Xiumin, seorang yeoja buruk rupa, datang ke sebuah salon bulu ketiak milik Chen. Di sanalah kisah cinta mereka dimulai.

Aku bangun dari tempat tidurku. Aku merasa ada yang mengganjal bahuku. Aku menatap cermin. Memeriksa apa yang terjadi.

Ah, jeleknya diriku. Aku hanya bisa meratapi takdir beungeutku (wajahku).

Ah! rupanya bulu ketiakku sudah panjang. Aku harus segera mencukurnya. Pantas saja bahuku dari tadi terasa tidak nyaman.

#skip

Aku berada di pinggir jalan. Mencari-cari becak. Sekalian minta panduan sang tukang becak tercintaah.

"BECAAAAAAK!" aku berusaha menyetop tukang becak dengan sekuat tenaga hingga mulut berbuih sambil menari tor-tor.

"Nyari becak neng?" seutas (?) suara horror nan rendah memanggilku.

Dengan takut-takut aku menoleh ke belakang.

ITU KAN POCONGGG!

*READERSJOTOSAUTHOR*

*AUTHOR : Oke oke author ganti*

"iya bang. Saya butuh tukang becak yang bisa jadi pemandu wisata juga."

"Kalau begitu sayalah orang yang tepat."

"Antar saya ke salon bulu ketek terbaik di sini."

"Kalau begitu kau harus pergi ke Chen Armpits Salon. Sebelumnya kita kenalan dulu. Nama saya Tao. Panggil saya Bang Tao, Abang becak terkece sedunia."

"Nama saya Xiumin. Kalau begitu, capcus anterin saya ke salon."

#skip

Chen Armpits Salon

"Jadi ini tempatnya bang?" aku melongo melihat bangunan imut pink yang terlihat fancy.

"Iya neng, saya itu tulus membantu neng, jadi neng ga usah bayar."

"CIYUS?! ENELAN?! MIAPA?! CUNGGUHH?!" aku kaget karena jarang-jarang ada tukang becak bermoral seperti ini.

"Udahlah ga usah lebay! Iya bener neng ga usah bayar." dia nyelonong sambil menjitakku.

#skip

Aku memasuki salon mewah itu. Aku melihat ada beberapa ruangan. Agaknya setiap ruangan mewakili setiap perawatan ketiak. Tiba-tiba seorang namja lekong mengagetkanku.

"Eh jeng! Apuseeee?! (apa kabar maksudnya) ketiaknya mau diapain Seuuus?"

"Emm. Cuman mau digunting sama dicat doang bulu keteknya." aku speechless karena penyambutannya yang sedikit aneh karena dia berbahasa bences diiringi tarian Saman.

"Kalau begitu capcus yu jeng ke tempat pencucian bulu ketiak."

#skip

"Jadi bulu ketiaknya mau dimodel apa Ciin?"

"Dishaggy dan dicat warna orange."

"Saran saya ya jeng, jeng itu harusnya jadi trendsetter, pake warna rainbow. Kan lagi ngetren Rainbow cake juga jeng. Biar unyu-unyu gitu jeng. Cucok deh!"

"Ya sudah."

1 jam berlalu. Akhirnya perawatan bulu ketekku selesai dengan sukses. Tampaknya namja ngondek ini menguasai bidangnya.

"By the way anyway busway, nama situ siapa?"

"Kenalin, nama ekke Chen, pemilik salon ini."

"Jadi kau sendiri yang punya salon ini?!"

"Iya jeng, eh jeng, akika mau arisan dulu yah, yu mari."

Namja ini sudah tampan, cerdas, ramah, kaya lagi. Sayangnya dia bimbang akan orientasi jenis kelaminnya.

Aku pulang ke rumah dengan berjalan kaki, itung-itung olahraga. Ah aku punya ide, gimana kalau malam ini aku pergi saja ke pasar malam buat pamer bulu ketiakku.

-TONIGHT-

Aku berniat memanggil si Bang Tao.

"Bang Tao! Bang Tao!"

Kali ini yang datang bukan Tao tapi Kai, seorang tukang tempe merangkap tukang becak.

Kebetulan aku lumayan kenal sama Kai.

"Eh, Bang Kai yang dateng."

"Iya, neng kok panggil saya dengan nista gitu yah? BangKAI. Mau kemana neng?"

"Oke, antar saya ke pasar malam."

"No problem."

#Skip

Pasar malam

Mendadak perutku berbunyi tanpa diminta. Lapar. Itu yang aku rasakan dan author rasakan sekarang.

"Mas beli..." belum selesai aku berbicara pada tukang sosis, tiba-tiba segerombol manusia datang.

"WOI! Jangan lari lu!"

Aku menengok. Di sana banyak namja bercasing yeoja alias bencong langsung lari.

Oh ternyata itu adalah Kamtib yang merazia bencong.

Tunggu dulu.

Sepertinya salah satu dari mereka tampak familiar.

Bencong yang memakai bikini emas itu kan.

Itu kan.

Itu kan.

Itu kan.

...

-TOBECONTINUED-