Mengunkap Sebuah Mistery

Moshi-moshi minna-san. Always meet with Ai again, sure in my new fic. Aku membuat fic baru karena aku denger-denger dari temenku, bahwa radio di Snesa tercintaku lagi ada yang ganggu. Denger-denger sih… katanya radionya bisa nyala sendiri. Dan hari itu adalah hari jum'at. Hiiiii… seremmm…. Tapi aku nggak takut lho, aku kan sukanya yang berbau mistik *halah ama gelap aja phobia*. Hehehe… saat gempar-gemparnya… eh aku malah mikir buat ngebuat fic ini. Kayaknya seru aja cerita asli yang mistik di buat fic. But, ada yang aku rubah suasana dan lain-lainnya. Aku hanya memakai cerita aslinya yang radio sekolah nyala sendiri dan lagu-lagunya orang mati yang di puter terus. Ok… only direct, first chapter. Only enjoy. Don't like don't read.

Summary : di SMA Karakura ada sebuah kejadian aneh. Sekarang sedang gempar Radio sekolah mereka bisa menyala sendiri. Dan yang paling anehnya lagi, lagu-lagu yang di putar adalah lagu-lagu dari orang-orang yang sudah meninggal. Ichigo dkk mempunyai misi untuk memecahkan mistery ini. Akankah mereka bisa memecahkannya? Apa saja yang akan mereka lalui saat mencoba memecahkan misteri ini? Warning : OOC, Gaje, AU etc.

Disclamer : Bleach original masih punya bang Tite. Kalau Bleach punya saya, saya akan mengubah genre Bleach dengan 50% romance, 10% humor, 20% friendship dan 5% action dan 15% supernatural.

Rating : T *rating T adalah rating kebanggaan saya*

Genre : Romance/Mystery/Humor

Paring : Ichigo Kurosaki & Rukia Kuchiki *also many-many pairing in this story*

Mengungkap sebuah mistery chapter 1

+ SMA Karakura At 03.00 PM +

Sore itu di SMA Karakura. Semua murid-murid yang dari tadi berada di kelas, sekarang bubar karena bel pulang sekolah berbunyi. Beberapa menit kemudian, sekolah tersebut sudah sepi karena hampir semua murid sudah pulang. Ya… hampir. Aku bilang hampir karena di sana masih ada seorang anak yang belum pulang. Dia adalah Rukia kuchiki.

Rukia kuchiki, seorang anak yang di kenal sangat angkuh, misterius dan sangat cuek sekarang sedang berjalan perlahan menuju ruang guru. Dia berjalan ke ruang guru karena guru matematikanya a.k.a Ochi-sensei menyuruhnya datang ke ruang guru setelah pelajaran selesai.

Di depan ruang guru dia berhenti. Dia menghela nafas sejenak dan melanjutkan jalannya dan membuka pintu ruang guru. Di sana masih ada beberapa guru yang masih sibuk dengan kerjaannya. Rukia kembali berjalan, sekarang dia menuju ke meja Ochi-sensei.

"Ochi-sensei…" kata Rukia ketika dia sudah sampai di depan Ochi-sensei. Ochi-sesei mendongkakkan kepala dan melihat Rukia.

"Kuchiki… kau sudah datang ya?" tanyanya sambil kembali mengutak-atik kertas yang ada di hadapannya.

"Tentu… lalu, ada perlu apa anda memanggil saya ke sini?" tanya Rukia mencoba sabar menunggu guru yang satu ini.

"Tunggu sebentar… aku akan mencarinya dulu," kata Ochi-sensei tak lepas dari kertas-kertasnya.

Rukia mengehela nafas dan menunggu. Dia menyilangkan tangannya di depan dada dengan perlahan. Memejamkan matanya agar tidak terlalu bosan menunggu. Beberapa kali dia menghela nafas agar dia bisa berfikir jernih. Dan pada akhirnya Ochi-sensei membuyarkan lamunannya.

"Kuchiki… nilai matematikamu menurun drastis, apa ada masalah atau kesulitan mengerjakan soal-soal matematika yang ku buat?" tanya Ochi-sensei sambil melihat lembaran di depannya.

Ya… lembaran itu adalah lembaran ulangan yang di adakan Ochi-sensei beberapa hari yang lalu. Rukia menghela nafasnya lagi dan memejamkan mata sejenak. Dia kembali menatap Ochi-sensei yang sekarang sedang menatapnya juga.

"Maaf… aku hanya tidak konsentrasi waktu mengerjakannya," kata Rukia pasrah.

"Hm… kalau ada masalah kau katakan saja, kalau mau konsultasi, ke Ukitake saja, dia kan guru bimbingan konselingmu," kata Ochi-sensei.

Rukia menggeleng, "Hanya masalah kecil, sebentar lagi juga selesai," katanya lirih.

"Baiklah… ini hasil ulanganmu. Kau tau… ini nilai yang paling rendah, biasanya kan kau yang paling tinggi mendapatkan nilai matematika, tapi sekarang… hm… sudahlah tak apa, lain kali berjuang lagi ya. Dan juga… kalau kau memang punya masalah, segeralah konsultasi ke Ukitake. Sekarang kalau kau mau pulang silahkan," kata Ochi-sensei panjang lebar *kali tinggi bagi dua, lho?*

Rukia mengagguk pelan dan menundukkan kepala sejenak, "Saya pulang dulu," kata Rukia dan kembali berjalan menuju pintu runag guru.

Di luar ruang guru Rukia terus menatap kertas yang berada di tangannya. Baru kali ini dia melihat ada nilai merah di hasil ulangannya. Biasanya tidak pernah dia mendapat nilai seperti ini. Memang agak shock, tapi mau bagaimana lagi.

Dia melihat langit sore yang sekarng warnanya sudah agak ke kuningan. Dia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu yang menyangkut keluarganya. Ayah dan ibunya bertengkar hebat saat ayahnya baru pulang dari kerja. Ibunya menuduh ayahnya berselingkuh karena sering pulang malam. Rukia yang baru saja mau tidur langsung keluar dari kamarnya dan melerai perdebatan itu. Tapi percuma saja, keduanya sudah emosi. Dan pada akhirnya Ayahnya kembali keluar rumah dan menutup pintu rumah dengan keras. Ibunya berlari ke kamar dan menutup pintunya dengan keras juga. Sekarang di ruangan itu tinggal Rukia saja. Mata Rukia mulai berkaca-kaca dan tangisannya mulai pecah saat itu juga.

Rukia menghela nafas dan kembali berjalan menuju gerbang sekolah. Dia memasukkan hasil ulanganya tadi ke dalam tas tanganya yang sekarang berada di tangan kirinya.

Masih berada di depan sekolah, Rukia berjalan perlahan menuju perempatan yang tak jauh dari sekolahnya itu. Saat mau menyebrang, ada sebuah tangan yang menarik pergelangan tangannya. Rukia yang tidak bersiap-siap tidak bisa melawan dan mengikuti orang yang menariknya.

Bruk…

Punggung Rukia menempel pada gerbang sekolahnya yang terbuat dari beton dan lumayan tinggi itu. Rukia meringis kesakitan sambil memejamkan mata dan mencoba memegang punggungnya yang sudah nyut-nyutan. Tapi tangan Rukia tidak bisa bergerak. Rukia membuka mata. Di depannya ada beberapa cowok yang Rukia tau itu adalah teman sekolahnya.

"Mau apa kalian?" tanyaRukia angkuh dan mencoba memberontak.

"Huh… mau memberontak? Tak akan bisa, kau sedang sendiri sekarang," kata anak yang sekarang sedang berada di depan Rukia.

"Kau pikir aku lemah hah?" tanya Rukia sambil memberontak lagi.

Berhasil. Rukia berhasil lepas. Dia mengambil kuda-kuda untuk menangkis serangan yang akan di lakukan teman sesekolahannya itu.

"Cih… hebat juga kau, aku lupa kalau kau ikut karate juga," kata salah satu anak itu dan membuat kuda-kuda untuk menyerang.

"Jangan remehkan anak perempuan, kau pikir kau lebih kuta?" tanya Rukia meremehkan.

"Kau pikir kau hebat?" tanya anak itu balik dan menyerang Rukia.

Akhirnya mereka berdua menyerang satu sama lain. Terus berkelahi dan tak pernah ada jeda *Rukia hebat banget ya, bisa berkelahi dengan cowok*. Saat cowok yang di serang Rukia sudah kewalahan, dia memberi kode kepada teman-temannya untuk membantu. Akhirnya teman-temannya yang sedari tadi diam, bergerak semuanya. mereka semua menyerang Rukia bersamaan.

Rukia yang memang Cuma sendiri jadi kewalahan dan dia sekarang terkurung di gumbulan cowok yang menyerangnya. Rukia mendongkakkan kepala dan melihat mereka semua. Mereka tersenyum licik ke arah Rukia.

'Sial' batin Rukia sambil menyeka darahnya yang keluar dari ujung bibirnya.

"Kau takut kuchiki?" tanya salah satu anka itu agakmeggoda.

"Jangan harap," jawab Rukia dengan nada angkuh.

"Baik… kalau kau tidak takut, kami akan memulainya sekarang," kata salah satu anak itu dan segera memegang tangan Rukia. Teman-temannya yang lainnya memegang tangan Rukia yang satunya lagi dan kedua kakinya. Tinggal satu anak lagi yang tadi di serang Rukia.

Dia mendekat ke arah Rukia dan memegang dagu Rukia. Rukia menatap anak itu dengan tatapan membunuh tingkat tinggi. Si anak yang di tatap seperti itu malah tersenyum tipis dan mendekatkan mukanya ke muka Rukia.

"Kau pikir kau hebat?" tanya anak itu masih terus mendekatkan mukanya ke muka Rukia.

"Kau pikir kau bisa mendapatkannya," kata Rukia meremehkan anak itu. dia sudah tau apa yang akan di lakukan anak itu. Dari jauh Rukia melihat ada oranye-oranye jabrik sedang berjalan menuju ke arah sekolah. Rukia tersenyum licik.

"Tentu saja bisa, kau sudah terkepung dan tidak akan ada yang bisa menolongmu," kata anak tu masih mendekatkan mukanya *ini mendekatnya perlahan lho*.

"Ada…" kata Rukia enteng. Dia tersenyum licik, "Ichigooo…" teriak Rukia dengan seluruh kekuatannya yang ada. Oranye-oranye jabrik yang sedang berjalan santai sekarang berlari menuju sumber suara yang telah memanggil namanya.

"Kau pikir ketua OSIS bodoh itu akan datang? Cih! Tidak mungkin," kata anak itu dan pas sekali saat Ichigo berada di belakangnya.

"Iya… dia pasti sudah tiduran di kasur empuknya," saut anak yang sedang memegangi kaki Rukia. Ichigo mengangkat sebelah alisnya. Rukia tersenyum kecil.

"Dia kan anak yang manja, meski dia ada di sini sekarang tidak mungkin dia berani menyerang kami semua," kata anak yang sedang memegangi kaki Rukia yang satunya. Kerutan di dahi Ichigo makin permanen. Rukia mengembangkan senyumannya sedikit.

"Meski tampangnya menakutkan, tapi dia tidak punya nyali untuk berkelahi dengan kita," kata anak yang sedang memegangi tangan Rukia. Urat-urat di kepala Ichigo mulai keluar. Rukia mengembangkan senyumnya lagi.

"Benar… dia kan anak yang cengeng," kata anak yang sedang memegangi tangan Rukia yang satunya. Urat-urat di kepala Ichigo sudah keluar semua. Rukia sekarang tersenyum lebar.

"Kenapa kau tersenyum? Kau senang ya mau ku cium," kata anak yang sekarang mukanya sudah dekat sekali dengan muka Rukia. Rukia masih tersenyum.

Tak lama kemudian, hawa killer yang sangat tinggi datang dengan sendirinya. Sangat tinggi sampai-sampai semua anak yang berada di sekitar Rukia bergidik ngeri.

"I… ni, ha… hawa, si… sia… siapa?" tanya anak yang memegang kaki Rukia dengan ketakutan.

"Kau tadi bilang mau mencium Rukia ya, berani sekali kau," kata Ichigo dan menekan setiap kata yang dia ucapkan.

Ke lima anak yang sedang mengerubungi Rukia bergidik ngeri dan serasa tidak bisa bergerak. Rukia tersenyum licik plus puas karena Ichgo datang.

"Tadi dia sempat berkelahi denganku lho, dan beginilah, karena sendiri aku jadi terpojok," kata Rukia enteng dan menceritakan kejadian tadi kepada kekasihnya itu.

Alis Ichigo berkedut setelah Rukia mengatakan itu. Matanya sudah memerah karena saking marahnya. Rukia menatap Ichigo dan mengangguk. Ichigo juga mengangguk dan dia segera menggerakan tangannya.

"Kau tadi bilang aku bodoh ya?" kata Ichigo sambil menjambak rambut anak yang mau mencium Rukia.

Ichigo membalikkan badan anak itu dan menatapnya dengan tatapan membunuh paling tinggi. Anak itu ketakutan dan tubuhnya bergetar.

"Am… pun… Ku…ro…sa…ki…" kata anak itu terbata-bata karena takut.

"Jangan harap," kata Ichigo dan langsung membogem anak itu.

Anak itu terpental sangat jauh dan mendarat di tanah dengan sangat sadis. Mukanya benjol setengah karena bogeman Ichigo tadi. Ichigo meniup tangannya yang tadi dia pakai untuk membogem anak tersebut. Ichigo berjalan mendekat ke arah Rukia yang masih di kurung.

"Lepaskan Rukia," bentak Ichigo.

Ke empat anak yang tadi memegangi Rukia segera melepaskan Rukia. Rukia mengusap pelan pergelangan tangannya yang dari tadi di pegangi itu. setelah puas mengusap, Rukia langsung berlari kecil menuju Ichigo dan memeluknya.

"Arigatou…" seru Rukia sambil memeluk Ichigo. Ichigo tersenyum kecil dan kembali menatap ke empat anak yang tadi memegang Rukia.

"Kau pikir aku suka tiduran apa ya?" tanya Ichigo sambil mencengkram kerah baju anak yang tadi memegangi kaki Rukia.

"Ya… mu… mungkin sa… saja," katanya terbata-bata.

"Kau salah besar," kata Ichigo sambil membogem pipi anak itu.

Anak itu terpental jauh dan mendarat sesadis ketuanya. Pipinya yang tadi di bogem Ichigo langsung bengkak dan membiru. Ichigo mengusap-usap pelan tangannya yang tadi dia pakai untuk membogem anak itu. Lalu dia menatap anak yang tadi memegangi kaki Rukia yang satunya.

"Kau pikir aku manja?" tanya Ichigo kepada anak itu.

"Hehehe… aku cu… ma ber… canda Ku… ro… sa… ki," kata anak itu takut.

"Itu tidak lucu," kata Ichigo sambil membogem anak itu.

Anak itu terpental lumayan jauh dari sebelumnya dan dia mendarat dengan muka mencium tanah. Bibirnya yang tadi kena bogeman Ichigo langsung bengkak dan biru. Ichigo menatap anak yang tadi memegang tangan Rukia. si anak langsung ketakutan, terlihat sekali karena tubuhnya bergetar.

"Kau pikir aku tidak punya nyali?" tanya Ichigo terus menatap tajam anak itu.

"A…ku ha…nya menga…rang sa…ja kok, Ku…ro..sa…ki," kata anak itu sambil terus bergetar.

"Karanganmu sangat jelek," kata Ichigo dan membogem anak itu.

Anak itu terdorong ke belakang dan punggungnya membentur tembok. Matanya yang tadi di bogem Ichigo langsung bengkak dan membiru. Ichigo menatap satu anak yang sekarang berada di depannya. Anak itu langsung menelan ludahnya .

"Kau pikir aku cengeng?" tanya Ichigo enteng sambil terus menatap anak itu.

"Hehehe… ku kirr…ra be…gitt…tu, dull…lu kan kaa…uu sukk…ka menang…is," kata anak itu takut. Alis Ichigo kembali berkedut.

"Itu dulu," kata Ichigo sambil membogem anak itu.

Anak itu terdorong ke belakang dan punggungnya membentur tembok dengan keras. Dia meringis kesakitan sambil memegang mata dan punggungnya yang terasa ngeri. Ichigo yang merasa semuanya sudah di selesaikan menghela nafas dan berbalik melihat Rukia. dia tersenyum dan berjalan perlahan menuju Rukia.

"Maaf menunggu lama," katanya sambil terus tersenyum. Rukia menggeleng.

"Tak apa, aku yang harus minta maaf karena selalu membuatmu repot," kata Rukia sambil berjalan menuju perempatan.

"Tak apa… aku senang membantu kekasihku," kata Ichigo sambil tersenyum menggoda.

"Usil… oh iya, kenapa kau tadi ke sini? Bukannya hari ini kau tidak ada latihan basket?" tanya Rukia penasaran.

"Hehehe… iseng aja, aku hanya takut kau kenapa-kenapa, tadi kata teman-temanku kau di panggil Ochi-sensei," kata Ichigo cengingisan.

Rukia mengangguk pelan dan kembali menghadap ke depan. Hening datang menghampiri mereka berdua. Tidak ada yang memulai pembicaraan dulu. Sepertinya tidak ada bahan omongan yang tepat untuk di bicarakan kali ini. Tapi… Rukia baru ingat. Dia ingin betanya sesuatu kepada Ichigo.

"Ichi… katanya radio SMA Karakura kemarin nyala sendiri ya? berita ini aku tau dari temen-temen sih, apa benar?" tanya Rukia sambil menatap wajah Ichigo.

Ichigo mengangguk. Raut wajahnya berubah menjadi serius. "Ya… benar, kemarin aku dan Urahara-sensei mendatangi ruang radionya. Dan begitulah… komputer di dalam ruang menyala dan radionya juga. Ternyata… lagu yang di putar itu adalah lagu-lagu dari orang yang sudah meninggal. Pokoknya ada 4 lagu," cerita Ichigo panjang lebar.

Rukia menghela nafas dan mengangguk tanda dia mengerti.

"Mungkin ada yang merasa terganggu," kata Rukia sambil menatap ke depan.

Ichigo mengangguk, "Sebenarnya aku mau mengajakmu dan teman-temanmu yang lainnya untuk memecahkan misteri ini. Tapi berhubungan kalian semua malas untuk di ajak, ya aku urungkan niatku," kata Ichigo pasrah.

"Ide bagus…" kata Rukia dengan semangat, "teman-teman pasti mau kalau ada aku, aku akan mengajaknya dan kita akan memecahkan misteri ini bersama. Bagaimana?" tanya Rukia sambil tersenyum ke arah Ichigo.

Ichigo ikut tersenyum, "Baiklah… besok kalau mereka sudah mau, tolong hubungi aku," kata Ichigo sambil mencubit pipi Rukia karena saking gemesnya.

"Ok… sebentar lagi aku akan berpetualang… yeiy…" seru Rukia sambil melompat kecil. Ichigo tersenyum melihat tingkah kekasihnya itu. Setidaknya dia bisa mengurangi beban kekasihnya yaitu dengan menjauhkan dirinya dari rumah dan mengalihkan ingatannya tentang pertengkaran ayah dan ibunya.

^_TSUZUKU_^

Fic baru datang…. Akhirnya aku bisa nyeleseiin ini dengan mengetik 3 jam. Hahaha… lagi punya bayak inspirasi ya kayak gini. 3 jam ngetik uda selesai. Tapi kalau lagi mampet, seminggu lebih nggak selesai-selesai *capeg deh*. Oh iya… bagaimana ficku kali ini? Jeyek? Gaje? Aneh? Ato yang lainnya? Kasih kritik dan sarannya lewat review aja deh. Aku seneng banget kalau ada yang merespon ficku kali ini. Ok… nggak banyak ocros lagi. Akhir kata…

! REVIEW !

| |

| |
V