Suasana di kantor Hokage saat itu sedang tegang sekali. Empat manusia duduk berhadapan dalam diam dan terlihat seperti kalut dengan pikiran sendiri.
Tsunade -Godaime- menghela napas untuk kesekian kalinya. "Jadi siapa sasarannya?"
"Sarada." Kakashi -Rokudaime- masih tetap dalam pendiriannya. "Sasarannya adalah Sarada."
Naruto -Nanadaime- menggaruk kepalanya. Pemikiran ini terlalu berat untuk otaknya. "Tapi menurutku, Sakura yang akan menjadi sasaran paling empuk."
"Aku juga memikirkan kalau Sakura memang sasaran paling empuk. Tapi, akan terlalu banyak pertimbangan jika memang sasarannya Sakura." Shikamaru menarik napasnya, seketika terbesit wajah menawan Temari sembari memegang martil. "Kekuatan Sakura itu mengerikan-ehem-maaf. Tetapi itulah kenyataan. Tidak mudah untuk menumbangkan seorang Sakura."
Sekali lagi Tsunade menghela napas. Rasanya dia cukup tekanan batin dalam membahas masalah ini.
Kakashi mengusap tengkuknya. Sudah empat jam mereka duduk di sini dengan pembicaraan yang sama dan masih belum menemukan jalan keluar.
Naruto mengusap wajahnya frustasi. "Aahh!"
"Kenapa memikirkan cara membuat Sasuke pulang saja sesusah memikirkan strategi untuk membunuh Kaguya?! Padahal saat menghabisi Kaguya saja, aku tidak mikir-mikir amat! Aarrgggghh!" Naruto sudah mulai gila.
"Yasudah. Buat sasarannya Sakura saja. Aku tak tega jika harus menculik bocah Uchiha itu. Aku bisa memukul atau meracuninya hingga dia pingsan selama 3 hari." final Tsunade. Ia lapar, ia rasanya tak sanggup kalah harus lima jam duduk di sini.
"Lebih baik kita membuatnya untuk tidur selama 3 hari, lalu ungsikan dia ke tengah hutan. Setelah itu beri kabar pada Sasuke kalau Sakura diculik." ucap Shikamaru.
Naruto, Kakashi dan Tsunade langsung mengangguk. Akhirnya mereka memperoleh keputusan.
Keputusan dari masalah Sasuke yang sudah menjadi seperti Bang Toyib yang tidak pulang-pulang selama 10 kali musim semi tidak pulang.
"Aku yang akan memancing Sakura untuk keluar dari rumah dan mengajaknya makan lalu meracuninya." ucap Tsunade dengan semangat.
"Kuharap anda tidak membunuhnya, Tsunade-sama." ingat Shikamaru. Sekali lagi, dia mengingat istri tercintanya.
Ternyata semua perempuan sama saja. Licik, jahat, kejam dan cerewet. Sungguh merepotkan.
"Kapan misi Penculikan Sakura ini dijalankan?" tanya Kakashi.
"Kalau bisa malam ini. Aku sudah tidak sabar melihat Sasuke yang akan kebakaran jenggot kalau tau Sakura diculik." ujar Naruto tak kalah semangat dengan Tsunade.
.
.
FAMILY PRANK
-ide NaruShikaTsunaKaka-
Naruto belongs Masashi Kishimoto.
SasuSakuSara - ShikaTemaShika(dikit)
Warn: GAJE maksimal. Tidak masuk akal. Humor failed. Author overdosis micin. ya CANON ya AU! MABUK!
[DLDR]
.
.
Tsunade sudah meracik obat tidur yang sesuai dengan kekebalan tubuh Sakura. "Tiga hari akan menjadi seorang Putri Tidur dan manunggu Sang Pangeran datang untuk menciummu. Haha!" Tsunada terlihat sangat bersemangat.
Ia sudah menghubungi Sakura untuk mengajaknya makan malam bersama. Berkedok menang perjudian dan mendapat uang banyak, ia berhasil membuat Sakura mengiyakan ajakannya.
Rugi dikit tak apalah. Demi pasangan Bang Toyib yang 10 kali musim semi tidak pulang-pulang dan Desy Ratnasari yang hobi menggalau karena melihat Tenda Biru.
"Tsunade-sama!" Sakura muncul dengan napas yang tersenggal-senggal. "Maaf membuat anda menunggu lama."
"Tak apa. Duduklah dan makan." Tsunade menuangkan sake ke dalam gelasnya. "Habis semua ini. Aku sudah kenyang karena sebelun kau datang, aku sudah menghabiskan 5 pordi jumbo."
"Uwah! Mengerikan. Tapi ini terlalu banyak. Bisa mabuk karena kekenyangan." keluh Sakura menatap meja yang penuh dengan berbagai macam menu.
"Ah cobalah dagingnya. Restoran ini sangat unggul dalam mengolah dagingnya." ujar Tsunade menghiraukan keluhan Sakura.
Tsunade sudah tidak sabar ingin membuang Sakura ke tengah hutan. Eh, maksudnya, menculik a.k.a menyembunyikan Sakura di tengah hutan.
Sakura mulai memakan makanan yang telah Tsunade pesan. Semua makan itu sudah dicampur dengan obat tidur. Mampus kamoooe!
Tinggal tunggu reaksinya. Tiga hari. Waktu yang sangat singkat kan?
Bersiaplah Uchiha kulkas!
Bersiap kebakaran pantat karena Sakura akan menghilang selama 3 hari. HAHA!
BRUK!
yey.
Reaksinya sudah mulai bekerja. Sakura pingsan -tidur- dan jatuh dari bangkunya.
"Sudah bereaksi?" Naruto tiba-tiba muncul. Sebenarnya sedari tadi dia sudah berasa di resto ini hanya saja dia menyamar menjadi pengunjung. Restoran ini juga sudah di pesan pribadi oleh Kakashi agar tidak ada pengunjung luar yang masuk. Resto ini ramai dengan bunshin Naruto dan Kakashi yang menyamar jadi pelanggan.
"Sudah. Cepat sembunyikan dia, sebelum ada yang melihat." suruh Tsunade.
Gerak cepat, Naruto membawa tubuh Sakura menuju untuk dibawa ke kantor Hokage. Naruto sudah menyiapkan seseorang untuk menjadi tokoh penculik. Dia adalah salah satu dari anggota Anbu, Rou.
"Bawa Sakura pergi dan buat seperti dia mati. Aku sudah menyiapkan satu rumah kecil ditengah hutan untuk tempat persembunyianmu dan Sakura." titak Kakashi pada Rou.
"Ya. Tapi saya kurang yakin kalau harus melawan Uchiha Sasuke sendirian nanti." ucap Rou agak ragu.
Naruto menepuk bahu Rou. "Tenang. Bunshin-ku akan menyamar menjadi salah satu temanmu dan aku yang akan melawan Sasuke. Kau cukup membuat Sakura terlihat seperti mati saja. Hehe!"
"Baiklah."
Malam itu adalah hari dimana Sakura mulai disembunyikan dan semua berjalan dengan lancar. Tidak ada yang melihat dan semua bisa diajak kerja sama dengan baik. Dua hari lagi tinggal mengabari Sasuke.
Sebelum mengabari Sasuke, Sarada pasti sudah panik sendiri.
-Pagi harinya-
"Mama?" Sarada berkeliling apartemennya untuk mencari ibunya. "Semalam dia tidak pulang. Katanya hanya pergi untuk menemani makan Godaime-sama. Kenapa sampai pagi dia belum pulang juga?" Omel Sarada kesal.
Dia mengenakan sepatunya dan bersiap ke akademi. Otaknya berusaha berpikir positif. Mungkin ibunya menginap teman Godaime-sama dan langsung menuju ke Rumah Sakit untuk bekerja. Mungkin begitu.
Sarada berusaha cuek. Dia fokus dengan sekolahnya, sebentar lagi adalah ujian chuunin. Dia harus bersemangat dan bersungguh-sungguh.
-Sore harinya-
Keadaan apartemen masih seperti tadi pagi. Sepi, rapi dan hening, ditambah gelap. Tidak ada tanda-tanda sang ibu sudah pulang.
"Kemana mama?" Sarada menaruh tasnya di sofa dan berjalan keluar apartemen. Dia berniat untuk mencari Sakura di RS. "Apa dia sudah lupa dimana apartemennya?"
Untung Sarada adalah anak mandiri. Jadi dia tidak perlu terlalu bergantung pada ibunya yang memang dari sananya sibuk melulu.
Sebelum keluar rumah mencari ibunya, dia memutuskan untuk membuat makanan untuk mengisi perutnya.
Saat di RS, Sarada tidak menemukan keberadaan Sakura sama sekali. Bahkan para suster juga bilang kalau Sakura tidak ada sejak tadi pagi.
"Kemana dia?" Sarada menyelusuri sepanjang jalan di Konoha. Kakinya sampai pegal.
"Berita terkini. Beberapa anak telah dilaporkan menghilang. Beberapa aparat keamanan sudah diturunkan untuk mengatasi maraknya penculikan anak. Sebaiknya para orang tua untuk menjaga anak dan tidak meninggalkan anak sendirian dimana pun. Sekian berita terkini. Terima kasih." ucapan presenter berita diganti dengan suara iklan.
SEKARANG AKU DITINGGAL SENDIRIAN DAN IBUKU YANG DICULIKK?! jerit Sarada dalam hati.
Apa para penculik lebih memilih untuk mencuri ibunya dari pada bocah Uchiha ini? Apa ibunya terlihat lebih anak-anak daripada Sarada? Kenapa bisa seperti ini?!
Sebagai anak, Sarada merasa terlecehkan. Seharusnya yang diculik dia, bukan ibunya. Mungkin penculiknya buta.
Naruto - Tsunade - Kakashi - Rou - Shikamaru langsung tersedak ludah sendiri. Mereka merasa ada yang sedang mengutuk mereka.
"Apa yang harus aku lakukan? Mama hilang sejak semalam. Ah! Apa aku perlu bertemu dengan Godaime-sama untuk menanyakan dimana mama? Tapi aku tidak berani. Ah, lebih baik ke tempat Nanadaime." Sarada berlari menuju kantor Hokage.
Sarada tau kalau ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertamu di kantor hokage. Tapi ini adalah keadaan mendesak. Ibunya menghilang. Daripada Sarada lari-larian di sepanjang jalan kenangan dan nanti ujung-ujungnya kena culik juga. Kalau semua kena culik, nanti siapa yang melapor?
Papanya? Boro-boro melapor, tunggu keluarga membusuk dulu baru dia pulang dan baru nangis kejer kali. 10 kali musim semi tidak pulang. Tidak tau kalau anak dan istri sangat rindu setengah mati?!
Sarada jadi emosi.
BRAK!
"Nanadaime!" Pintu kantor hokage hancur. RIP Pintu. Terimakasih atas jasamu selama ini.
Shikamaru sweatdrop. Sebegini mengerikannya Uchiha Sarada? Benar-benar perpaduan Sasuke dan Sakura. Kuat dan mengerikan.
Mata Sarada memerah, bukan karena kemasukan debu atau apa, tetapi sharingan-nya aktif. Entah sejak kapan aktif, yang pasti sepanjang perjalanan tadi Sarada sudah menangis. Mungkin karena menangis, sharingan-nya aktif, pikir Sarada.
"O-oi Sarada. A-ada apa?" tanya Naruto ngeri. Sarada sekarang terlihat seperti Sakura yanh sedang PMS.
"Mama hilang...hiks..tolong temukan mama, Nanadaime-sama..hiks."
Naruto langsung menjadi iba. Tapi rencana tetaplah rencana dan harus berjalan dengan lancar.
Shikamaru berdeham. "Nanadaime juga sedang disibukkan dengan urusan penculikan anak yang lainnya, Sarada. Aku harap kau mengerti. Kita disini juga kekurangan orang untuk menyelidiki kasus penculikan."
Apa-apaan kekurangan orang? Jelas-jelas banyak sekali shinobi yang agak nganggur, yang siap diberi misi mendadak. Bodohnya kalimat tadi. Kutuk Shikamaru dalam hati.
Ternyata Sarada sedang dilanda panik, sedih, galau gundah gulana, sehingga kalimat tidak masuk akan dari Shikamaru itu tidak mengganggu pikirannya. Bahkan dengan satu tarikan napas, jawaban telak ia serukan.
"Kalau begitu, suruh papa pulang!"
Tepat sasaran! batin Shikamaru dan Naruto bersamaan.
"Ah, benar. Aku akan menyuruh Sasuke pulang agar dia bisa membantu desa tentang kasus penculikan ini." ucap Naruto yang langsung sibuk menuliskan sesuatu di selembar kertas.
"Suruh papa mencari mama dulu!" Tepat sasaran (2). Sarada sudah terpancing dengan kepanikannya. Dengan begini, Sasuke pasti akan pulang ke Konoha.
Shikamaru menghampiri Sarada. "Sementara waktu kau bisa tinggal di rumahku atau di rumah Nanadaime-"
"Aku sedang malas bertemu dengan Boruto..hiks..tempat Shikadai mungkin lebih baik daripada sendirian..hiks." potong Sarada dengan isakan kecil.
Malam itu, Naruto langsung mengirim surat penting dan genting ke Sasuke.
Rencana otw berhasil. Sasuke langsung dibuat panik. Malam itu setelah menerima surat Naruto, ia langsung menuju Konoha.
"Sarada, makanlah yang banyak. Pasti kau belum makan dari siang kan?" ucap Temari berusaha lembut. Anak orang harus dibaikin. Anak sendiri disiksa dikit, gak apalah ya.
"Shikadai habiskan susumu!" tegas Temari.
Sarada hampir dibuat merinding. Baru dua jam dia menginap di kediaman Penasehat Hokage ini, sudah dibuat merinding sepuluh kali karena Temari yang galak pada Shikadai.
Ternyata Temari lebih mengerikan dibanding dengan ibunya.
Mengingat ibunya. Sarada sedih lagi. Jujur, dia rindu dengan omelan dan kecerobohan Sakura selama di rumah. Rumah tanpa Sakura, tidak layak disebut rumah.
"Sarada, kalau kau sudah tidak kuat menghadapi omelan ibuku, lebih baik kau segera pergi ke kamar dan tidur. Jangan lupa sumpal telingamu dengan tisu, kain atau apa saja, agar tidurmu nyenyak. Ini akan sangat merepotkan." bisik Shikadai setelah selesai makan.
Sarada tidur di kamar Shikadai, sedangkan Shikadai terpaksa tidur di ruang tengah bersama ayahnya yang kebetulan malam itu juga membuat kesalahan dan diusir dari kamar. Naasnya dua lelaki Nara tersebut.
Baru saja, Sarada hendak memejamkan matanya. Terdengar suara ribut dari ruang depan. Sepertinya ada tamu.
"Dia ada di kamar." Samar-samar ia mendengar suara Shikamaru dan setelah itu pintu kamar terbuka.
Sarada membuka matanya dan menatap siapa yang baru saja membuka pintu kamarnya. Papanya. Uchiha Sasuke berdiri diambang pintu dengan napas yang terengah.
Apakah papanya baru saja lari maraton dari tengah hutan sana menuju ke sini?
Sarada bangkit berdiri dan langsung memeluk Sasuke. "Papa..! hiks! Mama..hiks."
"Kembalilah tidur. Aku yang akan mencari mamamu." Sasuke menepuk kepala anak sematawayangnya pelan. Ia melepaskan pelukannya dan menatap sarada lekat.
"Aku pastikan dia baik-baik saja. Kau menginaplah di sini-"
"Ikut."
"Janga-"
"MAU IKUT!" Final Sarada dengan galak. Sasuke tersenyum tipis. Benar-benar mirip Sakura.
Sudah dua kali Sasuke tidak bisa melindungi istrinya. Pertama, dia yang diculik oleh Uchiha Sin dan yang kedua, sekarang ini. Entah siapa pelakunya. Sasuke benar-benar ingin menghunus jantung sang pelaku dengan pedang Susano'o.
"Kalau begitu, jangan merepotkanku." putus Sasuke singkat. Tidak ada waktu untuk basa basi lebih lama.
Memang resiko terlalu besar kalau dia membawa anaknya, tapi bagaimanapun juga ini menyangkut masalah ibunya. Salahkah anaknya kalau juga ingin menyelamatkan ibunya?
"Akan kubunuh semua pelaku penculikan ini!" kata Sasuke dingin.
Sekali lagi. Naruto - Tsunade - Kakashi - Rou - Shikamaru langsung tersedak ludah sendiri.
TBC
Ini cuma Twoshoot. Nantikan chapter berikutnya ya!
Maaf kalau garing dan sangat membosankan. Maaf untuk segala kekurangan di Fanfic ini.
Review jangan lupaa~
.
Psstt! Ada bonus dikit -tapi gak penting- dibawah!
-setelah kepergian Sarada dan Sasuke-
"Uhuk uhukk! UHUKKK!"
"Kau kenapa Shikamaru?" Tanya Temari saat Shikamaru yang tiba-tiba terbatuk heboh. "Kau terserang TBC? Batukmu sangat tidak wajar!"
"Seperti aku akan mati sebentar lagi Temari." Balas Shikamaru dan langsung dihadiahi dengan pelototan tajam dari sang istri.
"Apa maksudmu? Kau demam lagi, ya? Bicaramu melantur." Temari melipat tangannya di dada. "Kalau sampai demam lagi, aku akan mengirimu ke Suna. Aku sudah terlalu trauma dengan acara sakit demammu dulu itu."
"Merepotkan."
Temari tak terima. "Kau yang merepotkan, Bapak Pemalas!"
"Kau lebih merepotkan, Ibu Galak."
"Apa kalian akan terus berdebat siapa yang lebih merepotkan hingga besok pagi? Merepotkan sekali." Shikadai menatap jenuh ke arah orang tuanya.
"Kalian sama-sama merepotkan." Telak Shikadai. Ia berjalan masuk ke kamarnya.
Temari dan Shikamaru langsung kicep.
Jadi siapa yang lebih merepotkan dari mereka bertiga?
Bonus yang unfaedah.
See you in next Chapter!
