You
kurobasu (c) fujimaki tadatoshi
story is mine.
.
.
:O:
"Naa, Momoi-san," panggil Imayoshi, "Nggak bareng Aomine-kun?" mereka ada di sudut lapangan, satu bangku cokelat yang panjang dan suara decit sepatu, memenuhi pendengaran.
Latihan basket hari ini cukup padat. Mengingat kemampuan Aomine berkembang layaknya roket, Imayoshi sebagai kapten mengambil keputusan untuk meningkatkan keterampilan setiap individu dalam tim. Siapa lagi kalau bukan mereka yang akan mengimbangi permainan Aomine?
Alhasil, liburan pun mereka datang ke sekolah untuk berlatih dengan menu yang disiapkan oleh pelatih dan tentu saja, 'resep' spesial dari Momoi. Ditambah iming-iming Sakurai akan memasak banyak, semangat tim Touou pun semakin berkobar.
Imayoshi terbiasa dengan kehadiran Aomine di sisi Momoi. Aomine seringkali berkomentar pendek dan terkesan tak peduli dengan Momoi, tapi Imayoshi tak sebodoh itu untuk tidak menyadari bahwa Aomine sebenarnya perhatian dengan caranya sendiri.
Jadilah, Imayoshi menjaga jarak terhadap adik kelas yang sudah ditaksirnya sejak dulu—mencari aman dari masalah dengan Aomine. Wajar jika banyak lelaki menaruh hati pada Momoi. Gadis itu manis, dan tak banyak tingkah. Meskipun ia dikelilingi oleh laki-laki, tapi Momoi menjaga sikapnya.
Dan ya, Imayoshi suka akan hal itu.
"Imayoshi-san?" Momoi agak terkejut. Terlalu serius mengontrol latihan tiap orang di ruangan basket ini, Momoi sampai lupa untuk melemaskan bahu. Imayoshi bisa melihat catatan yang Momoi buat di bukunya; detail, rapi dan lengkap dengan grafiknya. "Ano... Aomine-kun sedang beli minuman untuk semuanya,"
Meskipun perempuan ini tidak bisa memasak, saat menjalankan tugas sebagai manajer, Momoi pantas diacungi jempol.
"Hoo... tumben sekali dia mau disuruh," Imayoshi tersenyum dan memperbaiki letak kacamatanya, "Kalau Momoi-san yang menyuruh, semalas apapun Aomine tetap dipenuhi ya,"
"Araaa... aku tahu, Aomine-kun keluar supaya tidak kusuruh latihan terus,"
"Lagipula... dia 'kan sudah tak perlu aku jaga lagi," kata Momoi tiba-tiba merasa tak enak pada Imayoshi entah kenapa, "Aomine-kun teman masa kecilku sih," lalu Momoi menghela napas lagi, "Aku jadi terbiasa mengawasinya agar tidak tejadi kekacauan,"
"Begitu? Kau peduli sekali dengan segala hal tentang Aomine-kun, ya, Momoi-san," komentar Imayoshi, mengambil tempat di sebelah Momoi dan meluruskan kakinya yang cukup sakit. Efek tidak latihan selama seminggu akibat ujian akhir semester membuat otot-ototnya kaku dan mendadak bengkak. Sial.
Tungkai kanannya terlihat aneh dengan benjolan mencolok diantara kulit putihnya yang pucat.
"Imayoshi-san, kakimu butuh kompresan," Momoi jelas kaget melihat si kapten ternyata punya masalah serius. "Tunggu sebentar," Gadis itu berdiri dan berlari keluar menuju UKS.
Tak lama, Momoi kembali dengan handuk putih dan wadah air. Ada beberapa gulungan perban dan satu kotak P3K. Sekalian saja, jaga-jaga, siapa tahu ada yang cedera lagi, Momoi tak perlu bolak-balik.
Momoi berjongkok dan menyentuh kulit Imayoshi. Bahkan untuk hal kecil seperti itu, Imayoshi menahan ringisan. Kapten dengan wajah preman pun ternyata tak bisa menjaga imej jika sedang kesakitan.
Momoi menempelkan handuk dingin perlahan pada kulit Imayoshi yang berwarna ungu. Si cowok berambut hitam meringis, lagi. Bengkaknya parah sekali. "Apa... menu latihannya terlalu berat? Maaf ya Imayoshi-san,"
"Aku yang salah," Imayoshi meringis lagi, kakinya mati rasa. "Kamu tak perlu minta maaf, Momoi-san,"
Momoi menggelengkan kepala, mencelup si handuk ke wadah berisi air dingin dan kembali menempelkannya di kaki Imayoshi. Dingin dan sakit bercampur, menjalari syaraf-syarafnya. Kali ini, Imayoshi lebih baikan. Imayoshi menghela napas lega dan menyisir rambutnya ke arah belakang.
"Imayoshi-san," panggil Momoi, mengklarifikasi status hubungannya dengan Aomine. "Hubungan kami tidak seperti itu, Imayoshi-san," Momoi mengoreksi, "Sebatas teman kecil saja!"
"Benarkah?" Imayoshi meyakinkan dirinya sekali lagi.
"Ya?" Momoi malah balik bertanya, keheranan. Ada apa? Tumben sekali Imayoshi bertingkah seperti ini.
"Aha—maaf, maaf, Momoi-san," Imayoshi mengacak-acak kepala adik kelasnya itu. "Daritadi aku menginterogasimu terus,"
"Aku hanya memastikan sesuatu," Imayoshi mengakui niat sebenarnya. Untuk masalah ini, jujur merupakan pilihan terbaik.
"Ha? Ada masalah apa memangnya?" Momoi masih mengompres kaki Imayoshi.
"Hubunganmu dengan Aomine-kun. Tidak lebih dari sahabat, bukan?"
Momoi mengangguk pasti.
"Kalau kupanggil Satsuki-san, boleh?" Imayoshi turun dari bangku dan duduk di depan Momoi. Pertanyaan begitu jelas dan langsung ke inti, Momoi gelagapan.
Baru pertamakali Momoi berhadapan dengan Imayoshi, berdua saja, dalam momen bertensi serius seperti ini. Apalagi Imayoshi memperlihatkan kedua bola matanya yang biasanya ketutupan. Imayoshi mengambil perban dan mulai membalut tungkainya.
"T-tentu saja boleh, Imayoshi-san!" Momoi membereskan handuk dan membantu Imayoshi mentapping tungkainya.
Tangan mereka tak sengaja bersentuhan persis adegan klise di sinetron murahan. Ketika Momoi terkesiap dan semburat merah muncul di kedua pipinya, Imayoshi melepaskan kacamata dan bertanya,
"Kalau aku bilang aku menyukaimu, itu bukan masalah, kan?"
Yang ada, sebelum Momoi sempat bereaksi, di hadapan mereka, Aomine yang baru sampai, bengong, tak percaya, terpaku, kantung plastik di tangannya terjatuh, dan botol-botol minuman bergelindingan ke segala arah.
