Konichiwa, nee...

Ketemu lagi dengan saya si author sableng. Ini fic Multi-chap pertama yang saya buat, semoga dapat menemani waktu senggang readers semua.

Pro-Miss

Presented by Kie2Kei

.

Warning

Rate T, AU, Miss Typo, OOC*Maybe*, Abal, etc.

.

Disclaimer

I don't own Code Geass, Code Geass was owned by Sunrise Studio and for character design by CLAMP.

.

P.S.

Fic ini terinspirasi dari seorang chara di vampire knights, dan dari anime tokusatsu juga.

Happy reading.

Don't like, don't read.

o~o~o

Bab 1

Introduce

1

Who are you?

.

Garis takdir, garis yang menghubungkan antara kenyataan dulu, sekarang, mau pun masa depan.

.

Mau percaya atau tidak, itulah kenyataan. Tapi kita bisa sedikit membelokkan takdir. Walaupun itu sulit, kita belum tahu jika belum mencobanya.

.

o~o~o

Mentari mulai menyambut pagi, yang menandakan sekolah sebentar lagi dimulai. Tapi seorang lelaki berambut raven kehitaman, masih meringkuk di dalam selimut, di tempat tidurnya. Nampaknya ia kelelahan.

Ya. Wajar saja, karena ia masih lelah dan mengantuk. Ia begitu karena mengerjakan beberapa tumpuk paper work yang tingginya... mungkin lebih dari satu meter-mungkin-, yang diberikan ketua OSIS untuk ia kerjakan. Apakah itu manusiawi? Kurasa sampai anime Code Geass tamat pun, itu tetap tidak manusiawi.

"Kakak, apakah kakak sudah bangun?" Terdengar suara yang begitu halus yang berasal dari seorang anak perempuan, yang berada dibalik pintu kamar pria tersebut.

"Ya," jawab pria itu malas, yang berada di dalam kamar dan masih meringkuk di balik selimut. "Hah.., syukurlah, kupikir kakak tidak enak badan," balas sang anak perempuan.

Ingin rasanya pria itu bilang tidak enak badan, tapi mungkin itu akan merepotkan anak perempuan itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah adiknya sendiri, dan juga merepotkan seorang pelayannya yang ramah. Lagi pula, sikap seperti itu bukan sikap seorang pria.

"Kalau begitu, aku pergi sekolah dulu, Kak. Ayo Sayoko-san," lanjut sang adik, saat ia mulai meninggalkan pintu kamar kakaknya. Dan terdengar suara langkah kaki yang beriringan dengan suara kursi roda.

Setelah adiknya pergi sekolah, pria itu mulai beranjak dari tempat tidurnya. Ia berjalan gotai ke arah pintu kamar. Wajahnya masih kusut tapi bagi para fans girl-nya, wajah pria itu sangat tampan walau apapun yang terjadi. Setelah keluar dari kamar tidurnya, ia pun berjalan ke arah kamar mandi. Apa yang dilakukannya di kamar mandi? Ya... tentu saja mandi! Memang apalagi?

Setelah ia selesai mandi, ia mengeringkan badan dengan handuk dan segera memakai seragam sekolah Ashford. Dan ia kemudian berjalan ke ruang makan, dan memakan roti isi yang di buatkan pelayannya untuk sarapan pagi.

Tak lupa adiknya telah membubuhi catatan kecil di samping roti isi tersebut. Tertulis begini, 'Kak, jangan lupa pergi ke sekolah, dan semoga kakak dapat pulang cepat. Salam hangat, Nunally.' begitulah isinya.

Bagi pria itu, adiknya adalah harta yang paling berharga daripada intan dan berlian. Baginya, hidupnya tak akan berarti bila tak ada adik semata wayangnya, yaitu Nunally. Dan pria itu kemudian memakan sarapannya dengan tenang-walaupun ia sudah 'sangat' terlambat datang ke sekolah-.

o~o~o

Di dalam salah satu ruangan kelas di dalam gedung sekolah Ashford Academy, terdengar guru mengoceh karena salah satu muridnya datang terlambat.

"Lelouch Lamperouge! Walau kau adalah murid yang sangat cerdas, tapi kau tidak bisa seenaknya melanggar peraturan sekolah." Suara sang guru melengking di gendang telinga pemuda yang berada di hadapannya.

"Tapi saya baru terlambat sekali, dan hampir setiap hari saya tidak pernah terlambat," elak pemuda yang biasa disapa Lelouch tersebut, dengan tetap berwajah tenang.

"Sekali katamu? Walau sekali, tapi kau telat dua jam tiga puluh tujuh menit! Dan aku akan menghukummu!" Guru itu pun berteriak penuh amarah.

Para siswa di dalam kelas tersebut, hanya menatap Lelouch kasihan. Habis, guru mata pelajaran yang satu ini susah mentolerir kesalahan.

"Maaf jika saya tidak sopan karena menyela pembicaraan anda berdua." Terdengar suara feminim yang di miliki oleh seorang gadis berambut panjang berwarna coklat cerah ke oranye-oranye-an, yang bangkit dari tempat duduknya. "Memang pendapat Bu guru betul, tapi menurut saya karena Lelouch baru terlambat sekali, menurut peraturan sekolah anda hanya boleh menegurnya, dan barulah anda dapat memberikan hukuman, jika Lelouch telah terlambat lebih dari dua kali," jelas sang gadis tegas, diikuti oleh beberapa anggukan siswa di dalam kelas tersebut.

Lalu sang guru memandangi gadis tadi dan Lelouch bergantian, dan akhirnya sang guru menghembuskan nafas panjang dan berkata, "Baik, kali ini aku tidak akan menghukummu. Tapi jika kau terlambat lagi, aku akan menghukummu dengan cara yang sangat tidak kau sukai. Sekarang, kau kembali ke tempat dudukmu," jelas sang guru sambil memandang Lelouch sinis.

"Baik," jawab Lelouch. Lelouch pun kembali ke tempat duduknya, sambil menautkan kedua alisnya, 'Memang hukuman apa yang akan dia berikan? Tapi, mungkin esok hari aku tak akan datang terlambat,' pikir Lelouch.

o~o~o

Bel sekolah Ashford telah berbunyi, yang mana menandakan bahwa siswa dibolehkan pulang. Saat keluar kelas Lelouch berterima kasih pada gadis itu, "Shirley, terima kasih untuk yang tadi." Lelouch pun menampakkan senyum mautnya, yang bisa membuat para wanita berteriak histeris.

"E-eh, sama-sama. Dan hari ini tidak ada jadwal kegiatan OSIS, jadi kupikir kau-"

Perkataan gadis bernama Shirley itu, tiba-tiba dipotong Lelouch, "Benarkah? Kalau begitu, Aku akan pulang bersama Rival ke tempat berjudi, dan sampai nanti Shirley. Oiya, jika Nunally menanyakanku tolong beri tahu kalau aku akan pulang cepat," jelas Lelouch panjang lebar sambil pergi meninggalkan Shirley.

Gadis bernama Shirley itu, hanya diam mematung melihat kepergian Lelouch.

"Lelouch Lamperouge! Apa yang kau pikirkan sih? Padahal aku sudah membantumu bebas dari amukan Bu guru, tapi apa balasannya hah? Dasar menyebalkan..!" gerutunya kesal. Shirley pun berjalan menuju gerbang asrama wanita, dengan amarah yang masih meluap-luap.

o~o~o

Lelouch kemudian pulang ke rumah, setelah sebelumnya berterima kasih pada Rival, karena telah memberitahunya ada yang menantang Lelouch bermain catur di tempat berjudi. Tentu seperti biasanya, Lelouch pasti menang.

Entah mengapa cuaca yang cerah, tiba-tiba menjadi mendung. Rintik-rintik air pun jatuh dari langit secara perlahan, membasahi permukaan bumi. Untung Lelouch hampir sampai rumahnya. Tapi, untuk sampai kerumahnya Lelouch harus melewati tangga batu dan kuil terlebih dahulu. Seakan hujan tidak mau kompromi dengan Lelouch yang ingin segera pulang dan melihat wajah adiknya tercinta, hujan malah kian deras. Yang membuat Lelouch terpaksa berteduh di kuil itu, karena ia lupa membawa payung dan ponsel.

Kuil itu terlihat sepi. Memang setiap Lelouch melewati kuil ini, jarang sekali terlihat orang yang sedang berdo'a atau pun sembahyang. Lelouch berteduh di bagian depan kuil yang berhadapan langsung dengan tangga batu. Kebetulan, ada seorang gadis yang juga sedang berteduh.

Gadis itu telah ada di kuil sebelum Lelouch datang untuk berteduh. Lelouch tidak menyangka ada seorang gadis yang selesai sembahyang di kuil ini-melihat keterangan-keterangan di atas bahwa kuil itu jarang dijamah, ia pun mengerenyitkan dahinya.

'Kenapa ada seorang gadis di kuil ini? Apa ia baru selesai berdo'a dan mau pulang tapi terjebak hujan?' pikir Lelouch.

Gadis itu memakai kimono biru tua bercorak bunga kosmos, dan memakai obi berwarna merah vermillion. Gadis itu tampak anggun dengan kimono tersebut. Padahal, zaman sekarang kimono mulai ditinggalkan dan kebanyakan anak muda, khususnya perempuan menyukai pakaian modern yang bergaya ke barat-baratan. Rambutnya yang berwarna hijau neon disanggul sedikit dan dijepit, sisanya dibiarkan tergerai. Dan perpaduan itu nampak sempurna dengan mata gadis itu yang bercorak kuning keemasan.

Pemandangan ini yang membuat Lelouch tak henti-hentinya memandangi gadis itu selama beberapa saat. Damai dan menyejukan hati, itulah yang dirasakan Lelouch saat memandangi gadis itu.

Padahal, ia baru pertama kali bertemu dengan gadis itu. Rasanya, ia pernah bertemu dengannya di suatu tempat, Lelouch sungguh yakin bahwa ia belum pernah melihat gadis itu sebelumnya. Tapi, ia serasa tahu betul akan sosok gadis yang berada di hadapannya.

o~o~o

Mungkin, ia merasa sedang diperhatikan oleh seorang laki-laki yang berdiri di sampingnya, yang berada sekitar dua meter jaraknya. Gadis itu mengalihkan wajahnya yang tadinya sedang menatap hujan, kini ia menatap laki-laki yang berdiri disampingnya.

Lelouch yang sadar bahwa gadis itu mulai menatap dirinya, segera memalingkan mukanya yang tadinya menatap gadis itu, menjadi menatap hujan yang berada di hadapannya sambil berdeham sedikit, "Ehm..."

Lalu gadis itu membuka pembicaraan, "Siapa namamu?"

"Lelouch Lamperouge," jawab Lelouch singkat, yang masih menatap hujan. Kemudian Lelouch balik bertanya, "Maaf jika lancang tapi, apa yang kau lakukan di kuil ini?"

"Aku hanya sedang menunggu," jawab gadis itu tenang.

"Apakah kau sedang menunggu hujan berhenti?" tanya Lelouch lagi, yang masih penasaran dan mulai menatap gadis itu kembali.

"Tidak, bukan itu," jawab gadis itu singkat, dan memalingkan wajahnya untuk menatap hujan yang masih deras.

"Jadi, kau sedang menunggu apa?"

"Aku hanya menunggu takdir yang akan menjemputku."

Lelouch terdiam sejenak, keheningan sempat menghiasi tempat itu dan yang terdengar hanya suara hujan yang deras. Beberapa menit kemudian, gadis itu pun bicara lagi, "Cepatlah segera pulang. Adikmu mungkin sangat khawatir kepadamu." Gadis itu pun akan pergi meninggalkan kuil, walau hujan masih deras. Tapi, sebelum sempat pergi, tangannya ditahan Lelouch.

"Kenapa kau tahu kalau aku punya adik, padahal kita belum pernah bertemu. Siapa kau?" tanya Lelouch yang keheranan.

"C-" gadis itu menjawab pelan, tapi sayangnya tidak terdengar oleh Lelouch, karena terhapus suara hujan yang begitu deras. Jadi yang terlihat hanya gerak bibirnya, dan Lelouch baru sadar bahwa tangan gadis itu dingin, dan tidak hangat seperti manusia biasa.

Lelouch pun mengulangi pertanyaannya lagi dan makin penasaran, "Siapa kau?"

"Aku hanya orang yang pernah terkait dengan masa lalumu," jawab gadis itu yang suaranya mulai terdengar di telinga Lelouch.

Lelouch mulai merasa sedikit pusing, apakah karena masuk angin? Dan Lelouch memaksakan diri untuk bertanya lagi karena masih penasaran, "A-apa maksudmu?"

"Jika kau mau tahu lebih dalam, temui aku di sini jam 10.00 pagi, besok."

BRUGG!

Tiba-tiba, tubuh Lelouch oleng dan pingsan, kata-kata terakhir yang sempat ia dengar, hanya kata-kata gadis itu.

Takdir apa yang kami-sama berikan pada Lelouch, sampai-sampai ia harus bertemu gadis misterius ini? Permainan apa lagi yang kami-sama berikan pada Lelouch? Dan hujan pun masih turun begitu derasnya.

o~o~o

Dalam hidup pasti banyak kejadian yang tak terduga. Yang mungkin akan membawa kita melihat kemasa depan. Garis takdir yang masih semu, akan berusaha ditemukan. Demi mengetahui rahasia masa depan.

.

.

TBC?

o~o~o

A/n: Sedikit celoteh dari Kie2Kei

Maaf kalau judulnya agak gimana.. gitu. Abis itu judul cuma plesetan, tau-kan artinya? Terus kalo judul sama plot ceritanya ga nyambung, jangan hakimin saya.

Mungkin cerita ini terasa garing dan gaje ya? Tapi semoga Readers masih mau baca kelanjutan fic ini di chap depan. Arigatou untuk semua...

Oiya, fic ini lebih baik dihapus atau dilanjutin?

M

I

N

D

T

O

R

E

V

I

E

W

?

Hope full,

-K2Kei/Shiyu-