangkannya.
"Tak apa, Mione. Edward bukan satu-satunya lelaki di dunia ini."
"Jadi kau sendiri sekarang?, well kami berharap kau segera menemukan lelaki yang setia dan bisa menerimamu apa adanya." Ron menepuk pundak sahabatnya pelan dan tersenyum.
"Semoga saja." Harry tersenyum tipis dan kembali mengingat saat pertemuannya dengan Draco Malfoy di pernikahan Ron dan Hermione.
Ia menyadari perubahan fisik dari si pirang itu. Draco tumbuh sebagai pria yang menarik-sangat menarik malah, dengan gaya rambut pirang platinum cepak dan tubuh yang tegap langsing, tinggi yang lumayan untuk ukuran pria berumur 25 dan kulit putih mulusnya. Ia terlihat seperti pangeran kerajaan yang tersesat. Harry tak bisa mengalihkan pandangannya dari Draco yang duduk menyendiri di taman, sebelum telpon dari atasannya membuyarkan pikiran-pikiran mesumnya. Harry melirik sekilas pada lelaki itu dan kemudian berencana mendatanginya sebelum balik ke dunia muggle.
"Malfoy-"
Si pirang itu mendongak dan memicingkan mata , " Potter."
"Apa kau tidak masuk kedalam?, kurasa Hermione bakal senang melihatmu." Harry duduk di samping Draco.
"Terimakasih tapi tidak. Didalam terlalu berisik."
Harry menoleh sebentar kedalam rumah baru Hermione dan Ron, dan tersenyum nyengir.
"Kau benar, keluarga Weasley adalah keluarga paling berisik yang pernah aku temui." Harry terkikik pelan sambil mengamati Draco yang diam menatap kedepan.
Shit- Why he's grow become a sexy blonde?, his sexy lip and his sexy body.
Menyadari Harry yang terus menatapnya , Draco mengambil jarak dan bergeser.
Harry segera membuyarkan lamunannya melihat ekspresi terganggu Draco, "Oh maaf. Aku tidak bermaksud untuk -"
"Potter, kalau kau tidak keberatan aku ingin kau tidak membayangkan yang macam-macam dengan tubuhku." Draco tersenyum nyengir, yang membuat Harry menahan nafas kemudian ia bangun meninggalkan Harry yang masih tertegun.
Well- bukan rahasia lagi aku seorang gay.
Harry kemudian berdiri dan menyusul Draco, ia tiba-tiba menjadi penasaran dengan si pirang yang jadi musuh besarnya dulu.
"Malfoy!. Hei, Malfoy!"
Draco berhenti dan menoleh . "Ada apa, Potter?"
"Maaf, tapi aku ingin menanyakan keadaan orang tuamu. Bagaimana kabar mereka?" Harry memasang senyumnya yang mematikan.
Draco diam mengamati Harry kemudian menjawab, " Baik-baik saja." Draco diam berpikir kemudian melanjutkan perkataannya, " Mereka sejak lama ingin berterimakasih padamu, tapi tidak tahu dimana kau tinggal. Bantuanmu dipersidangan menyelamatkan orang tuaku dan juga diriku, aku juga ingin berterimakasih padamu."
Harry mengamati Draco tanpa berkedip, ia tak bisa memalingkan matanya dari bibir Draco yang lembut dan merah itu. Tapi ucapan terimakasih yang didengarnya membuat Harry kembali dari dunia khayalannya.
"Uh- bukan apa-apa, Malfoy. Aku hanya ingin membalas kebaikan ibumu yang menyelamatkanku dulu. Tapi 'terimakasih kembali' ." Harry tersenyum senang dan menepuk pundak Draco lembut.
Draco menatap tangan Harry yang memegang pundaknya lalu kembali menatap Harry dengan nyengir, " Kurasa kau tidak dengar benda muggle mu bernyanyi dari tadi-"
Benda muggle bernyanyi?
Harry mengumpat pelan menyadari handphonenya berbunyi lalu mengangkatnya tergesa-gesa.
"Ya?"
"Mister Potter!, kenapa kau tidak segera kesini?. Kami membutuhkanmu segera!"
Harry meringis sambil menjauhkan handphonenya dari telinga dan menatap Draco dihadapannya yang tersenyum terhibur. Lalu ia segera menutup sambungan telponnya.
"Maaf, Malfoy. Tapi aku harus segera pergi." Harry menghela nafas dan merengut.
"Stop acting like toddler. Kau punya atasan dan anak buah yang menunggumu." Draco tak bisa berhenti tersenyum nyengir melihat ekspresi Harry yang menarik.
Harry membalas senyum Draco dengan senyum nyengir juga, " Well- baiklah kalau begitu. Aku cukup senang bertemu dengan mantan musuh kecilku dulu." Harry terkikik melihat ekspresi kaget Draco.
"Jangan tersenyum dengan senyum milikku, Potter. Kau membuatnya terlihat mengerikan." Draco menaikkan satu alisnya dan meninggalkan Harry tanpa pamit.
"Hei, Malfoy!"
Draco menoleh dengan enggan, dan mengernyitkan dahi.
"Salam ku untuk kedua orang tuamu."
"Akan kusampaikan." Draco hendak ber-apparate saat panggilan Harry menghentikannya lagi.
"Ada apa lagi, Potter?" Draco menoleh lagi dengan enggan dan menaikkan alisnya melihat ekspresi Harry yang tersenyum dengan mata bersinar.
Harry mengacungkan jempolnya, " You've very nice arse, Malfoy. You must be pride for it."
Draco terdiam sesaat lalu tersenyum nyengir, " Thanks Potter. Tetapi meski kau memuji pantatku, aku takkan mengijinkanmu untuk menyentuhnya."
Harry mencibir Draco, lalu menaikkan satu alisnya. " You'll see."
Dan mereka berbarengan ber-apparet dengan tujuan berbeda, meninggalkan senyum diantara mereka.
Harry kembali dari dunia lamunannya saat Hermione menamparnya keras.
"Aw! Hermione!. Kenapa kau menamparku?"
"Oh, god. Aku yakin kau barusan sedang melamunkan pantat seseorang entah siapa. Teganya kau mengacuhkan ceritaku!" Hermione mendengus kesal sambil merapatkan kedua tangannya didada. Ron tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Harry yang malu.
"Maaf, Mione. Sendiri membuatku sering melamun. Melihat kalian sangat mesra membuatku semakin merasakan kesendirian." Harry meringis sambil menatap sedih pada Mione yang membuat wanita dihadapannya khawatir.
"Oh, Harry. Maaf, aku tak bermaksud membuatmu iri dengan kemesraan kami. Aku yakin kau sudah punya incaran ? maukah kami membantumu?" Hermione melirik Ron dengan melotot , mengirim pesan untuk ikut membantunya menghibur Harry.
"Oh- ya, Harry. Mungkin kami bisa membantumu?, aku punya teman-teman di Auror yang well good-looking. Kau pasti ngiler melihatnya." Ron tersenyum sambil menepuk punggung sahabatnya itu.
Harry hanya bisa meringis dan tersenyum pada mereka.
"Incaran ada, tapi aku tak yakin kalian siap mendengar siapa dia."
Hermione dan Ron saling berpandangan, mereka kembali menoleh pada Harry dengan penasaran.
"Siapa pria beruntung itu, Harry?"
Harry mengambil nafas pelan dan berkata dengan nada serius.
"Draco Malfoy"
Ron melotot dan berteriak kesal.
"Bloody Hell ! Malfoy?, are you mental?"
Harry menggeleng pelan sambil mencibir Ron.
Hermione tersenyum licik pada Harry, "Aku tahu, dia punya pantat bagus. Kau brilian, Harry."
Harry membalas senyum Hermione dengan anggukan mantap. Ron hanya melotot curiga pada Hermione.
Well, satu masalah sudah berakhir. Tinggal bagaimana membuat Malfoy tergila-gila padaku. It must be getting hard.
Harry menatap keluar jendela dan tersenyum penuh makna.
…
*Huff huff, sebenernya pantat Draco seperti apa sih? penasaran*
:p
Enjoy it, love u all !
Please review!
